Isu Makar
Jadi TARGET PEMBUNUHAN, Pimpinan Charta Politika Yunarto Wijaya Langsung Berikan Tanggapan
Yunarto Wijaya langsung memberikan tanggapan setelah namanya diungkap ke publik menjadi target pembunuhan.
Keenam tersangka yang sudah ditangkap tersebut adalah HK alias Iwan, AZ, IF, TJ, AD, dan AF alias Fifi.
Keenam tersangka itu masing-masing memiliki peran berbeda.
M Iqbal dalam keterangan pers seperti disiarkan langsung oleh Kompas TV menjelaskan kronologi itu.
1. 14 Maret 2019
Pada tanggal 14 Maret 2019, HK menerima uang Rp 150 juta dan TJ menerima Rp 25 juta dari seorang.
Orang itu, kata M Iqbal, sudah diketahui identitasnya dan sampai saat ini masih diburu polisi.
Tersangka TJ oleh pemberi perintah itu, diminta untuk membunuh dua orang tokoh nasional.
Dengan pertimbangan keamanan, M Iqbal tidak mau menyebutkan siapa dua tokoh nasional yang akan dibunuh tersebut.
2. 12 April 2019
Target untuk membunuh 2 tokoh nasional belum dilaksanakan, pemberi perintah kembali meminta pembunuhan terhadap 2 tokoh nasional lainnya.
"Dengan demikian, ada 4 target tokoh nasional yang akan dibunuh," katanya.
Di samping itu, pemberi target juga meminta para tersangka untuk membunuh satu orang pimpinan lembaga survei.
"Rumah pimpinan lembaga survei itu sudah beberapa kali didatangi tersangka pembunuh yang sudah dikasih Rp 5 juta," ujar M Iqbal.
Disiapkan Sniper untuk Bunuh 4 Tokoh
Dalam kesempatan itu, M Iqbal juga menjelaskan senjata api laras panjang dan senjata api laras pendek yang sudah dibeli oleh para tersangka.
Senjata api itu akan digunakan untuk membunuh para target pembunuhan, yakni 4 tokoh nasional dan 1 pimpinan lembaga survei.
Senjata laras panjang yang disita dari tersangka juga dilengkapi teropong atau teleskop.
Senjata itu biasa digunakan oleh para penembak jitu atau sniper.
"Jadi, senjatanya ini memang sudah dilengkapi teleskop untuk seniper," ujar M Iqbal.
3 Kelompok Pengacau
Menurut M Iqbal, dengan terungkapnya pembunuh bayaran tersebut, berarti sudah terungkap setidaknya ada 3 kelompok pengacau yang akan menunggangi aksi 22 Mei 2019.
"Jadi, kelompok yang sekarang kita rilis ini beda dengan kelompok yang sebelumnya sudah dijelaskan oleh Bapak Menkopolhukam dan Bapak Kapolri," kata Iqbal.
Sebelumnya, Menkopolhukam Wiranto dan Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian menjelaskan adanya kelompok yang menyelundupkan senjata ke Indonesia.
Senjata api itu dilengkapi dengan teleskop dan peredam suara yang biasa digunakan oleh sniper.
Selain itu, kelompok lainnya adalah kelompok teroris yang sudah ditangkap polisi sebelum unjuk rasa pada tanggal 21-22 Mei 2019.
"Para tersangka teroris itu sudah bilang ingin manfaatkan momentum demokrasi untuk beraksi. Demokrasi menurut paham mereka itu kafir," ata M Iqbal.
"Jadi ada tiga kelompok penunggang gelap aksi 22 Mei 2019," tambah M Iqbal.
• Mahfud MD dan 2 Pakar Top Sebut Prabowo Punya Kesempatan Kalahkan Jokowi di Mahkamah Konstitusi
• Mahfud MD Beri Penjelasan Lengkap Soal Penyebab Sikap Prabowo Subianto Berubah
• Kisah Pengorbanan Mantan Suami Mulan Jameela, dan Perjuangan Maia Estianty Agar Mulan Tak Bercerai
• TRAGIS Suami-Istri Cekcok di Depan Dua Anaknya Hingga Berujung Maut: Sudah Pa Sudah Pa, Kasihan Mama
Sementara itu, Tribunnews.com memberitakan, Mabes Polri mengungkap dugaan upaya pembunuhan kepada empat tokoh nasional dan satu pimpinan lembaga survei yang direncanakan enam tersangka pemilik senjata api ilegal.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan satu orang pimpinan lembaga survei menjadi target pertama.
“Jadi pimpinan lembaga survei itu disuruh hajar dulu, kemudian dikasih uang. Motifnya masih kami dalami,” ungkap Dedi di Kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (28/5/2019).
Dedi menduga pimpinan lembaga survei tersebut menjadi target upaya pembunuhan berkaitan dengan institusinya, di mana lembaga survei bisa menggiring opini publik lewat hasil survei.
“Ya bisa jadi ke arah situ, mereka (pelaku) kan sudah analisis, mereka profesional,” tegas Dedi.
Dedi menyatakan pihaknya akan terus menelusuri siapa aktor intelektual dan penyandang dana dari rencana tersebut.
“Dari enam tersangka kan ada HK sebagai leader, HK ini dipesan oleh aktor intelektual, yang desain semua rencana, dan ada penyandang dana di atasnya,” kata Dedi.
Selain menyita berbagai jenis senjata api dan rompi antipeluru, polisi juga berhasil mengamankan sejumlah mata uang asing dollar Singapura yang nilainya sekitar Rp 150 juta sebagai bagian dari janji pemberian uang.