Jaringan ISIS Diduga Bermain di Papua

Polri mendeteksi sel-sel ISIS berada di wilayah Jayapura, Wamena, Fakfak, Manokwari hingga Merauke.

Editor: Lucky Oktaviano
HO
Aksi demonstrasi diwarnai pembakaran kios di Fakfak, Papua Barat, Rabu (21/8/2019). 

"Sebagai catatan, terdapat kelompok lain yang berafiliasi dengan ISIS telah menyerukan jihad di tanah Papua," kata Ryamizard dalam rapat bersama Komisi I DPR.

Ia mengatakan, selain kelompok yang ditunggangi ISIS, terdapat tiga kelompok yang terindikasi berada di belakang pemberontakan di Papua, yaitu kelompok pemberontak bersenjata, kelompok pemberontak politik, dan kelompok klandestin atau rahasia.

Menurutnya, TNI-Polri harus bijak dalam menghadapi kelompok-kelompok tersebut. TNI dan Polri, kata dia, juga harus selalu siap bersinergi untuk mempertahankan NKRI.

Dan pemerintah secara tegas telah menyampaikan bahwa Papua bagian dari NKRI dan tidak terpisahkan sampai kapanpun.

Aksi unjuk rasa massa disertai aksi anarkisme muncul di berbagai kota dan kabupaten di Provinsi Papua dan Papua Barat sejak 19 Agustus 2019, sebagai buntut adanya perlakuan rasisme dialami mahasiswa asal Papua di Surabaya, Malang dan Semarang, beberapa hari sebelumnya.

Unjuk rasa dengan membawa isu dan tuntutan yang sama berlanjut dan melebar hingga Fakfak dan Timika, pada dua hari berikutnya. Bahkan, terjadi kerusuhan di dua wilayah itu.

Meski pemerintah pusat telah mengerahkan pasukan pengamanan tambahan dan upaya perdamaian dengan tokoh adat, unjuk rasa diikuti kerusuhan kembali terjadi di Deiyai pada 28 Agutus 2019 atau 11 hari sejak aksi serupa kali pertama terjadi.

Bahkan, aksi unjuk rasa diikuti aksi perusakan kembali dilakukan di kota Jayapura, ibukota Provinsi Papua pada 29 Agustus 2019.

Benny Wenda Kejar Tayang

Selain adanya kelompok yang terafiliasi ISIS, Polri juga melansir adanya pihak asing yang diduga menjadi dalang kerusuhan di Papua dan Papua Barat.

Mereka telah merencanakan aksi hingga 1 Desember mendatang yang bertepatan hari ulang tahun Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN/ OPM).

"Di dalam negeri dia mengambil setting tetap mendesain kerusuhan ini sampai 1 Desember," tutur Dedi Prasetyo.

Salah satu pihak asing yang terdeteksi Polri ikut bermain dalam kerusuhan di tanah Papua adalah Benny Wenda.

Dikatakan, Benny merancang kerusuhan agar dapat membawa isu HAM ke sidang Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).

Berbagai aksi yang dilakukan di Papua itu dilakukan dalam rangka rapat di Komisi HAM di Jenewa, Swiss pada 9 September, sehingga nantinya ada laporan tentang kerusuhan di Papua.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved