Melihat Matahari Terbit dari Punthus Setumbu dengan Latar Candi Borobudur
Mengamati situs sejarah yang dibangun pada abad ke VIII, Candi Borobudur, dari kawasan Bukit Punthuk Setumbu.
WARTA KOTA, PALMERAH---- Ada banyak cara menikmati keindahan dan kemegahan Candi Borobudur.
Satu di antaranya adalah mengamati situs sejarah yang dibangun pada abad ke VIII itu dari kawasan Bukit Punthuk Setumbu.
Banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara, datang sejak subuh ke Punthuk Setumbu untuk menikmati matahari terbit (sunrise) dengan latar pemandangan Candi Borobudur, Gunung Merapi, dan Merbabu.
Hanya berjarak 4,8 kilometer dari Candi Borobudur, untuk menyambangi Punthuk Setumbu hanya diperlukan waktu tempuh dengan kendaraan selama sekitar 11 menit.
Guna mencapai titik puncak bukit ini, Anda harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, menaiki anak tangga selama kurang lebih 10 menit hingga 20 menit.
• Terpuruk, Begini Kondisi Penjualan Mobil Kategori LCGC selama Bulan Agustus 2019
Wilayah Punthuk Setumbu salah satunya dipopulerkan lewat adegan dalam film layar lebar "Ada Apa Dengan Cinta 2" tahun 2016 yang diperankan Nicholas Saputra (Rangga) dan Dian Sastrowardoyo (Cinta).
Dalam sekuel film "Ada Apa Dengan Cinta" itu, digambarkan adegan Rangga mengajak Cinta menikmati keindahan alam di Punthuk Setumbu melalui Rumah Doa Bukit Rhema, atau banyak orang dahulu menyebutnya Gereja Ayam.
Harga tiket masuk ke lokasi tersebut terbilang ramah di kantong, yakni Rp 20.000 untuk wisatawan lokal dan Rp 50.000 untuk wisatawan mancanegara (wisman).
Nominal yang sama juga berlaku saat kita ingin memasuki kawasan Rumah Doa Bukit Rhema.
• FFA Minta Maskapai AS Periksa Boeing 737 NG, Gara-gara Dimodifikasi di China?
Berdasarkan pantauan tim Jelajah Ekonomi Pariwisata 10 Bali Baru Kontan, banyak wisatawan mancanegara begitu antusias menikmati pemandangan di sana.
Aicha dan Sabrine, dua wanita asal Prancis yang ditemui di Punthuk Setumbu menyatakan kekagumannya.
Keduanya mengaku akan menghabiskan waktu selama tiga pekan di Indonesia, sejak mendarat di Bandara Soekarno-Hatta pada Minggu (22/9/2019).
Aicha mengatakan, dia dan Sabrine mengetahui Borobudur dan wisata sekitarnya dari blog-blog dan instagram.
"Di sini, Punthuk Setumbu, alam dan landscape-nya begitu indah. Itulah sebabnya kami ke Indonesia," ujar Aicha yang berprofesi sebagai tenaga marketing pada sebuah perusahaan keuangan di Perancis, baru-baru ini.
Keduanya mengaku senang menikmati wisata bernuansa alam.
Sabrine mengatakan, tahun sebelumnya mereka berdua berwisata ke Malaysia.
Namun dari sisi pemandangan dan masakan, Sabrine mengaku lebih menyukai Indonesia. Wow, merci madame!
Secara swadaya
Semakin tenar menjadi destinasi wisata di Kabupaten Magelang, bukit Punthuk Setumbu mampu mengkat tarah hidup masyarakatnya.
Bukit tempat wisatawan bisa menikmati keindahan sinar matahari pagi (sunrise) berlatar Candi Borobudur itu, dikelola secara swadaya oleh masyarakat desa.
Nuryazid, Kepala Desa Kurahan dan juga ketua pengelola Punthuk Setumbu, bercerita, pendapatan pengelolaan kawasan tersebut sampai akhir tahun 2018 telah menyentuh Rp 1,6 miliar.
Pendapatan tersebut diperoleh dari kedatangan 105.000 wisatawan dalam negeri dan 17.000 wisatawan mancanegara (wisman) sepanjang tahun 2018.
• Meski Ditolak, Mata Uang Digital Libra Dapat Dukungan dari Visa dan Mastercard
Dari pendapatan tersebut, selain sudah dapat memberikan masukan tambahan bagi para pekerja yang ada di desa tersebut.
"Kami bisa menyisihkan untuk tabungan karyawan, pembangunan masjid, kas desa, perawatan jalan dan penerangan," kata Nuryazid seperti dikutip Kontan.
Pembagian kerja bagi warga desa pun terbilang cukup merata.
Saban hari, setidaknya ada 38 orang yang mengurus Punthuk Setumbu.
Mereka perwakilan dari enam RT dengan 205 kepala keluarga yang berada di kawasan tersebut.
Setiap orang, secara bergantian akan mendapat jatah bekerja selama 2 pekan di Punthuk Setumbu.
"Setiap orang di desa kami, bisa mengantongi pendapatan sebanyak Rp 600.000-Rp 700.000 dalam dua pekan," kata Nuryazid.
Awalnya, Punthuk Setumbu mulai dikenal setelah ada fotografer dari Borobudur yang mengambil pemandangan matahari terbit (sunrise) dengan latar Candi Borobudur sekitar tahun 2006-2008.
• PT PP Menurunkan Target Kontrak Baru, Gara-gara Proyek Banyak Ditunda?
Foto itu kemudian viral, karena menang dalam salah satu lomba foto yang diadakan Kompas.
Sejak itu, lebih banyak lagi fotografer dan wisatawan yang berkunjung ke Punthuk Setumbu.
Para warga pun mulai menjajakan jasa sebagai guide ke lokasi pengambilan gambar.
Adapun dahulu, warga Punthuk Setumbu hanya memakai lokasi tersebut untuk menggembala ternak.
Tidak hanya itu, "Sejak dulu, tiap Senin Legi, warga di sini biasa mengadakan selamatan, sedekah bumi, makan ketupat dan tempe bacem bersama seluruh warga desa di puncak," kenang Nuryazid.
Baru saat semakin banyak wisatawan berdatangan, pada tahun 2013 warga dusun sepakat mengelola Punthuk Setumbuh secara bersama-sama.
Seiring peningkatan jumlah pengunjung, kata Nuryazid, pengelola Punthuk Setumbu menerima bantuan dana dari pemerintah daerah.
Dana tersebut lantas dipakai untuk membangun dan memperbaiki sarana dan prasarana di Punthuk Setumbu.
• Ini Ada Layanan Baru dari Pegadaian, Berikut Syarat dan Ketentuannya
Berita ini sudah diunggah di Kontan dengan judul Wisata ke Borobudur kurang afdol jika tidak menyambangi Punthuk Setumbu dan Semakin tenar, pengelola Punthuk Setumbu mampu kumpulkan Rp 1,6 miliar per tahun