Kilas Balik
TERNYATA Korban Kriminal Otak Serangan KKB Papua yang Masih 17 Tahun Ini Tak Cuma TNI, Sipil Juga
Dikenal sebagai pimpinan sekaligus otak di balik serangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua, Egianus Kogoya telah menorehkan sejumlah catatan k
PALMERAH, WARTAKOTALIVE.COM -- Dikenal sebagai pimpinan sekaligus otak di balik serangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua, Egianus Kogoya telah menorehkan sejumlah catatan kriminal
Korban serangan KKB Papua di bawah pimpinan Egianus Kogoya ini tak hanya TNI, tapi juga masyarakat sipil
Dilansir dari Kompas.com dalam artikel '7 Catatan Kriminal Kelompok Separatis Pimpinan Egianus Kogoya di Nduga', berikut sejumlah catatan kriminal Egianus Kogoya
1. Penembakan pesawat Dimonim Air
Pada tanggal 22 Juni 2018, pesawat Twin Otter PK-HVU milik maskapai Dimonim Air rute Timika-Kenyam, ditembak di lapangan terbang Kenyam, Ibu Kota Kabupaten Nduga, oleh kelompok separatis Egianus Kogoya.
• Ramalan Zodiak Kesehatan Jumat 2 Agustus 2019 Leo Dilarang Ngopi, Pisces Pusing, Gemini Sakit Perut
• Sambil Terisak, Isa Bajaj Menceritakan Detik-detik Meninggalnya Agung Hercules
• Sopir Truk Kecelakaan Maut Diamankan Polisi, Berikut Hasil Test Urinenya

Akibat peristiwa itu, pesawat yang mengangkut masyarakat sipil rusak. Sementara Co-Pilot Irene Nur Fadila mendapat luka tembak.
2. Penembakan pesawat Trigana
Pada tanggal 25 Juni 2018, pesawat Twin Oter milik Trigana yang mengangkut logistik pemilu dan pihak aparat keamanan ditembak oleh kelompok seperatis ini juga.
Peristiwa ini mengakibatkan pilot pesawat bernama Capres Ahmad Kamil terkena luka tembak di bagian punggung.
3. Penyerangan masyarakat sipil
Pada tanggal 25 Juni 2018, kelompok separatis Egianus Kogoya melakukan penyerangan terhadap masyarakat sipil di Kota Kenyam.
Sepasangan suami istri, Hendrik Sattu Kolab (38) dan Martha Palin (28), dan tetangganya Zainal Abidin (20) tewas ditembak.
Sedangkan anak Hendrik yang berusia 6 tahun berinisial AK, mengalami luka parah di bagian wajah akibat dibacok dengan parang.
4. Penyanderaan dan pemerkosaan
Pada tanggal 3-17 Oktober 2018, sebanyak 15 orang guru dan tenaga kesehatan disandera di Distrik Mapenduma, oleh kelompok separatis.
Tak hanya itu, seorang tenaga kesehatan diperkosa.
5. Pembunuhan pekerja pembangunan
Pada tanggal 1-2 Desember 2018, puluhan karyawan PT Istaka Karya yang bekerja untuk pembangunan jembatan Jalan Trans Papua di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, disandera oleh kelompok ini.
Sebanyak 25 pekerja pembangunan jembatan itu kumpulkan dan dibawa ke Puncak Kabo dan kemudian dieksekusi.
Sebanyak 4 orang berhasil melarikan diri dari eksekusi, 2 orang tak diketahui keberadaannya, dan 19 orang dipastikan tewas berdasarkan keterangan salah satu korban selamat.
6. Penyerangan dan pembunuhan anggota TNI
Pada tanggal 3 Desember 2018, kelompok ini melalukan pengejaran terhadap karyawan yang melarikan diri menuju ke Distrik Mbua.
Kemudian, ketika para karyawan berlindung di Pos TNI 755/Yalet, kelompok ini melalukan penyerangan.
Hal itu mengakibatkan 1 anggota TNI bernama Serda Handoko tewas dan seorang lainnya, Pratu Sugeng mengalami luka-luka.
7. Penembakan helikopter TNI
Sejak tanggal 4 Desember 2018 hingga Rabu (5/12/2018), kelompok separatis Egianus Kogoya masih menduduki Distrik Yigi yang jaraknya 2 jam berjalan kaki dari Distrik Mbua.
Belum ada kabar dari para karyawan PT Istaka Karya yang belum berhasil dievakuasi dari Puncak Kabo.
Sementara, aparat penegak hukum dari TNI dan Polri, sampai sejauh ini mendapat perlawanan dari kelompok separatis.
Bahkan, hari ini, helikopter yang digunakan TNI ditembaki dan 1 anggota terkena tembakan saat kontak senjata di Puncak Kabo.
Meski memiliki sederet catatan kriminal, sosok Egianus Kogoya hingga kini belum bisa dipastikan.

