Ekonomi Dunia Melemah, Ini Penjelasan BEI dan OJK soal Proyeksi Pertumbunan Pasar Modal Tahun Depan
Berbagai lembaga perekonomian dunia memprediksi adanya perlambatan ekonomi global tahun depan.
WARTA KOTA, PALMERAH--- Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Hoesen, mengatakan, pihaknya tak akan memasang target tinggi pasar modal pada 2020.
Hal ini lantaran berbagai lembaga perekonomian dunia memprediksi adanya perlambatan ekonomi global tahun depan.
Perlambatan ekonomi global akan berdampak kepada melambatnya perekonomian hampir seluruh negara, termasuk Indonesia.
"Dunia sudah koreksi pertumbuhan, suka atau tidak perlambatan ekonomi akan terjadi, tapi semua bukan hanya Indonesia. Rasanya kalau kami buat target terlalu optimis, kami jadi orang aneh sendiri," kata Hoesen baru-baru ini.
Meskipun demikian, Hoesen masih optimistis dengan kinerja pasar modal tahun depan.
Sebab, pertumbuhan investor di sektor retail terus bertambah.
Hal itu bisa ikut mendorong pertumbuhan likuiditas di pasar modal.
• Investigasi Selesai, Ini Kronologi Jatuhnya Lion Air PK-LQP Menurut KNKT
Selain itu, koreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pun tak sebesar negara-negara lain, baik di kawasan Asia-Pasifik, maupun Eropa dan Amerika.
Bank Dunia baru-baru ini mengoreksi proyeksi pertumbuhan Indonesia tahun depan dari 5,2 persen jadi hanya lima persen.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Dana Moneter Internasional (IMF).
"Tahun depan kurang lebih tidak akan jauh berbeda dengan kondisi hari ini. Tapi kami punya optimis terhadap investor retail," kata Hoesen.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Inarno Djajadi, memiliki pandangan yang sama.
Dia mengatakan, otoritas bursa mematok target konservatif terhadap kinerja pasar modal 2020.
Dia menilai, tahun depan volatilitas di pasar masih akan terjadi.
Data BEI menunjukkan rata-rata nilai transaksi harian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sampai 18 Oktober 2019 mencapai angka Rp 9,36 triliun.
Jumlah ini tercatat meningkat signifikan dibandingkan dengan 2018 yang mencapai Rp 8,50 triliun.
Sedangkan hingga 18 Oktober 2019, IHSG mengalami koreksi sebesar 1,09 persen secara year to date (ydt).
Adapun nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp 7.119 triliun.
• Fakta Terbaru Jatuhnya Lion Air ke Laut, Berikut 9 Faktor Penyebabnya
Dengan total emisi 40, dengan rincian 39 melalui Initial Public Offering (IPO) dan 1 IPO obligasi mencapai Rp 131,43 triliun.
"Kami akan konservatif, tapi kami ngga mau pesimis. Kami perkirakan rata-rata transaksi harian pada 2020 kurang lebih sama dengan 2019 sekitar Rp 9,5 triliun," kata Inarno.
Pertumbuhan
Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai pasar modal dalam negeri mengalami pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan negara lain.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Hoesen, mengatakan beberapa negara tetangga mengalami pertumbuhan negatif dalam hal jumlah emiten.
Hoesen mencontohkan jumlah emiten di pasar modal Singapura yang sulit bertambah karena pasar modal di Negeri Singa sudah jenuh.
"Pasar modal Indonesia dicemburui negara tetangga, karena dengan kondisi perekonomian global kita masih bisa tumbuh dengan meyakinkan," kata Hoesen baru-baru ini.
Sebagai informasi, berdasarkan data dari Ernst and Young Global IPO Trends kuartal III-2019, pertumbuhan perusahaan tercatat di Singapura negatif 4,8 persen.
Pasalnya, jumlah perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa Singapura per 18 Oktober 2019 hanya mencapai 11 perusahaan.
• Ternyata Kemudahan Berbisnis di Indonesia Tidak Mengalami Kemajuan, Berikut Penjelasannya
Sementara, di Indonesia, pada periode yang sama ada 41 perusahaan yang melantai di bursa.
Hoesen mengatakan, Indonesia masih memiliki ruang yang sangat besar untuk tumbuh.
Sebab hingga saat ini, jumlah investor ritel dalam negeri belum mencapai satu persen dari populasi penduduk.
Dalam hal jumlah emiten, Indonesia juga cenderung lebih sedikit jika dibanding negara lain.
Hingga saat ini, Indonesia memiliki 655 emiten.
Sebagai informasi, secara pertumbuhan jumlah investor terus meningkat dari tahun ke tahun.
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat hingga 23 Oktober 2019, jumlah investor di pasar saham berjumlah 2,28 juta investor.
Investor saham telah mengalami peningkatan hampir dua kali lipat atau sebesar 194 persen sejak tahun 2014, menjadi sebanyak 1,055 juta investor.
Kemudian, investor reksa dana juga mengalami peningkatan hampir tiga kali lipat atau sebesar 345 persen sejak tahun 2014 menjadi sebanyak 1,5 juta investor.
Investor Surat Berharga Negara (SBN) pun mengalami pertumbuhan signifikan.
Tercatat per Oktober 2019, investor SBN tumbuh 276 persen sejak 2014 menjadi 304.321 investor.
• Perusahaan di Indonesia Masih Senang Memakai Software Bajakan
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Ekonomi Dunia Melemah, Bagaimana Proyeksi Pertumbuhan Pasar Modal Tahun Depan?