Pembunuhan
UPDATE Rekonstruksi Pembunuhan Ayah dan Anak di Lebak Bulus Digelar Rabu Besok
Polda Metro Jaya menjadwalkan akan melakukan rekonstruksi kasus pembunuhan ayah dan anak, yakniEdi Chandra Purnama alias Pupung Sadili (54), dan M Adi
Penulis: Budi Sam Law Malau |
"Keduanya diikat di kaki dan tangannya oleh tersangka AK dengan sumbu kompor yang disiapkan," kata dia.
Perencanaan berikutnya kata Suyudi adalah membakar rumah, sehingga nantinya seolah-olah kedua korban meninggal karena rumah terbakar.
"Maka dibuatlah tiga komponen pembakar dengan obat nyamuk spiral, ada korek, ada kain yang dibubuhi bensin. Satu buah obat nyamuk diletakkan di kamar DN di lantai dua, satu buah di garasi, dan satu di kamar korban ED," papar Suyudi.
Kedua korban kata Suyudi kemudian diangkut ke garasi dan dimasukkan dalam mobil Calya.
"Kedua mayat ditaruh di samping mobil. Obat nyamuk di sana lalu dinyalakan oleh saudara Kelvin dan SG. Diperkirakan dalam 12 jam api dari obat nyamuk membakar korek api dan menyambar kain dibubuhi bensin, sehingga kebakaran terjadi," kata Suyudi.
Namun, saat dibakar, katanya SG berubah pikiran dan timbul rasa ketidaktegaan. "Sehingga api di obat nyamuk di garasi dimatikan, dan di ruangan Edi juga dimatikan, pakai ludah. Jadi hanya obat nyamuk di lantai atas di kamar DN yang terbakar. Setelah selesai, keempat tersangma keluar dari rumah," kata Suyudi.
Setelah itu, tersangka SG dan AG diantar ke SPBU Cirendeu oleh Kelvin, untuk kembali ke Lampung. "SG dan SG diberi uang Rp 10 Juta. Namun masing-masing dijanjikan akan diberi uang Rp 200 Juta oleh AK," katanya.
Sementara saat itu, kata Suyudi, Kelvin dan Aulia kembali ke apartemen di Kalibata City di tower Mawar.
"Siang hari AK diantar Kelvin ke tempat usahanya d ITC Cempaka Mas, usaha gesek tunai dan ada toko juga," katanya.
Sesuai rencana kata dia, Sabtu (24/8/2019) malam pukul 19.00, terjadilah kebakaran di rumah korban Edi.
"Kebakaran di rumah terjadi d lantai 2. Yang pertama liat kebakaran saudara S, tetangganya. Singkatnya AK kembali ke rumah d Lebak Bulus. Kondisi rumah sudah dipadamkan 4 unit mobil damkar," kata Suyudi.
Menurutnya tetangganya S sempat menyarankan Aulia tinggal di rumahnya.
"Tapi AK menolak. Ia tidak masuk ke dalam rumah. Sehingga Aulia kembali ke Apartemen Kalibata dan bermalam di sana. Namuj informasinya AK tidak bsa tidur sampai pagi. Sehingga hari Minggu 25 Agustus jam 6 pagi, bibi dan ponakan yakni AK dan KV kembali ke rumah di Lebak Bulus," katanya.
Di sana kata Suyudi, Aulia dan Kelvin merencanakan untuk membawa kedua mayat ke suatu tempat. "Saat itu, belum terencana kemana," katanya..
Kemudian kata dia keduanya memindahkan dua mayat yang ada di samping mobil di garasi ke dalam salah satu mobil Calya milik mereka.
"Korban Edi diletakkan di tengah dan korban DN dibelakang dan dibawahnya diletakkan kardus. Kemudian mobil yang berisi mayat dibawa Kelvin dan Aulia atau AK membawa mobil Kelvin," katanya.
Mobil yang dibawa Aulia berada di depan dan mobil berisi mayat yanh dikemudikan Kelvin mengikuti dari belakang.
