HUT Kemerdekaan RI
Begini Rasanya Saat Mantan Teroris Bom Bali Hingga Poso Ikut Upacara Bendera HUT Kemerdekaan
Upacara 17 Agustus itu bertempat di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Lamongan, Jawa Timur, Sabtu (17/8/2019) lalu.
Sama seperti kebanyakan masyarakat pada umumnya, para mantan napi teroris (napiter) dan eks kombatan yang tergabung dalam Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP) di bawah komando Ali Fauzi, juga sempat menggelar upacara bendera HUT Kemerdekaan RI ke-74.
Upacara 17 Agustus itu bertempat di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Lamongan, Jawa Timur, Sabtu (17/8/2019) lalu.
Berbeda dengan dua periode sebelumnya, kali ini mereka menggelar agenda tersebut dengan khidmat.
Tidak hanya sebagai peserta, namun beberapa di antara mereka juga dipercaya sebagai personel upacara, mulai dari aktor pembaca teks proklamasi, komandan upacara, pengibar bendera, hingga pembaca ikrar setia akan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
• Jika Abu Bakar Baasyir Boleh Tak Teken Ikrar Setia Pancasila, 507 Napi Teroris Lainnya Bakal Ikutan
Selepas agenda, beberapa di antara mereka pun memiliki beragam perasaan ketika dipercaya dalam mengemban tanggung jawab sebagai personel upacara tersebut.
Mulai dari Ali Fauzi yang bertugas sebagai pembaca teks proklamasi, dengan komandan upacara dipercayakan kepada Yoyok Edi yang merupakan bekas anggota Jamaah Islamiyah (JI), dan perwira upacara dijabat oleh Asadullah alias Sumarno yang merupakan mantan napiter dalam kasus Bom Bali I.
• Soal Pembebasan Abu Bakar Baasyir, Ini Kata PM Australia dan Penyintas Bom Bali 2002
Adapun petugas pengibar bendera, dipercayakan kepada Saiful Abid mantan napiter kasus penembak polisi di Poso, Hendra yang tak lain adalah anak kandung dari Amrozi, dan Mustain anak dari mantan napiter Nor Minda yang juga tersandung dalam kasus Bom Bali I.
Begitu pula dengan petugas untuk pembacaan ikrar setia kepada NKRI, yang sebelumnya merupakan mantan napiter dan eks kombatan.

Kendati inspektur upacara masih diemban oleh Kapolres Lamongan, AKBP Feby DP Hutagalung.
"Ini persiapan seminggu sebelum acara, jadi ada dari polisi yang mengajari kami di sini seminggu sebelumnya, jadi agak optimal juga," ujar Asadullah alias Sumarno, ditemui selepas upacara bendera.
Was-was Ia pun mengaku, mendapat ilmu baru saat dirinya dipercaya sebagai perwira upacara dalam agenda tersebut.
Sebuah tugas dan jabatan yang belum Sumarno rasakan atau alami sebelumnya.
"Alhamdulillah dapat ilmu baru. Tetap kita was-was karena enggak pernah menjadi petugas upacara dan kemudian disaksikan banyak orang. Terutama kita yang dulunya mengucap Republik Indonesia saja repot, susah, lebih mudah menghafal (bahasa) Arab ya sekarang harus mengucap teks seperti itu," kata dia.
• Jadi Anggota Paskibraka DKI, Khaliza Cut Azzahra: Tadinya Susah Bangun Pagi Sekarang Nggak Lagi
Namun Sumarno yang sempat diamankan karena terlibat dalam jaringan bom Bali 1 ini mengakui, jika apa yang sudah diperbuat olehnya ternyata salah dan kini berikrar setia kembali kepada NKRI.
"Dulu saya bagian pengirim eksplosive (bom) ke Bali dan juga menyimpan beberapa pucuk senjata," tutur Sumarno.
"Saya imbau kepada teman-teman, kita kembali kepada NKRI," sambungnya.
• 28 Anggota Paskibra Kecamatan Tak Kuasa Menahan Tangis Saat Bertugas, Ini Penyebabnya
Sementara itu, Ali Fauzi yang didapuk sebagai pembaca teks proklamasi, juga mengaku merasakan getaran berbeda ketika membacakan.
Meski pembacaan teks proklamasi, bukan pertama kali dilakoni olehnya.
"Saat saya membaca teks proklamasi tadi, ada getaran dalam jiwa, dan ini saya sudah tiga kalinya membaca teks proklamasi. Ini yang akan kami tularkan kepada kawan-kawan yang masih kekeh (memegang kuat prinsip lama) dan tentu nanti tidak lepas dari kerjasama dengan Polres Lamongan dan BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme)," terangnya.
Adapun Hamim Thohari yang bertugas sebagai anggota pembaca ikrar setia dalam upacara mengajak, supaya menjaga keselamatan dan kedamaian NKRI dengan menghindari serta tidak melakukan aksi-aksi terorisme.
"Kita merasa negara kita ini, sudah menjadi tugas bagi kita semua untuk menjaga dan mengamankan," kata dia.
"Saya pesan kepada rekan-rekan, yang saat ini masih belum bergabung dengan kami, segera lah bergabung. Mari kita ciptakan persatuan, kita ciptakan indonesia ini lebih bagus, lebih kondusif dan lebih aman," ucap Hamim, yang sempat diamankan pihak kepolisian lantaran keikutsertaannya dalam agenda bom Bali 1.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sepenggal Cerita Usai Para Mantan Teroris Laksanakan Upacara 17 Agustus: Mulai Was-was hingga Rasakan Getaran Dalam Jiwa"
Penulis : Kontributor Gresik, Hamzah Arfah