Transportasi
2.000 Bus Listrik Ditargetkan Beroperasi Di Jabodetabek Tahun Depan
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan menargetkan sebanyak 41.000 bus listrik beroperasi dalam lima tahun, pada 2024
Pemerintah pusat mendorong percepatan pengembangan kendaraan ramah lingkungan, termasuk beroperasinya bus listrik sebagai angkutan umum di wilayah Jabodetabek.
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan menargetkan sebanyak 41.000 bus listrik akan beroperasi dalam lima tahun ke depan, pada 2024.
Kepala BPTJ Bambang Prihartono mengatakan, untuk tahap awal, 2.000 bus listrik itu sudah beroperasi di jalanan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
"Saya sudah bikin roadmap-nya (peta jalan). Sampai 2024, jumlahnya 41.000 unit," ujarnya di kompleks Gedung Dinas Teknis DKI, Jalan Jatibaru, Jakarta Pusat, Kamis (29/8/2019), seperti dilansir Kompas.com.
• Dukung Pengembangan Mobil Listrik di Indonesia, Toyota Akan Boyong Bus Listrik ke Tanah Air
• Jumat Besok Hari Terakhir Uji Coba Bus Listrik Transjakarta di Ancol Taman Impian
Produksi Dalam Negeri
Bus listrik itu kemungkinan besar akan diproduksi di dalam negeri.
Salah satu produsen bus listrik itu adalah PT Mobil Anak Bangsa (MAB). Namun, juga bisa diproduksi oleh produsen lain.
"(Tahun) 2020 harus segera diproduksi atau disediakan sebanyak 2.000 unit bus listrik. (Produksinya) tergantung MAB. MAB siap enggak. Kalau siap semua, ya MAB bisa sediakan semua," kata Bambang.
8 Agustus 2019, Presiden Joko Widodo telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan.
PT MAB menyambut perpres tersebut dengan segera memproduksi massal kendaraan niaganya.
• Bus Listrik Transjakarta Bikin Penasaran Pengunjung Ancol
• VIDEO : Tenang dan Senyap, Begini Rasanya Naik Bus Listrik Transjakarta
Bus listrik MAB untuk kebutuhan komersial akan diproduksi antara September sampai Oktober 2019.
Namun, jumlahnya belum terlalu banyak karena menyesuaikan pesanan.
PT MAB menargetkan 30 unit bus listrik yang diproduksi sampai November nanti.
Technical Director PT MAB Bambang Tri Soepandji memastikan, penggunaan bus listrik untuk transportasi umum akan lebih murah dibandingkan bus konvensional.
Menurut Bambang, bus listriknya hanya membutuhkan tarif operasional sebesar 0,8 kWh per satu kilometer.
"Dari hitugan tarif per kilometer, bus konvensional itu kurang lebih Rp 2.650. Untuk MAB ini hanya 0,8 kWh per kilometer, jadi bila tarif PLN itu Rp 1.460 per kWh, artinya kurang lebih tarif bus listrik sekitar Rp 1.200 per kilometernya," ujar Bambang, Rabu lalu.
• Anies Jajal Bus Listrik Transjakarta Ramah Lingkungan Karya Anak Bangsa Karoseri New Armada Magelang
• Foto-foto Bus Listrik Transjakarta yang Bakal Menghiasai Jalanan Ibu Kota Jakarta Mei 2019
Uji Coba Bus Listrik
Bus listrik produksi MAB sejak Mei lalu menjalani uji coba di bawah pengelolaan PT Transjakarta.
Sampai akhir Juli lalu, tiga bus listrik buatan MAB mengangkut penumpang di lokasi khusus, yakni di tempat-tempat wisata seperti Monumen Nasional, Taman Mini Indonesia Indah, Taman Margasatwa Ragunan, dan Ancol Taman Impian.
Selama masa uji coba di tempat-tempat wisata itu, bus listrik Transjakarta sudah mengangkut 13.797 penumpang.
Uji coba itu masih akan terus berlangsung selama enam bulan.
Mulai 28 Agustus 2019, PT Transjakarta menguji coba bus listrik di jalur Transjakarta.
Namun, bus ini tidak mengangkut penumpang, melainkan berisi galon berisi air.
Direktur Utama Transjakarta Agung Wicaksono mengatakan, bus listrik yang dimiliki Transjakarta belum bisa mengangkut penumpang di jalan raya karena perizinan belum sepenuhnya diberikan oleh pemerintah.
• Belum Ada STNK, Bus Listrik Tidak Bisa Mengaspal di Ibu Kota
• Selain Jakarta, Bus Listrik MAB Siap Layani Trayek Semarang-Yogyakarta, Usai Lebaran Produksi Massal
"Memang perpres sudah terbit, tetapi kita lihat peraturan di bawahnya masih disiapkan, sehingga nantinya Transjakarta punya plat kuning untuk bisa mengangkut penumpang . Sebagai ganti penumpang, saat ini kita lakukan pengujian secara teknis dibebani dengan galon air," ujar Agung, Kamis (29/8/2019), seperti dikutip Kontan.id.
Agung melanjutkan, bus tersebut diisi dengan galon air dengan berat maksimal 16 ton.
Bus listrik pun diuji selama 17 jam dengan kapasitas baterai awal tersedia sebesar 100%.
Agung mengatakan, setelah diuji selama 17 jam, baterai bus listrik tersebut masih memiliki daya yang tersedia sebear 46%.
Pengujian itu dilakukan untuk melihat dampaknya terhadap beban, penggunaan baterai, pengaruhnya pada pengemudi dan lainnya.
Agung menargetkan pihaknya akan bisa melakukan uji coba lebih banyak bus listrik di jalur Transjakarta.