Bahkan, Wakil Kepala Penerangan Kodam (Wakapendam) XVII/Cenderawasih Letkol TNI Dax Sianturi yang setiap hari bersinggungan dengan kelompok mereka pun belum pernah bertemu dengan Egianus Kogoya,
Dax Sianturi beralasan, selama terjadi kontak senjata antara TNI dengan OPM, menurut Dax, sulit bagi pasukan TNI untuk memastikan keberadaan Egianus.
Sebab, anggota KKB selalu bersembunyi dalam hutan.
Tak hanya itu, keberadaan Egianus Kogoya juga sulit dipastikan, karena mereka selalu berpindah tempat setiap melakukan aksi.
Dax Sianturi pun mengaku tidak memegang data lengkap yang bersangkutan.
Sosok Egianus Kogoya baru diungkapkan oleh Victor Mambor, jurnbalis senior di Papua.
Victor Mambor, mengaku sempat bertemu dengan Egianus Kogoya pada Januari 2019 di Distrik Mbua, Kabupaten Nduga.
Victor menggambarkan sosok Egianus seperti remaja.

Begitu pun anak buahnya yang dinilai masih tergolong muda.
"Usianya sekitar 17-18 tahun, yang ada di sekitar Egianus juga masih remaja, usia belasan tahun," ucap Victor dikutip dari kompas.com, Rabu (31/7/2019).
Dari informasi yang ia dapat, Victor menyebut ayah Egianus bernama Silas Kogoya yang juga merupakan salah satu tokoh OPM.
Namun, kini ayahnya sudah meninggal.
Dari pembicaraan selama 15 menit, Victor menilai Egianus merupakan sosok terpelajar, berbeda dengan masyarakat lain yang ada di pegunungan.
Namun, Egianus yang mengetahui bahwa ia sedang berbicara dengan seorang Jurnalis meminta agar hasil pembicaraan mereka tidak diberitakan.
Egianus Kogoya yang disebut-sebut sebagai otak aksi KKB Papua ini berada di sebuah daerah terpencil.
Untuk bertemu dengan Egianus, Victor menyebut ada pihak lain yang tidak bisa ia sebutkan membantu untuk membuatkan janji.
Pertemuan pun diatur pada tengah malam.

Sebelum bertemu, Victor Mambor memperkirakan, saat itu ia harus berjalan kaki sekitar 2 jam sebelum tiba di lokasi Egianus.
"Jalan gelap, saya ikut arahan saja. Saya tidak tahu itu kami jalan ke arah mana, sampai tiba di perkampungan," kata Victor
Rupanya, Egianus sudah menunggu Victor di dalam sebuah honai (rumah adat suku pegunungan).
Pertemuan pun berlangsung hanya sebentar, sekitar 15 menit.
Analisis Sidney Jones
Sebelumnya, seorang pengamat terorisme Sidney Jones menyebutkan, kelompok Egianus Kogoya merupakan sindikat dari Kelly Kwalik, komandan sayap militer Organisasi Papua Merdeka ( OPM).
Sedangkan Kelly Kwalik tewas dalam penyergapan polisi pada 2009 silam.
Peristiwa penembakan 19 pekerja di Nduga oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) tak luput dari pengamatan pengamat terorisme Sidney Jones.

Menurut pengamat terorisme Sidney Jones, Egianus Kogoya dan anak buahnya dikenal lebih militan dan mayoritas masih muda.
Mereka pernah membuat keributan pada Juli lalu saat mencegah pelaksanaan pemilu.
"Biasanya OPM ini terdiri dari faksi-faksi. Di Nduga, satu faksi yang berkuasa dan sempalan dari Kelly Kwalik yang dulu bergerak di Timika. Tapi orang-orang ini muda dan lebih militan," ujar pengamat terorisme Sidney Jones kepada BBC News Indonesia. (Putra Dewangga Candra Seta)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Catatan Kriminal Egianus Kogoya Otak Serangan KKB Papua yang Masih 17 Tahun, Korbannya Tak Cuma TNI