Pilpres 2019
Terungkap Pertemuan Megawati Prabowo Dilakukan Pukul 12 Hari Ini, Arahnya untuk Koalisi?
Pertemuan sudah terjadi sebelumnya diawali dengan pertemuan antara Presiden Jokowi dan Prabowo yang dilakukan di Mass Rapid Transit (MRT).
PERTEMUAN di antara Presiden Joko Widodo, Ketua Umum Partai Gerindra, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dilaksanakan pada Rabu (24/7/2019).
Pertemuan kali ini, melibatkan Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto.
Pertemuan sebelumnya diawali dengan pertemuan antara Presiden Jokowi dan Prabowo yang dilakukan di Mass Rapid Transit (MRT).
Sekretaris Jenderal PDIP, Harto Kristianto menjelaskan, pertemuan itu akan dilakukan di kediaman Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat.
"Jam 12 di TU," kata Hasto Kristiyanto dalam penjelasan singkat, Kamis.
TU adalah sebutan untuk Jalan Teuku Umar yang diketahui sebagai kediaman Megawati Soekarnoputri.
Koalisi antara Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto sudah dilaksanakan sejak tahun 2009.
Bahkan, koalisi berlanjut di ajang Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2012.
Kedua politisi itu mengusung pasangan fenomenal Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, sehingga mereka keluar sebagai pemenang perhelatan itu.
• Ustadz Somad Ungkap Rahasia Investasi yang Membuat Dirinya Takjub oleh Kisah Dua Orang Sukses
• GERINDRA: Jokowi-Prabowo-Megawati Direncanakan Bertemu Rabu Besok
Sebenarnya, ada rencana di tahun 2014 koalisi berlanjut untuk mendukung Prabowo Subianto sebagai capres, tapi kemudian terjadi perubahan untuk menjadikan Joko Widodo alias Jokowi menjadi capres.
Meski, terjadi persaingan untuk memperebutkan kursi Presiden RI, tapi persahabatan antara Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto tetap berjalan dengan baik.
"Tanggal 23 Juli tepat di mana 18 tahun lalu Ibu Megawati Soekarnoputri dilantik sebagai Presiden kelima, sekaligus presiden perempuan pertama di Indonesia, dan menyandang sebutan juga sebagai Presiden Mandataris MPR terakhir," kata Hasto Kristiyanto.
Dalam mengemban amanat rakyat, saat itu, kata Hasto Kristiyanto, maka Megawati Soekarnoputri membentuk Kabinet Gotong Royong.
"Semangat gotong royong yang menjadi intisari Pancasila itulah yanqg terus dijalankan oleh Ibu Megawati Soekarnoputri," katanya.
"Atas dasar semangat yang sama, maka Ibu Megawati Soekarnoputri memang direncanakan bertemu dengan Pak Prabowo."
"Pertemuan itu dilakukan, dalam waktu dekat, dan sebagai tradisi silaturahim yang baik utk dijalankan para pemimpin."
"Pada saat kampanye pilpres pun, hub antara Ibu Mega dan Pak Prabowo berjalan baik, saling menghormati dan tidak pernah terlontar hal-hal yang membuat adanya jarak," kata Hasto Kristiyanto.
"Ibu Mega percaya pada kenegarawanan Pak Prabowo dan sama halnya dengan Pak Jokowi, kepemimpinan yang mempersatukan dan diwarnai dengan dialog antarpemimpin, merupakan hal yang memang seharusnya dilakukan," kata Hasto Kristiyanto.q
"Pertemuan tersebut menyangkut aspek mendasar, persahabatan antarpemimpin, meski dalam pilihan politik berbeda, tapi memiliki komitmen untuk berdialog dan meletakkan kepentingan bangsa dan negara di atas segalanya."
"Apapun rekonsiliasi pascapemilu penting untuk dilakukan."
"Pertemuan tersebut jangan dimaknakan terlalu jauh dengan pembentukan koalisi."
"Sebab, terkait koalisi pascapilpres, fatsunnya harus dibahas bersama antara Presiden dg seluruh Ketum Koalisi," katanya.
• Terungkap Ini Gaya Fahri Hamzah Saat Bertemu Jokowi dan Prabowo Mengungkap Potensi Jadi Oposisi
• Ustadz Somad Ungkap Rahasia Investasi yang Membuat Dirinya Takjub oleh Kisah Dua Orang Sukses
• Tantangan Ustadz Abdul Somad Bawa Tumpukan Buku Tebal Minta Pelaku Semburan Ujaran Kebencian Datang
MESKI berkali-kali melakukan pertemuan dengan Presiden joko Widodo dalam sejumlah acara resmi, Fahri Hamzah selalu kritisetrhadap pemerintahan Joko Widodo.
