Unjuk Rasa Mahasiswa

Temuan KPAI, Kebanyakan Pelajar Ikut Unjuk Rasa Terprovokasi dari Media Sosial Tak Ijin Orang Tua

KPAI telusuri dan wawancara korban pelajar SMK yang ikut unjuk rasa di DPR, kebanyakan mereka dihasut

Warta Kota/Joko Supriyanto
Para pelajar yang berunjuk rasa di belakang Gedung DPR, Palmerah, Jakarta, Rabu (25/9). 

KPAI juga mengapresiasi Kemdikbud RI, khususnya Humas dan Direktorat Pembinaan SMA untuk mau ke RS-RS di sekitar lokasi rusuh untuk mendeteksi apakah benar para korban merupakan anak-anak sekolah dan menanyakan para korban alasan datang aksi dan siapa yang menggerakan.

Sayangnya Humas Kemdikbud hanya sebentar di RS, namun tiga kasie dan staf Direktorat Pembinaan SMK Kemdikbud sampai malam berada di RS bersama KPAI.

KPAI dan Kemdikbud diterima oleh Direktur RS AL MH, Bapak Wiweka. Kami diijinkan menemui anak-anak yang sudah mendapatkan perawatan dengan luka ringan dan sedang.

Ada 14 anak korban yang diwawancarai oleh Komisioner KPAI, dari percakapan tersebut diperoleh fakta-fakta sebagai berikut :

1. Korban yang dilarikan ke RS tidak hanya anak SMK (dalam ajakan medsos disebut STM), tetapi juga siswa SMA dan SMP.

Bahkan korban patah tulang yang akan menjalani operasi pagi ini (26/9) adalah siswa SMPN di Jakarta Selatan;

2. Anak-anak korban mengaku ikut demo karena ajakan dari media social, seperti iinstagram dan aplikasi WA. Namun ada anak korban yang tidak tahu diajak untuk demo kawan sekolahnya, tahunya dia diajak jalan-jalan ke pusat kota, nanti dapat makan dan minum;

INILAH Pemicu Unjuk Rasa Semakin Besar Adanya Provokasi Lewat Media Sosial

3. Ada anak korban yang diajak teman mainnya di rumah (bukan satu sekolah) untuk aksi di DPR bahkan diminta membolos sekolah hari itu, anak ini masih SMP dan yang mengajak siswa SMA.

Siswa SMP ini mengalami patah tulang pada lengan;

4. KPAI juga mendapatkan anak yang rumahnya dekat lokasi rusuh menjadi korban juga karena menonton aksi usai pulang sekolah.

Padahal minggu ini menurut pengakuannya sedang berlangsung PTS (penilaian tengah semester). Karena PTS selesai pukul 16 wib (siswa SMP ini masuk sekolah siang hari atau sistem 2 shift), anak-anak tersebut bergerak ke DPR untuk menonton kakak-kakak SMK dan SMA aksi

5. Di RS Pelni, Komisioner KPAI juga bertemu dengan para orang tua anak-anak korban karena dikontak pihak rumah sakit atau relawan.

KPAI juga bertemu dengan beberapa orang tua yang tidak dikontak RS, secara inisiatif mencari anak-anaknya di RS, para orang tua tersebut sangat kebingungan mencari anak-anaknya karena belum pulang ke rumah, sementara handphone nya tidak aktif.

Ada orang tua yang mengatakan menerima WA wali kelas di grup para orang tua dan baru menyadari anaknya tidak berada di rumah mungkin ikut aksi.

Kepanikan para orangtua terlihat nyata dan mereka telah mencoba mendatangi beberapa RS.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved