Berita Internasional
SADIS, Pembantaian Besar-besaran Wanita Hamil dan Anak di Papua Nugini, Ada Apa Gerangan?
Dua wanita hamil dan banyak anak termasuk di antara 24 orang yang menjadi korban dalam pembantaian suku tersebut.
Usai insiden tersebut, Pimua bersama penduduk yang selamat membungkus tubuh korban dengan kelambu dan kini melarikan diri dari desa.
Perdana Menteri Papua Nugini, James Marape menulis, "Banyak anak-anak dan ibu-ibu tidak bersalah dibunuh di desa Munima dan Karida, di daerah pemilihan saya oleh orang bersenjata." (*)
SUBSCRIBES CHANNEL YOUTUBE WARTA KOTA PRODUCTION
Pembantaian 31 Pekerja Jembatan Membuktikan Pemerintah Gagal Total Jamin Keamanan
Peristiwa penembakan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua terhadap 31 pekerja proyek jembatan di jalur Trans Papua, mendapat perhatian serius Wakil Ketua DPR Fadli Zon.
Sebagai Ketua Tim Pemantau Otsus Papua, Fadli Zon mengecam kekejaman yang berlangsung dan meminta aparat keamanan bertindak tegas terhadap gerakan separatis Papua Merdeka.
"Sejauh ini, pemerintah gagal menciptakan keamanan dan ketertiban di wilayah tertentu di Papua. Ada kesan, pemerintah tak berdaya atau membiarkan gerakan separatis ini bebas merajalela," katanya di Jakarta, Rabnu (5/12/2018).

Pertama, Fadli Zon menyatakan, dia mengungkapkan belasungkawa atas tewasnya 31 pekerja proyek jembatan di distrik Yigi, Papua.
"Saya mengecam keras peristiwa tersebut. Apa yang dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), bukan lagi tindakan kriminal," katanya.
• Anies Baswedan Sering ke Luar Negeri, Wakil DPRD: Jakarta Kayak Autopilot Gak Ada Juga Begini Aja
• Jadwal Layanan Mobil SIM Keliling dan Samsat Keliling Hari Sabtu 13 Juli 2019 di Jadetabek
Menurut Fadli Zon, ini jelas gerakan pemberontak separatis yang melakukan aksi teror dan jelas merupakan terorisme.
"Sehingga, mereka lebih tepat disebut pemberontak, teroris, daripada disebut hanya sebagai kelompok kriminal atau begal. Pemerintah telah gagal memberangus mereka dan menjamin keamanan warga negara kita sendiri," katanya.
Berdasarkan catatannya, Fadli Zon menyatakan, peristiwa penembakan pekerja ini bukan yang pertama.
Sebelumnya, tahun lalu, ada penyanderaan oleh teroris separatis ini pada November 2017.
"Pernah terjadi penembakan terhadap 4 pekerja di wilayah Sinak, Papua. Rentetan peristiwa ini, perlu respon tegas dari pemerintah. Jangan ada negosiasi lagi sebab insiden ini sudah berulang dan banyak menimbulkan korban," katanya.
Secara teknis, kata Fadli Zon, peristiwa ini menegaskan pentingnya pelibatan ekstra aparat keamanan di Papua.