Kabinet Jokowi
Baru Dilantik Jadi Polemik, Menteri Agama Bukan dari PBNU, Muncul Tagar Tolak #tolakmenag
Keputusan JokoWi yang menunjuk Fachrul Razi sebagai Menteri Agama Memicu Penolakan Nahdlatul Ulama yang berujung munculnya tagar #tolakmenag
Penulis: Dwi Rizki | Editor: Dian Anditya Mutiara
Baru dilantik, Menteri Agama Fachrul Razi menuai polemik
Keputusan Presiden Joko Widodo menunjuk Jenderal (Purn) TNI Fachrul Razi untuk menjabat Menteri Agama Republik Indonesia dalam Kabinet Indonesia Maju memicu polemik.
Menyusul penolakan yang disampaikan oleh kubu Nahdlatul Ulama (NU), tagar #tolakmenag jadi trending topic pada pagi ini, Kamis (24/10/2019).
Terpantau hingga pukul 06.30 WIB, tagar tersebut menempati urutan ketiga setelah tagar #1024KrystalDay dan #PBNU.
Dalam setiap kicauan, warga net menuliskan kekecewaannya karena Menteri Agama yang umumnya berasal dari NU ataupun Muhammadiyah kini dipegang oleh purnawirawan TNI.
• Fachrul Razi Duga Jokowi Pilih Dia Jadi Menteri Agama karena Alasan Ini
Kekecewaan tersebut disampaikan Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Robikin Emhas.
Diungkapkan Robikin, pihaknya menerima protes dari banyak kiai dari berbagai daerah yang kecewa dengan keputusan Jokowi pasca pengumuman Kabinet Indonesia Maju pada Rabu (23/10/2019).
"Saya dan pengurus lainnya banyak mendapat pertanyaan terkait Menteri Agama.
Selain pertanyaan, banyak kiai dari berbagai daerah yang menyatakan kekecewaannya dengan nada protes," kata Robikin dalam keterangan tertulis pada Rabu (23/10/2019).
• Penikam Wiranto Diduga Terpapar Paham Radikal, Menteri Agama: Cara Kita Beragama Harus Dimoderasi
Menurut Robikin, para kiai paham bahwa Kementerian Agama Republik Indonesia harus berada pada garda terdepan dalam mengatasi radikalisme berbasis agama.
Hanya saja, pemilihan Menteri Agama dinilai tidak sesuai dengan yang diharapkan dalam membentengi bangsa dari ajaran radikalisme.
"Para kiai sudah lama merisaukan fenomena terjadinya pendangkalan pemahaman agama yang ditandai merebaknya sikap intoleran. Lebih tragis lagi, bahkan sikap ekstrem dengan mengatasnamakan agama. Semua di luar kelompoknya kafir dan halal darahnya. Teror adalah di antara ujung pemahaman keagamaan yang keliru seperti ini," katanya.
"Dampak dari radikalisme itu sangat membahayakan, NU sudah mengantisipasi dan mengingatkannya jauh-jauh hari. Bahkan NU menyatakan Indonesia sudah kategori darurat radikalisme, di samping darurat narkoba dan LGBT," tuturnya.
Sementara, Faizal Assegaf lewat akun twitternya, @faizalassegaf mengakui pilihan yang diambil Jokowi tidak hanya mengejutkan NU, tetapi seluruh pihak.
Karena diketahui NU dan Muhammadiyah telah sangat berjasa dalam mendorong dinamika keumatan yang sejuk bagi kebhinekaan.