Literasi
MocoSik Festival, Saat Buku Maupun Musik Mampu Berbagi Dalam Panggung dan Waktu yang Sama
MocoSik Festival kembali digelar untuk ketiga kalinya setelah sukses pada 2017 dan 2018. Tak hanya musik, di festival itu juga dipanggungkan buku.
Penulis: Irwan Wahyu Kintoko | Editor: Irwan Wahyu Kintoko
Festival Buku dan Musik MocoSik hadir kembali setelah sukses digelar dua tahun berturut-turut, 2017 dan 2018.
Mengusung tema 'Buku, Musik, Kamu', panggung akbar yang 'mengawinkan' dua kultur itu digelar pada 23, 24 dan 25 Agustus 2019.
Mengambil tempat sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Jogja Expo Center, Banguntapan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, MocoSik Festival tetap bernapaskan spirit mendekatkan buku dan musik.
Anas Syahrul Alimi, founder MocoSik Festival, mengatakan, MocoSik tidak mengarusutamakan buku melebihi musik, atau sebaliknya.
"Keduanya sama rendah dan sama tinggi. Baik buku maupun musik berbagi dalam panggung dan waktu yang sama," kata Anas Syahrul Alimi, Jumat (16/8/2019).
MocoSik adalah festival pertama di Indonesia yang mempertemukan buku dan musik di satu panggung besar.
• Begini Kata Andien Aisyah Soal Jiwa Nasionalis Dalam Karya Musik
• Belum Mau Hijrah, Ariel NOAH Masih Bergairah dalam Bermusik
Mencoba mendekatkan para penikmat konser kepada buku, juga sebaliknya, mengakrabkan insan literasi dan pencinta buku kepada musik.
Itulah misi literasi budaya yang diusung MocoSik.
Anas Syahrul Alimi, yang juga CEO Rajawali Indonesia --lembaga promotor yang telah berpengalaman menyelenggarakan puluhan konser musik skala nasional maupun internasional-- menyatakan, MocoSik tidak hanya menampilkan musisi ataupun penulis yang tengah naik daun.

"Yang berada sangat jauh dan sudah berkarya lebih dahulu di waktu lampau, namun tetap eksis, juga kami berikan panggung yang sama," kata Anas Syahrul Alimi.
Penghikmat buku dan penikmat musik, lanjut Anas Syahrul Alimi, diringkas menjadi satu: 'Kamu'.
Menurut Irwan Bajang, yang pada MocoSik #3 ini dipercaya menjadi Direktur Program, dalam tiga hari penyelenggaraan MocoSik terdapat lebih kurang 68 penampil.
• Sutradara Hanung Bramantyo Kecewa Mendengar Sekelompok Orang Melakukan Razia Buku
• Hadir Bersama Saat Diskusi Buku, Arie Kriting Tampak Makin Lengket dengan Indah Permatasari
Jumlah itu, lanjut Irwan Bajang, lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya.
"Para pencinta buku dan penikmat musik mendapat suguhan beragam dari panggung literasi maupun musik," jelasnya.
Duet Buku dan Seni Rupa
Bukan hanya penampil yang bertambah, MocoSik #3 esok juga tidak hanya bicara kelindan buku dengan kultur musik.
Tetapi juga kaitan buku dengan film, serta buku dengan seni rupa.
Misalnya, pada hari pertama Mocosik Festival, 23 Agustus esok, Ody Mulya Hidayat (Produser film laris Dilan 1990 dan Dilan 1991) akan berbicara kelindan buku dan film.
Lantas, dilanjutkan obrolan dunia buku dan seni rupa.
Tidak tanggung-tanggung, lima perupa akan diboyong ke MocoSik #3 untuk membicarakan ilustrasi perbukuan.
Kelima perupa itu Ugo Untoro, Jumaldi Ali, Dipo Andy, Ong Hari Wahyu dan Samuel Indratma.
Irwan Bajang yang juga pegiat dunia penerbitan buku indie di Indonesia ini, merinci sejumlah nama yang mengisi sepuluh sesi obrolan maupun lokakarya musik, film, dan seni rupa yang memiliki korelasi dengan dunia buku dan literasi.
• Senang Membaca Bukunya, Rachel Amanda Tidak Menyangka Dilibatkan di Film Nanti Kita Cerita Hari Ini
• Buku Biografi Sutopo Purwo Nugroho Segera Terbit, Najwa Shihab Turun Tangan Membidani
Nama para penampil itu, antara lain Zen RS, Joko Pinurbo, Eko Prasetyo, Edi Mulyono, Aguk Irawan M.N., Windy Ariestanty, Iqbal Aji Daryono, hingga Mas Aik, Anton Kurnia, dan Pepeng.
Ada pula Kalis Mardiasih, Hengki Herwanto, Erie Setiawan, Nuran Wibisono, David Tarigan, Deskripsi John H McGlynn, dan Okky Madasari.
Di panggung musik, misalnya, selain menampilkan Tulus, Yura Yunita, Pusakata, bakal tampil juga para musisi gaek dan legendaris seperti Ebiet G Ade.
Ada pula Gallaby, Langit Sore, Nostress, Dialog Dini Hari, Tashoora, Sujiwo Tejo Band, Guyon Waton, hingga konser puisi cinta yang melow yang 'dikonduktori' sastrawan dan sutradara teater Agus Noor.