"Namun mereka tetap berhubungan lewat HP," katanya.
Mereka kata Suyudi sempat membeli bensin di SPBU di Fatmawati dengan menggunakan 8 botol aqua besar.
'Yang dibeli adalah bensin Pertalite, jadi totalnya Rp 80 Ribu. Pertalite ditaruh di tengah mobil. Mereka kemudian masuk Tol JORR, ke Serpong terus keluar, mengarah ke Parung, mengarah ke Jalan Arteri, ke Bogor, ke arah ciawi, masuk tol arah sukabumi, keluar cigombong, dan ke arah Cidahu," katanya.
Di sana, didekat lahan yang mengarah ke jurang, kata Suyudi, Aulia memerintahkan Kelvin membakar mobil berisi mayat dua korban yang dibawanya.
"Dengan sudah mengarah ke arah jurang, setelah terbakar mobil didorong ke jurang. Jadi seolah-olah mobil terbakar karena masuk jurang," kata Suyudi.
Saat itu katanya Kelvin membakar mobil berisi dua mayat dengan bensin Pertalite di 8 botol Aqua yang mereka bawa. "Saat menyalakan korek api, Kelvin masih di dalam kemudi mobil. Sehingga begitu dibakar, langsung meledak dan membakar hingga juga mengenai KV atau Kelvin ini," katanya.
Akibtnya kaki dan muka Kelvin ikut terbakar hingga 30 persen. "Dia bisa selamat karena langsung keluar dari mobil dan naik ke mobil yang dikemudikan AK. Mereka langsung melarikan diri karena panik karena KV luka bakar. Jadi mobil berisi mayat korban yang dibakar, belum masuk ke jurang," paparnya.
Saat kabur kata Suyudi, awalnya Kelvin akan dirawat di rumah sakit di Sukabumi.
"Tapi KV menolak karena kalau dirawat di Sukabumi bisa ketahuan. Sehingga di bawa ke Jakarta dan dirawat di RSPP," katanya.
Dari situ, katanya kasus ini diungkap atas kerjasama dengan Polda Jabar.
"Dari sini kami menetapkan 4 tersangka yakni AK, KV, AG dan SG. Pada saat itu juga kami langsung lakukan penangkapan terhadap SG dan AG yang ada di Lampung Tengah," katanya.
Suyudi memastikan bahwa hubungan dua orang otak pembunuhan ayah dan anak di Lebak Bulus, yakni Aulia Kesuma (45) alias AK dan Geovanni Kelvin (24) alias KV, adalah bibi atau tante dengan keponakan.
"Jadi hubungan mereka adalah bibi dan keponakan kandung. KV adalah anak dari adik AK. Sejak kecil KV diasuh oleh AK. Sehingga sudah seperti anak sendiri. Jadi apa masalah yang dihadapi AK, maka KV juga merasa itu menjadi masalahnya," kata Suyudi dalam jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Senin (2/9/2019).
Ia mengatakan Aulia Kesuma adalah dalang pembunuhan suami dan anak tirinya, yakni Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili (54), dan M Adi Pradana alias Dana (23), yang jenazahnya ditemukan terbakar dalam mobil di Cidahu, Sukabumi, Minggu (25) lalu.
Aulia kata Suyudi, diketahui mengenal Edi alias Pupung melalui media sosial Facebook (FB).
Dari sanalah perkenalan mereka yang saat itu masing-masing berstatus janda dan duda, berlanjut ke pelaminan pada 2013.
Namun setelah enam tahun pernikahan mereka, masalah ekonomi yakni utang, membut Aulia gelap mata dan merencanakan pembunuhan terhadap suami dan anak tirinya.
"Jadi mereka saling mengenal lewat facebook. Dari sana berlanjut sampai menikah," kata Suyudi.
Ia memastikan motif pembunuhan yang dilakukan Aulia karena ia terlilit utang Rp 10 Miliar di dua bank.
"Tersangka AK ini berutang ke bank untuk bisnis restoran. Namun tersangka kesulitan membayar bunga berjalan Rp 200 Juta perbulan," katanya.
Sehingga ia meminta suaminya menjual rumahnya di Lebak Bulus. "Tapi suaminya menolak, sehingga muncullah rencana pembunuhan," kata Suyudi.
Dari penilaian atau appraisal bank, harga rumah Edi alias Pupung di Lebak Bulus dihargai Rp 14 Miliar. "Jadi kalau korban dan anaknya meninggal, maka otomatis ahli waris jatuh ke tersangka dan nilai Rp 14 Miliar bisa menutup utangnya, dan tersangka mendapat lagi keuntungan Rp 4 Miliar," katanya.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan tersangka Aulia Kesuma, sempat menyewa dukun santet untuk menyantet suaminya Edi alias Pupung.
Bahkan Aulia menghabiskan dana Rp 40 Juta untuk mencari dan membayar dukun santet, berinisial A.
"Tersangka AK mencari dukun untuk menyantet korban biar meninggal. Dia mengeluarkan uang Rp 40 juta untuk biaya ke dukun untuk santet suaminya. Tapi suaminya gak mempan disantet," kata Argo Yuwono dalam jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Senin (2/9/2019).
Karenanya kata Argo, kemudian Aulia berencana mencari senjata api untuk menghabisi suaminya. "Dan mencari eksekutornya untuk menembak. Dia mengeluarkan Rp 25 Juta untuk beli senpi. Tapi kurang karena harganya Rp 50 Juta. Lalu nambah Rp 10 Juta, tapi gak jadi menembak karena harga senpinya mahal. Akhirnya terpikirkan kembali untuk menghabisi dengan membakar. Itu sudah direncanakan dari awal juga," papar Argo.
Dalam perencanaannya kata dia, Aulia tidak sendiri, tapi dibantu oleh keponakannya yang sudah dianggap anak yakni Kelvin alias KV, lalu dua tersangka dari Lampung. "Juga ada orang lain yang ikut serta dalam rencana pembunuhan tersebut," katanya.
Argo menjelaskan pembunuhan kepada Edi alias Pupung dan Dana ini dirancanakan bulan Juli 2019 di sebuah apartemen di Kalibata.
"Berawal dari perencanaan di bulan Juli. Di apartemen itu ada pertemuan tersangka AK, dia sering curhat ke pembantunya inisial T, kalau dia gak kuat ada utang. Dia uutang di 2 bank di Jakarta totalnya Rp 10 Miliar," kata Argo.
Di satu bank, tambah Argo, Aulia utang Rp 2,5 Miliar dan satu bank lain Rp 7,5 Miliar.
"Bunganya sekitar Rp 200 Juta per bulan. Dengan adanya uutang tersebut, tersangka AK keluh kesah terus. Dia berupaya bagaimana caranya agar suaminya mau rumahnya di Lebak Bulus, dijual untuk membayar hutang tersebut," kata Argo.
Tapi tambah Argo suami Aulia, yakni Edi alias Pupung tak pernah kunjung merelakan menjual rumahnya.
"Hingga direncanakanlah pembunuhan itu mulai dari santet, ditembak dan dibakar," katanya.
Aulia dan dua tersangka lain yakni SK dan AG yang dihadirkan dalam jumpa pers tampak membisu dan tak menanggapi pertanyaan wartawan.
Suyudi mengatakan dalam kasus ini untuk sementara pihaknya menetapkan 4 tersangka yakni Aulia Kesuma, dan keponakannya yang dianggap anak yakni KV alias Kelvin serta dua eksekutor yang membantu pembunuhan yakni AG dan SG.
Sebelumnya kasus pembunuhan berencana ini ditangani Polda Jabar dan Polres Sukabumi. Namun akhirnya kasus dilimpahkan ke Polda Metro Jaya, setelah tim Jatanras Polda Metro Jaya membekuk AG dan SK, dua eksekutor yang dibayar Aulia, untuk membantu melakukan pembunuhan.
