Bank Sampah

Program Tukar Sampah Jadi Emas, Sudin LH Jakut Apresiasi Warga RW 03 Kelapa Gading Timur

Program Tukar Sampah Jadi Emas Bank Sampah Wijaya Kusuma, Sudin LH Jakut Apresiasi Warga RW 03 Kelapa Gading Timur, Jakarta Utara

Penulis: Luthfi Khairul Fikri |
Kompas.com /Tatang Guritno
Program Tukar Sampah Jadi Emas, Sudin LH Jakut Apresiasi Warga RW 03 Kelapa Gading Timur, Jakarta Utara. Bank Sampah ini memiliki program penukaran sampah dengan emas hasil kerja sama Pemkot Jakarta Utara dengan PT Pegadaian Persero. 

"Pengumpulannya tiap hari Selasa. Nanti ada pihak pegadaian yang juga ikut menimbang dan menentukan harga sampah tersebut," ujar Novi.

Novi mengatakan, sampah yang bisa ditukarkan hanya sampah anorganik.

Mayoritas sampah jenis tersebut paling banyak ditemui di wilayah RW 03 adalah botol plastik dan botol kaca.

Warga bisa mengumpulkan terlebih dahulu sampah anorganik yang sudah dibersihkan di rumah.

Lalu bisa datang membawa kumpulan sampah tersebut untuk ditimbang dan dihitung harganya.

"Memang warga sini mayoritas sampahnya dua jenis itu. Nah nanti ditimbang, lalu keluar harganya. Warga bisa milih, mau ditukar uang, atau investasi emas," papar Novi.

Novi mengatakan, Bank Sampah Wijaya Kusuma sudah berdiri sejak tahun lalu.

Namun untuk program sampah jadi emas, baru berjalan satu bulan.

"Kalau nasabah bank sampah total ada 56 orang ya. Tapi khusus yang mengikuti program sampah jadi emas, baru jalan sebulan sudah ada 30 orang," jelasnya.

Ditemui di tempat yang sama Asisten Manager Pemasaran PT Pegadaian Persero Wilayah Tanjung Priok Neni mengungkapkan program ini dibuat untuk membantu pengurangan sampah rumah tangga langsung dari sumbernya.

"Jadi Ibu itu kan bendahara rumah tangga. Maka kami ajak untuk memilah, mengelola, dan menukarkan sampahnya agar hasilnya bisa dimasukkan dalam tabungan emas di Pegadaian," terangnya.

Neni mengatakan, emas dapat ditukarkan jika nominal tabungan bank sampah sudah setara dengan harga emas seberat 5 gram.

"Ya kira-kira sampai nominal tabungan sebanyak Rp 3,5 juta. Memang butuh waktu cukup lama karena botol kaca saja sekilo dihargai kurang lebih Rp 35.000," papar Neni.

Menurut Neni, warga RW 03 cukup antusias dengan keberadaan program tersebut. Selain membantu mengurangi sampah, program ini juga dilakukan untuk mengajak masyarakat beralih dari pola-pola konsumtif.

"Ya kami ingin membelokkan arah investasi masyarakat dari barang konsumtif ke barang-barang bermanfaat," pungkasnya.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved