Film
Peran Annelies Mellema Mendekatkan Mawar De Jongh pada Salah Satu Karya Masterpiece Pramoedya
Mawar De Jongh begitu semangat menjelang gala premier film 'Bumi Manusia' dan 'Perburuan' digelar di Surabaya, sepanjang Jumat ini.
Penulis: Irwan Wahyu Kintoko | Editor: Irwan Wahyu Kintoko
"Semua cerita filmnya punya latar-belakang cerita sejarah," kata Mawar De Jongh.
Bulan Pramoedya
Gala premier film Bumi Manusia dan Perburuan akan dirayakan bersamaan dengan bulan Pramoedya Ananta Toer dan peringatan HUT ke-74 Kemerdekaan Republik Indonesia.
Secara khusus, lewat kedua film tersebut, Falcon Pictures ingin mengenalkan karya sastra lebih dekat ke masyarakat, terutama dokumentasi karya Pramoedya Ananta Toer.
"Agustus ini adalah bulan kemerdekaan. Kami berusaha merayakannya bersama Pak Pramoedya yang tidak pernah merayakan kemerdekaan," ujar Hanung Bramantyo, sutradara Bumi Manusia.

Semasa hidup, Pramoedya Ananta Toer ini dianggap terasing, pengkhianat hingga pemberontak.
Akibatnya, hak merayakan kemerdekaan Pramoedya Ananta Toer tidak pernah ada.
"Mungin ini momen berani dari kami, bukan pemerintah. Kami akan merayakan Kemerdekaan Indonesia lewat karya Pak Pram. Pak Pram pasti bahagia sekali," kata Hanung Bramantyo.
• Menyanyikan Ibu Pertiwi, Iwan Fals Ikut Hadir di Gala Premier Film Bumi Manusia dan Perburuan
• Ini Alasan Mengapa Proses Pembuatan Film Bumi Manusia Membutuhkan Waktu Sangat Lama
Frederica, Produser Falcon Pictures, menyatakan, Surabaya dipilih karena sesuai latar-belakang cerita Bumi Manusia dan Perburuan.
Surabaya dikenal sebagai salah satu kota yang memiliki kaitan sejarah Kemerdekaan Indonesia.
Peristiwa 10 November 1945 adalah sejarah ikonik di Surabaya.