Kesehatan

Ini Pentingnya Protein Hewani untuk Kecerdasan Anak, Salah Satunya untuk Mencegah Stunting

Orangtua perlu memperhatikan jika Berat Badan anak tidak naik bahkan turun. Bila 'kebablasan' anak bisa kurus, pendek atau stunting.

Penulis: | Editor: Fred Mahatma TIS
Istimewa
Gelaran Frisian Flag Junio mendukung Ragam Minat Generasi Alpha di Taman Mini Indonesia Indah, Kamis (24/10/2019). 

"Makronutrien yang dibutuhkan anak (protein,lemak, karbohidrat), jika tidak terpenuhi sambungan serabut saraf pendek dan IQ rendah..."

SETIAP orangtua tentu ingin memiliki anak yang sehat dan cerdas. Sayangnya dalam perjalanan waktu, anak bisa mengalami kekurangan nutrisi.

Maka, orangtua perlu memperhatikan jika Berat Badan anak tidak naik bahkan turun.

Bila 'kebablasan' anak bisa kurus, pendek atau stunting.

Berikut Daftar 16 Sumber Protein untuk Menjalani Diet Vegetarian

5 Sumber Protein Non-Daging untuk Menghambat Perkembangan Sel Kanker

Mengutip dari Buletin Stunting yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI, stunting adalah suatu kondisi yang ditandai ketika panjang atau tinggi badan anak kurang jika dibandingkan dengan umur.

Atau mudahnya, stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya.

Stunting tidak hanya sekadar postur tubuh pendek saja. Namun dampaknya, akan memengaruhi otak.

Sementara itu, jika di usia lanjut, akan lebih rentan terkena penyakit degeneratif.

Kolaborasi dengan IDI, Alodokter Bantu Dokter Memperbarui Izin Praktek via Aplikasi Alomedika

Jokowi Naikkan Iuran BPJS Kesehatan, Buruh Bakal Gelar Demonstrasi Besar-besaran

Acara Dukungan Frisian Flag Junio Terhadap Ragam Minat Generasi Alpha di Taman Mini Indonesia Indah, Kamis (24/10/2019).
Acara Dukungan Frisian Flag Junio Terhadap Ragam Minat Generasi Alpha di Taman Mini Indonesia Indah, Kamis (24/10/2019). (Istimewa)

Masa krusial

Prof Dr dr Damayanti Rusli Sjarif SpA(K) mengatakan, pemenuhan gizi di masa awal kehidupan merupakan masa krusial yang berlangsung sangat pendek dan tidak dapat terulang kembali.

Di seluruh dunia, anak yang stunting 55 persennya berada di Asia.

Di Asia Tenggara., Indonesia nomor 3, sementara di dunia nomor 5.

Walaupun angka stunting di Indonesia sudah menurun, namun angkanya masih di kisaran 30 persen.

Bandingkan dengan Malaysia, di mana angka stunting sudah di bawah 20 persen.

Prof Damayanti mengatakan, pada usia di bawah 2 tahun atau dikenal sebagai masa emas, otak anak berkembang pesat.

Anak dengan berat badan di bawah 10 kilogram, sebanyak 50-70 persen energi yang dipakai untuk perkembangan otak

Bila asupan gizinya kurang, maka otak pula yang dikorbankan terlebih dahulu. Dampaknya, fungsi kognitif akan terganggu. Begitupun sisten pembakaran lemak.

"Makronutrien yang dibutuhkan anak (protein,lemak, karbohidrat), jika tidak terpenuhi sambungan serabut saraf pendek dan IQ rendah," kata Prof Damayanti saat menjadi pembicara di acara Dukung Ragam Minat Generasi Alpha Dari Frisian Flag Junio di Taman Mini Indonesia Indah, Kamis (24/10/2019).

Prof Dr dr Damayanti Rusli Sjarif SpA(K)
Prof Dr dr Damayanti Rusli Sjarif SpA(K) (Istimewa)

Pentingnya protein hewani

Ia menekankan pentingnya protein hewani di periode emas ini.

Di dalam protein hewani terkandung asam amino esensial terlengkap yang berperan dalam membantu pertumbuhan dan kecerdasan otak anak.