Dia tampil sebagai pengeritik, yang membuat Fahri Hamzah dibenci sebagian pihak.
Namun, suhu politik yang mendingin oleh adanya pertemuan Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto dinilai bisa memengaruhi kritik tajam yang biasanya disampaikan Fahri Hamzah.
Dalam sejumlah kesempatan bertemu langsung dengan Jokowi, Fahri Hamzah menampilkan gaya berbeda.
Jauh berbeda dengan gayanya saat tampil di depan kamera televisi atau memberikan keterangan pers, sesi wawancara, yang selalu kritis.
Meski demikian, sejumlah orasi yang dilakukan dan kicauan Fahri Hamzah untuk mengeritisi pemerintahan Joko Widodo tidak mereda.
Wakil Ketua DPR RI sekaligus mantan politisi PKS Fahri Hamzah.
Kegalakan Fahri Hamzah dengan menyampaikan kritik juga tidak menurun di saat tampil sebagai pemateri di Indonesia Lawyers Club (ILC).
Bahkan, sebelum terjadinya pertemuan ini, dengan tegas dia menyoroti pihak yang berupaya untuk menepuk air keruh.
Misalnya di saat Lukman Edy melakukan provokasi yang memanasi suhu politik lewat ILC dan mengecam kubu Prabowo Subiantosementara tidak bersikap apa-apa terhadap kubu Joko Widodo yang menebar kebencian di media sosial.
Inilah jalan sepi para petarung...menyusuri pinggir pesta kemenangan dan menanggung duka lara kekalahan...pahit tapi apa kita punya pilihan?
Tidak ada cara untuk menjaga kehormatan kecuali dengan kepala tegak menerima kekalahan...mengapa kau ikut dalam pesta kemenangan?
Bahkan mempunyai media online khusus yang secara rutin menyebarkan kabar bohong dan ujaran kebencian yang antara lain disemburkan kepada Prabowo Subianto.
Lantas, bagaimana sikap Fahri Hamzah terkini?
Fahri Hamzah menduga pertemuan itu akan segera terjadi, tapi ini sikap yang disampaikannya, sebelum pertemuan itu berlangsung.
Tetap semangat...
Tetap bicara...
Tetap melawan...
Ada kelahiran..
Ada kematian..
Dan ada cinta ...
Apa lagi yang melengkapi hidupmu?
Aku bertarung....
Untuk hidup yang mulia..
Dan kehormatan..
Pertarungan tidak menghitung kalah dan menang...
Aku bangga bertarung untuk sesuatu yang tidak material...
Tapi untuk nilai dan pikiran...
Secara khusus, dia menanggapi persoalan Krakatau Steel yang diterkam perusahaan baja China dengan dumping harga dalam tautan kabar yang disampaikan Rizal Ramli.
Akibatnya, perusahaan itu sekarat.
Sejumlah kebijakan PHK dengan kata dihaluskan efisiensi atau perampingan pun dilakukan.
Ajaib memang...
Harusnya proyek infrastruktur hidupkan industri bahan baku dalam negeri....malah mati.
Sementara itu, sebuah video yang diunggah di media sosial juga menunjukkan, tidak mudah bagi Prabowo Subianto untuk menenangkan massa pendukungnya.
Soalnya, banyak kalangan yang menolak tawaran untuk mengakui kemenangan Joko Widodo.
Bahkan, ada upaya gugatan yang masih dilakukan di Mahkamah Agung (MA).
Beberapa upaya lainnya termasuk proses yang dilakukan di tingkat DKPP pun masih berjalan.
Diungkap sebelumya di Warta Kota, politikus Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean menilai dua kandidat calon Wakil Gubernur (Cawagub) DKI dari PKS yakni Ahmad Syikhu dan Agung Yulianto tak berkompeten.
Bahkan, Ferdinand memberikan usul lebih baik Rahayu Saraswati Djojohadikusumo yakni keponakan Prabowo Subianto yang lebih pantas untuk mengisi posisi DKI 2 yang telah kosong selama 11 bulan ini.
Mananggapi hal itu, Ketua Fraksi PKS Abdurahman Suhaimi mengatakan itu tak menjadi masalah karena wacana serupa sudah pernah munculan sebelum PKS resmi menyodorkan dua nama kandidatnya.