Karenanya Aulia yang dibekuk Polres Sukabumi diserahkan ke Polda Metro Jaya dan tiba di Mapolda Metro Jaya, Kamis (29/8/2019) sore sekira pukul 17.35.
Ia dibawa dengan mobil Toyota Calya B 2620 BZM warna hitam, yang merupakan barang bukti dalam kasus ini.
Mobil inilah yang dikendarai Aulia mengawal mobil Suzuki Ertiga berisi dua mayat korban dari Cierendeu ke Sukabumi.
Pantauan Warta Kota, Kamis sore, Aulia tampak turun dari bangku belakang mobil Calya miliknya yang dikemudikan petugas.
Aulia dikawal ketat sedikitnya tiga petugas, menerobos kerumuman wartawan yang menunggunya.
Jaket hitam tampak menutupi kepala dan wajah Aulia yang terus menunduk. Sekilas tampak ia mengenakan hijab warna abu-abu dengan pakaian rok terusan warna senada.
Tak ada komentar apapun dari Aulia untuk menanggapi pertanyaan sejumlah wartawan.
Ia terus membisu dengan dikawal petugas hingga masuk ke ruang pemeriksaan gedung Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya.
Argo memastikan kasus pembunuhan ini dilimpahkan ke Jakarta atau Polda Metro Jaya.
Karenanya kata dia, otak pelaku pembunuhan Aulia Kesuma (45) dibawa ke Polda Metro Jaya untuk diperiksa kembali.
"Kami sudah komunikasikan, jadi kasus dilimpahkan ke Jakarta. Jadi tentunya nanti kita akan bisa mengetahui bagaimana runtutnya peristiwa pidana tersebut setelah memeriksa AK ini. Dari perencanaan pembunuhan yang tersangka lakukan, dari sebuah apartemen di Jaksel, hingga eksekusi dan pembakaran," kata Argo.
Dari sana kata Argo akan bisa dilihat berapa orang yang merencanakan pembunuhan.
"Lalu dari sekian orang itu apakah ada yang sudah diperiksa, atau masih ada yanh belum. Tentunya akan dilihat apakah ada kaitannya, apakah membantu, atau ikut serta. Itu nanti kita pelajari lebih lanjut, karena kita belum memeriksa secara lengkap tersangka yang di Sukabumi. Nanti kita akan tahu rentetan peristiwanya seperti apa, kalau smeuanya sudah kita periksa," kata Argo.
Dalam kasus ini katanya peristiwa pembunuhan diduga telah terjadi di rumah korban di Jalan Lebak Bulus 1, Jakarta Selatan. Karenanya pihaknya kata Argo sudah memeriksa 5 saksi tetangga di rumah korban di Lebak Bulus.
"Kita sudah memeriksa sekitar 5 saksi yaitu tetangga rumah korban yang mendengar atau mengetahui atau melihat. Kriteria sebagai saksi seperti itu, sehingga sudah, kita lakukan pemeriksaan," kata Argo.
Nantinya kata Argo jika semua saksi dan pelaku sudah diperiksa pihaknya akan melakukan rekonstruksi kasus ini.
"Dalam rekonstruksi, nanti bisa jelas seperti apa peran masing-masing tersangka," kata Argo.
Argo Yuwono mengatakan polisi sudah membekuk empat tersangka dalam kasus pembunuhan ini.
Otak pelaku pembunuhan dipastikan adalah Aulia Kesuma (45) dan keponakannya Kelvin alias KV (24) yang sudah dalam pengamanan polisi.
Aulia merupakan istri muda korban, Edi alias Pupung. Ia merupakan istri muda Edi Chandra alias Pupung.
Sementara KV masih dirawat di RS Polri, Kramatjati, karena turut terkena luka bakar 30 persen saat membakar korban. (bum)