Melihat Matahari Terbit dari Punthus Setumbu dengan Latar Candi Borobudur
Mengamati situs sejarah yang dibangun pada abad ke VIII, Candi Borobudur, dari kawasan Bukit Punthuk Setumbu.
Sabrine mengatakan, tahun sebelumnya mereka berdua berwisata ke Malaysia.
Namun dari sisi pemandangan dan masakan, Sabrine mengaku lebih menyukai Indonesia. Wow, merci madame!
Secara swadaya
Semakin tenar menjadi destinasi wisata di Kabupaten Magelang, bukit Punthuk Setumbu mampu mengkat tarah hidup masyarakatnya.
Bukit tempat wisatawan bisa menikmati keindahan sinar matahari pagi (sunrise) berlatar Candi Borobudur itu, dikelola secara swadaya oleh masyarakat desa.
Nuryazid, Kepala Desa Kurahan dan juga ketua pengelola Punthuk Setumbu, bercerita, pendapatan pengelolaan kawasan tersebut sampai akhir tahun 2018 telah menyentuh Rp 1,6 miliar.
Pendapatan tersebut diperoleh dari kedatangan 105.000 wisatawan dalam negeri dan 17.000 wisatawan mancanegara (wisman) sepanjang tahun 2018.
• Meski Ditolak, Mata Uang Digital Libra Dapat Dukungan dari Visa dan Mastercard
Dari pendapatan tersebut, selain sudah dapat memberikan masukan tambahan bagi para pekerja yang ada di desa tersebut.
"Kami bisa menyisihkan untuk tabungan karyawan, pembangunan masjid, kas desa, perawatan jalan dan penerangan," kata Nuryazid seperti dikutip Kontan.
Pembagian kerja bagi warga desa pun terbilang cukup merata.
Saban hari, setidaknya ada 38 orang yang mengurus Punthuk Setumbu.
Mereka perwakilan dari enam RT dengan 205 kepala keluarga yang berada di kawasan tersebut.
Setiap orang, secara bergantian akan mendapat jatah bekerja selama 2 pekan di Punthuk Setumbu.
"Setiap orang di desa kami, bisa mengantongi pendapatan sebanyak Rp 600.000-Rp 700.000 dalam dua pekan," kata Nuryazid.
Awalnya, Punthuk Setumbu mulai dikenal setelah ada fotografer dari Borobudur yang mengambil pemandangan matahari terbit (sunrise) dengan latar Candi Borobudur sekitar tahun 2006-2008.
• PT PP Menurunkan Target Kontrak Baru, Gara-gara Proyek Banyak Ditunda?