Sumber protein hewani dapat ditemukan pada susu, daging, telur, unggas, dah ikan.

Sebelum terjadinya stunting, seharusnya orangtua sudah perhatian dan harus segera diintervensi untuk menghindari dampak stunting.

Dari penelitian, Berat Badan (BB) turun, Intelligence Quotient (IQ) juga turun. Jika dibiarkan akan menyebabkan ketidakseimbangan hormonal dan menjadi stunting.

"Jika sudah stunting, artinya sudah terlambat. Otaknya sudah tergerus," kata Prof Damayanti.

Karena kurangnya edukasi, saat anak mengalami gizi jelek, biasanya orangtua akan memberi makan berlebih.

Tapi karena keseimbangan hormon jelek, jika diberi makan berlebihan maka akan menjadi obesitas di usia 7 tahun.

Ketika anak obesitas dan berlanjut hingga dewasa, risiko terkena penyakit degeneratif akan lebih tinggi.

"Anak tidak pinter, penyakit akan datang. Jika sekarang ada 37 persen anak Indonesia stunting, maka di tahun 2033 mereka ini menjadi beban. Inilah beban stunting yang sebenarnya," ujar dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Menurutnya, kesempatan hanya 2 tahun pertama dan inipun tidak hanya bisa diatasi dengan intervensi nutrisi tetapi stimulai. Kalaupun sudah dilakukan intervensi, IQ tidak akan mengejar IQ yg seharusnya.

"Dengan intervensi, tinggi badan bisa ngejar tetapi otaknya tidak bisa diperbaiki," kata Prof Damayanti.

Penelitian mengikuti anak stunting selama 40 tahun, setelah 40 tahun IQ tidak lebih dari 90.

Kemampuannya hanya sampai SMP. Setelah itu tidak bisa mengikuti. Sebagai perbandingan, kisaran normal besarnya IQ antara 110-119.

Gelaran Frisian Flag Junio mendukung Ragam Minat Generasi Alpha di Taman Mini Indonesia Indah, Kamis (24/10/2019).
Gelaran Frisian Flag Junio mendukung Ragam Minat Generasi Alpha di Taman Mini Indonesia Indah, Kamis (24/10/2019). (Istimewa)

Mencegah Stunting

Karena akibat stunting tidak bisa diperbaiki, untuk itu harus dilakukan pencegahan.

Sebelum terjadi stunting, orangtua harus segera mengetahui bila kenaikan BB terhambat, bisa karena nutrisi tidak cukup dan infeksi.

Hanya nutrisi energi (lemak, karbohidrat, protein), asam amino esensial dari protein hewani yg bisa mencegah stunting. Sehingga asupan nutrisi tersebut harus ada dalam konsumsi harian.

"Pemberian suplemen seng dan lain-lain ternyata ngga ada efek. Multiple suplemen ada efek, tapi kecil. Kenaikan hanya 0,99 cm per tahun. Jadi buat apa? tidak ada manfaatnya. Pemberian protein akan mengubah secara signifikan," katanya.

Pemberian nutrisi untuk mencegah stunting tidak selalu mahal.

Bila daging mahal bisa pilih ikan, dan telur. Ikan juga tidak usah salmon yang harganya mahal.

Ikan kembung kadar DHA 3 kali lipat dari salmon. Susu juga banyak.

Prof Damayanti menekankan pentingnya protein dari hewani.

Susu pilihan terbaik

Mengutip penelitian di Uganda tahun 1969: penduduk desa yang makan sayuran vs daging dan susu.

Yang makan daging dan susu, mereka tumbuh lebih tinggi dan ramping. Yang makan sayur gendut dan pendek.

Di Eropa ternyata yang memengaruhi hormon pertumbuhan adalah protein hewani.

Susu bahkan lebih baik daripada daging.

Jadi susu menjadi pilihan terbaik untuk mencegah kurang tinggi badan.

Mengapa protein hewani dipilih?

Protein hewani mengandung asam amino esensial yg lengkap. Kedua, mudah diserap dibandingkan protein nabati.

Selain itu, pada protein nabati yang terdapat dalam tanaman ada zat anti nutrient yang mengikat zat besi dan seng. Hal inilah yang membuat bayi jangan dulu diberi sayuran.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved