Kesehatan
Ini Pentingnya Protein Hewani untuk Kecerdasan Anak, Salah Satunya untuk Mencegah Stunting
Orangtua perlu memperhatikan jika Berat Badan anak tidak naik bahkan turun. Bila 'kebablasan' anak bisa kurus, pendek atau stunting.
Penulis: | Editor: Fred Mahatma TIS
"Makronutrien yang dibutuhkan anak (protein,lemak, karbohidrat), jika tidak terpenuhi sambungan serabut saraf pendek dan IQ rendah..."
SETIAP orangtua tentu ingin memiliki anak yang sehat dan cerdas. Sayangnya dalam perjalanan waktu, anak bisa mengalami kekurangan nutrisi.
Maka, orangtua perlu memperhatikan jika Berat Badan anak tidak naik bahkan turun.
Bila 'kebablasan' anak bisa kurus, pendek atau stunting.
• Berikut Daftar 16 Sumber Protein untuk Menjalani Diet Vegetarian
• 5 Sumber Protein Non-Daging untuk Menghambat Perkembangan Sel Kanker
Mengutip dari Buletin Stunting yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI, stunting adalah suatu kondisi yang ditandai ketika panjang atau tinggi badan anak kurang jika dibandingkan dengan umur.
Atau mudahnya, stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya.
Stunting tidak hanya sekadar postur tubuh pendek saja. Namun dampaknya, akan memengaruhi otak.
Sementara itu, jika di usia lanjut, akan lebih rentan terkena penyakit degeneratif.
• Kolaborasi dengan IDI, Alodokter Bantu Dokter Memperbarui Izin Praktek via Aplikasi Alomedika
• Jokowi Naikkan Iuran BPJS Kesehatan, Buruh Bakal Gelar Demonstrasi Besar-besaran

Masa krusial
Prof Dr dr Damayanti Rusli Sjarif SpA(K) mengatakan, pemenuhan gizi di masa awal kehidupan merupakan masa krusial yang berlangsung sangat pendek dan tidak dapat terulang kembali.
Di seluruh dunia, anak yang stunting 55 persennya berada di Asia.
Di Asia Tenggara., Indonesia nomor 3, sementara di dunia nomor 5.
Walaupun angka stunting di Indonesia sudah menurun, namun angkanya masih di kisaran 30 persen.
Bandingkan dengan Malaysia, di mana angka stunting sudah di bawah 20 persen.
Prof Damayanti mengatakan, pada usia di bawah 2 tahun atau dikenal sebagai masa emas, otak anak berkembang pesat.
Anak dengan berat badan di bawah 10 kilogram, sebanyak 50-70 persen energi yang dipakai untuk perkembangan otak