Pasar Uang
Jelang Libur Lebaran, Rupiah Menguat Terkena Dampak Peringkat Utang
Naiknya peringkat utang Indonesia dari BBB- menjadi BBB oleh Standard and Poor's (S&P) memberi dampak terhadap rupiah.
“Apalagi terbaru ada potensi perang dagang meluas ke Meksiko,” kata Faisyal.
• Perang Dagang Belum Reda, Bakal Hambat Denuklirisasi Korea Utara
Sedangkan Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan, pergerakan harga minyak yang cenderung melemah di pekan ini mampu menyokong laju rupiah.
Di sisi lain, ia menilai sentimen perang dagang juga menyebabkan harga minyak kembali jatuh.
Perang dagang akan mempengaruhi kelancaran rantai pasok global.
“Arus perdagangan dan investasi global akan tersendat sehingga menurunkan laju pertumbuhan ekonomi,” kata Ibrahim kepada Kontan.
Ibrahim mengatakan, pelambatan aktivitas ekonomi akan membuat permintaan energi menurun.
Dampaknya tentu saja koreksi harga minyak. Namun bagi rupiah, penurunan harga minyak adalah sebuah berkah.
Apalagi Indonesia adalah negara net importir minyak.
• Liburan Lebaran, Ada 5 Pantai di Gunung Kidul Jadi Tempat Berlibur
Mau tidak mau, suka tidak suka, yang namanya impor minyak adalah wajib dan harus karena produksi dalam negeri belum kunjung memadai untuk memenuhi permintaan.
Jika harga minyak turun, maka biaya impor komoditas ini menjadi lebih murah.
Tekanan yang dialami neraca perdagangan dan transaksi berjalan tidak begitu berat, karena devisa yang terbakar akibat impor minyak lebih sedikit.
“Rupiah pun jadi punya fondasi yang lebih kuat sehingga bisa terapresiasi,” kata Ibrahim.
Selanjutnya pergerakan rupiah masih berada di bawah bayang-bayang perang dagang.
Presiden China Xi Jinping akan bertemu dengan rekannya Presiden AS Donald Trump bulan depan pada pertemuan G-20 pada tanggal 28-29 Juni 2019 di Jepang.
Pertemuan KTT G20 mendatang akan melonggarkan tekanan pasar selama Amerika Serikat (AS) dan China bisa menggunakan momentum ini untuk bernegosiasi.