Pilpres 2019
Ini Beda Ancaman Pembunuhan Gories Mere Dari Tiga Jendral Lainnya, 70 Orang Pernah Ancam Bunuh Dia
Pak Gories Ini pernah menjadi target 70 orang. Kira-kira puluhan tahun yang lalu juga sudah masuk (target pembunuhan teroris).
Dirangkum TribunWow.com, Gregorious Gories Mere merupakan lulusan AKABRI Kepolisan pada tahun 1976.
Ia lalu melanjutkan di tingkat Sespimpol pada tahnu 1992 dan Sesko ABRI di tahun 1998.
Menurut Wikipedia, Gories sempat lama bertugas di Timor Timur (saat masih bergabung dalam NKRI) ketika masih perwira pertama dan menengah, khususnya di bidang intelijen keamanan (Intelkam).
Oleh karena prestasinya yang prima di setiap medan penugasan, karier Gories pun menanjak dengan pasti
Gories mulai terkenal namanya saat memburu Ratu Ekstasi Zarima di Texas, AS, pada 1996 silam karena kedapatan memiliki 29.667 butir ekstasi.
• Resmi, Redmi K20 Pro dengan Snapdragon 855 dan Kamera 48 MP, Harga Menengah Jeroan Flagship Killer
Selain itu juga, Gories juga menuntaskan kasus penyanyi rock Ahmad Albar yang terjerat narkoba
Saat terjadi kasus Bom Bali 2002 Gories (saat itu Kombes senior) ditunjuk Kapolri menjadi 'komandan lapangan' (Ketua Tim Penyidik) dalam penanganan aksi teror tersebut, di bawah komando Irjen Made Mangku Pastika sebagai Ketua Tim Investigasi Kasus Bom Bali I.
Sebelum menjadi Kalakhar BNN, Gories sempat menjadi Penanggung Jawab Sementara Kalakhar BNN yang menggantikan Komjen Pol Made Mangku Pastika yang sedang nonaktif dalam rangka Pilgub Bali 2008.
Pada tahun 2011, Bersama beberapa tokoh polisi dan masyarakat, Gories pernah mendapat teror bom buku yang cukup heboh kala itu.
• Diperkenalkan, Laptop Dua Layar Asus ZenBook Pro Duo, Ini Keunikan dan Spesifikasinya
Setelah pensiun dari Kepolisian, bersama Mantan Kepala BIN A.M. Hendropriyono, mendirikan Hendropriyono Strategic Consulting, dengan Gories menjadi CEO.
Gories juga diangkat menjadi Komisaris di perusahaan tambang PT. Darma Henwa Tbk sejak 31 Mei 2013.
Dilansir oleh situs perusahaan Darma Henwa, Gories Mere mengemban tugas sebagai petugas kepolisian sebagai Kasatserse Um Dit Serse Polda Metro Jaya, Kapolres Metro Jakarta Timur, Kadit Serse Polda Jabar.
Ia juga pernah menjabat sebagai Kadit Serse Polda Metro Jaya, Irpolda Nusa Tenggara Timur, Wakapolda Nusa Tenggara Timur, Dirserse Pidana Narkoba Mabes Polri, dan Wakabareskrim Polri.
Ia juga merupakan mantan Kepala Densus 88 yang dituding menjadi dalang penangkapan teroris Abu Bakar Baasyir.
Serta terlibat dalam penangkapan teroris Dr. Azhari.