Pencemaran Lingkungan

Pencemaran Kali Bekasi Terjadi Berulang-ulang Bakal Membunuh Tumbuhan dan Ikan

"Dari beberapa titik yang saya kunjungi, lokasi Curug Parigi, Bantar Gebang, Kota Bekasi, yang paling menyengat karena derasnya air terjun."

Penulis: Fitriyandi Al Fajri |

Komunitas Peduli Sungai Cikeas-Cileungsi (KP2C) menilai, pencemaran berulang-ulang di Kali Bekasi bisa merusak ekosistem.

Tumbuhan maupun ikan yang biasa hidup di kali alam itu, banyak yang mati karena tidak mampu bertahan hidup di air yang tercemar limbah pabrik maupun domestik.

"Kondisi air berwarna hitam pekat dan menimbulkan aroma yang tidak sedap," kata Ketua KP2C, Puarman, Sabtu (3/8/2019).

Pencemaran berawal dari Sungai Cileungsi ini, kata dia, tidak hanya berdampak pada ekosistem.

Tetapi juga berdampak pada kesehatan masyarakat setempat.

Bahkan salah satu warga di Desa Ciangsana, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, sampai dilarikan ke Puskesmas karena mengeluh sesak nafas.

857.464 Rumah warga Kota Bekasi Tak Dilengkapi Instalasi Air Limbah Domestik Cemari Sungai

Meski begitu, Puarman menyadari bahwa keluhan kesehatan warga itu belum tentu juga berkaitan dengan kondisi tercemarnya Sungai Cileungsi.

"Yah bisa saja memang berkaitan tapi mungkin juga sekadar kebetulan," katanya.

Puarman  mengaku, dirinya sempat gatal di kerongkongan setelah tiga kali menelusuri sungai di titik-titik pencemaran  di Sungai Cileungsi. Kondisi itu dia rasakan setibanya di rumah.

"Dari beberapa titik yang saya kunjungi, lokasi Curug Parigi, Bantar Gebang, Kota Bekasi, yang paling menyengat karena derasnya air terjun."

"Berbeda dengan air yang sekadar mengalir di sungai, bau menyengat tidak akan terlalu terasa," ujar Puarman.

Farhat Abbas Polisikan Hotman Paris, Polda Metro Akan Klarifikasi Kedua Belah Pihak

Tanpa instalasi limbah domestik 

Sementara itu, Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Disperkimtan) Kota Bekasi mencatat, ada 857.464 bangunan warga tidak dilengkapi instalasi pengolah air limbah domestik.

Warga dianggap ikut bertanggung jawab terhadap pencemaran sungai ataupun kali di Kota Bekasi.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Disperkimtan Kota Bekasi, Andrea Sucipto mengatakan, total bangunan rumah 941.359 unit.

Dari angka sebanyak itu, hanya tujuh persen atau setara 65.895 unit yang telah memiliki instalansi limbah berupa tangki septik.

Sementara sisanya, 857.464 bangunan tidak dilengkapi tangki septik.

Air Limbah domestik bekas mandi, mencuci piring dan pakaian langsung dibuang ke saluran air yang bermuara ke sungai atau Kali Bekasi.

Lagu Kala Kado Indah Mytha Lestari Kepada Putranya yang Berulang Tahun Pertama

"Limbah domestik rumah tangga berkontribusi terhadap pencemaran Kali Bekasi, mungkin pengaruh limbah mereka lebih besar dibanding limbah industri," kata Andrea Sucipto, Sabtu (3/8/2019).

"Sebab aktivitas rumah tangga cenderung dilakukan selama 24 jam, sementara limbah produksi dibuang ke sungai bila pabrik melakukan aktivitas," katanya.

Menurut dia, pengelolaan limbah domestik yang benar dengan cara menampungnya terlebih dahulu ke tangki septik, seperti halnya penampungan feses.

Kemudian, petugas akan menyedotnya bila tangki telah penuh, dan limbah tersebut akan diolah di IPAL milik Kota Bekasi.

Namun faktanya, air bekasi cucian maupun keperluan dapur justru langsung dibuang ke drainase.

Padahal, kata dia, drainase dibuat hanya untuk mempermudah pergerakan air hujan menuju saluran yang lebih besar seperti sungai ataupun kali.

"Drainase itu dibuat bukan untuk sebagai tempat membuang limbah bekas cucian ataupun keperluan dapur. Selama ini orang salah memandang fungsi drainase," kata Andrea

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved