Rizal Ramli Beberkan Lima Presiden Indonesia yang Tidak Ngotot Mempertahankan Kekuasaan

Sejatinya, kata Rizal Ramli, para pemimpin sekarang harus belajar banyak dari para pendahulunya.

TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Ekonom Rizal Ramli berbincang dengan awak Tribunnews.com terkait perkembangan ekonomi Indonesia terbaru di Kantor Redaksi Tribun Network, di Palmerah, Jakarta, Rabu (6/2/2019) 

MANTAN Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengingatkan, pemimpin yang berambisi melanggengkan kekuasaan dengan cara curang, sesungguhnya sudah tak memiliki hati lagi pada rakyatnya.

Sejatinya, kata Rizal Ramli, para pemimpin sekarang harus belajar banyak dari para pendahulunya.

Rizal Ramli pun mencontohkan sikap bijaksana yang ditunjukkan Presiden ke-1 RI Sukarno, yang legawa mundur dari singgasana saat masyarakat terbelah antara yang pro dan kontra terhadap Sang Proklamator.

Surat Cekal Kivlan Zen ke Luar Negeri Dicabut, Kuasa Hukum: Makanya Jangan Buru-buru Ambil Keputusan

Hal itu sebagaimana ia sampaikan lewat keterangan tertulis yang diterima Tribunnews.com pada Minggu (12/5/2019).

"Seandainya Bung Karno putuskan untuk melawan Soeharto waktu itu, Sukarno masih bisa menang loh, karena Angkatan Laut sama dia, Angkatan Udara sama dia, Angkatan Darat masih banyak yang loyal sama dia, rakyat biasa juga banyak yang sangat loyal sama Bung Karno," tutur Rizal Ramli, Minggu (12/5/2019).

"Artinya, kalau dia (Sukarno) perintahkan lawan Soeharto, Sukarno tetap bisa bertahan. Tapi, karena Soekarno tahu kalau ambil keputusan itu, korban dari rakyat pasti banyak banget, sehingga akhirnya Bung Karno legowo. Ya dia akhirnya ditahan, ditangkap dan sebagainya," sambung mantan Menko Ekuin era pemerintahan Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itu.

Prabowo Minta Ratusan Petugas KPPS yang Meninggal Divisum, KPU Nilai Tak Hargai Perasaan Keluarga

Kemudian, papar Rizal Ramli, Presiden ke-2 RI  Soeharto di akhir masa kepemimpinannya, pun menyadari bahwa rakyat sudah tak lagi menghendakinya untuk berkuasa.

Namun, memang kesadaran itu muncul saat terjadi huru-hara di beberapa daerah, termasuk DKI Jakarta pada Mei 1998. Meski berkuasa dan ABRI masih dibawah kendalinya, Soeharto legawa mundur.

"Soeharto waktu pulang dari Mesir, situasi di Indonesia sudah karut marut. Lalu, dia bertanya pada Wiranto yang kala itu menjabat sebagai Pangab soal situasi yang sudah chaos," ungkap Rizal Ramli.

Prabowo: Bachtiar Nasir Tidak Salah Sama Sekali, Ini Kriminalisasi Ulama

"Pak Wiranto memastikan kalau ABRI bisa all out, tapi korban dari rakyat banyak banget. Pak Harto pun akhirnya memilih untuk mundur, dan situasi di Indonesia pun kondusif," imbuhnya.

Kemudian, tambah Rizal Ramli, sikap bijaksana dan negarawan juga ditunjukan oleh Presiden ke-3 RI BJ Habibie, yang menyadari bahwa rakyat tak menghendakinya memimpin Indonesia, mengingat demontrasi dari kalangan masyarakat saat ia memimpin seolah tak ada hentinya.

"Tapi, kalau dia ikut di pemilihan presiden, bisa-bisa dia menang. Sebagai petahana mungkin dia bisa menggunakan instrumen negara untuk melakukan curang, sangat bisa," ulasnya.

Ternyata Bachtiar Nasir Sudah Jadi Tersangka Sejak Awal 2018, Ini Dua Alat Bukti yang Menjeratnya

"Tapi, dia tahu, habis itu dia akan didemonstrasi terus, dia juga enggak bisa merintah yang bener, akhirnya kan Habibie mutuskan tidak mau maju jadi calon presiden," tambah Rizal Ramli.

Begitu juga dengan Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Kala itu, dikisahkan Rizal Ramli, mantan Ketua Umum PBNU tersebut di-impeachment di DPR-MPR, sehingga membuat para Nahdliyin geram dan berencana bergerak ke Jakarta untuk mengamankan posisi Gus Dur.

Minta Keturunan Arab Jangan Provokator, Prabowo Cs Sebut Hendropriyono Rasis dan Tak Paham Sejarah

"Tapi, dia (Gus Dur) yang nelepon NU di seluruh Indonesia, Banser, dan GP Ansor supaya jangan ngirim orang ke Jakarta," ucapnya.

"Tadinya udah pada mau bergerak dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, tapi dia telepon karena dia enggak mau korban berjatuhan dari rakyat," bebernya Rizal Ramli.

Sikap bijaksana seorang pemimpin, menurut Rizal Ramli, juga terlihat dari Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, yang fair dalam berkompetisi di Pilpres 2004.

Sejumlah Pria Misterius Bermotor Kerap Memotret Baliho Prabowo-Sandi di Bekasi, Lalu Pergi

"Mega sangat demokratis. Sebagai petahana, bisa saja Mbak Mega main curang di Pemilu 2004, dengan memanfaatkan kekuasaannya," paparnya.

"Yakni menggunakan instrumen negara seperti polisi dan pakai tentara. Kalaupun kalah, Mbak Mega kalah dengan terhormat," tegas Rizal Ramli.

Jadi, Rizal Ramli kembali mengingatkan bahwa pemimpin Indonesia harus mengutamakan keinginan rakyat ketimbang memenuhi ego-nya.

Pekan Depan Eggi Sudjana Diperiksa Sebagai Tersangka Kasus Dugaan Makar

"Harusnya pemimpin hari ini belajar dari sejarah, jangan ngotot, jangan ngeyel, hanya sekedar mau kuasa, toh prestasinya pas-pasan dan ekonomi memble di 5%," cetusnya.

"Dari lima pimpinan Indonesia sebelumnya, semua itu nerimo, bahwa ketika waktunya rakyat sudah tidak mau mereka, mereka legowo mengundurkan diri, tidak ngotot, karena mereka tahu korbannya rakyat,” beber Rizal Ramli.

Sebelumnya, Rizal Ramli menilai saat ini belum perlu memindahkan ibu kota Indonesia.

Jengkel Proses Perizinan Investasi Masih Bertele-tele, Jokowi Ancam Lakukan Ini

Justru, kata Rizal Ramli, saat ini Bangsa Indonesia lebih memerlukan seorang presiden baru.

"Rakyat itu hari ini bukan perlu ibu kota baru, tapi perlu presiden baru," katanya ditemui seusai menghadiri peringatan May Day di Tennis Indoor, Senayan, Jakarta, Rabu (1/5/2019).

Di lokasi yang sama, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menilai wacana pemindahan ibu kota hanya isapan jempol belaka.

Eggi Sudjana Jadi Tersangka, BPN: Setiap Protes kepada Pemerintah Diarahkan ke Makar

Ia menyebut wacana tersebut hanya sebagai pengalihan isu.

"Itu saya kira wacana isapan jempol saja untuk mengalihkan isu. Dulu juga begitu, 4 tahun 5 tahun yang lalu, habis itu nanti reda sendiri," ujarnya.

"Udahlah, ini omong kosong, omong kosong yang dilakukan oleh Presiden Jokowi," sambungnya.

Ferdinand Hutahaean Setuju Orasi Eggi Sudjana Isyaratkan Makar, tapi Sebaiknya Cukup Ditegur Saja

Menurutnya, jika pemerintah serius memindahkan ibu kota negara, semua pihak harus segera duduk bersama untuk merencanakannya dengan matang.

"Itu harus ada pembicaraan, bukan asal ngomong. Kalau ini kan asal ngecap aja. Kalau mau memindahkan ibu kota ayo duduk, rencanakan dengan matang, bukan lontaran-lontaran," paparnya.

Sementara, calon presiden Prabowo Subianto tetap yakin akan menang Pilpres 2019.

Ini Pidato Lengkap Eggi Sudjana Soal People Power yang Membuatnya Jadi Tersangka Kasus Dugaan Makar

Ia kembali menyinggung soal sosok yang akan membantunya di pemerintahan bila menang dalam Pilpres 2019.

Prabowo Subianto mengatakan bahwa Rizal Ramli merupakan sosok yang akan membantunya di pemerintahan dalam bidang ekonomi.

Pernyataan Prabowo Subianto tersebut dilontarkan saat menghadiri acara peringatan hari buruh internasional yang digelar oleh Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Rabu (1/5/2019).

Terganggu Aksi Unjuk Rasa Saat Rekapitulasi Suara, KPU Merasa Seperti Setel Radio Terlalu Kencang

Prabowo Subianto memperkenalkan sejumlah tokoh yang hadir dalam acara May day itu.

"Hadir di sini Profesor Doktor Rizal Ramli Ramli," ucap Prabowo Subianto.

Mantan Danjen Kopassus tersebut lalu menanyakan kepada ribuan buruh mengenai sosok Rizal Ramli.

Ketua KPK Ingatkan Menteri Rini Soemarno, Bakal Ada OTT di BUMN?

Ia mengungkapkan kira-kira akan menempati posisi apakah Rizal Ramli di pemerintahannya nanti.

"Kira-kira nanti yang akan, kira-kira kalian tahu kan kira-kira. Tahu? Yang akan memimpin ekonomi kita kira-kira," cetusnya.

Pernyataan Prabowo Subianto itu lalu disambut tepuk tangan para buruh. Pidato Prabowo Subianto tersebut kemudian diakhiri dengan pemutaran pidato Bung Tomo.

Saksi Ahli di Sidang Ratna Sarumpaet: Bohong Tidak Dilarang dalam Hukum Pidana

Prabowo Subianto mengatakan bahwa pidato Bung Tomo biasanya selalu ia putar dan dengar bila sedang dilanda keraguan.

"Setiap saya ragu, setiap saya khawatir, selalu saya putar pidato Bung Tomo. Pidato Bung Tomo mungkin saya sudah putar 100-200 kali, dan setiap saya terharu beliau katakan merdeka atau mati, lebih baik hancur daripada dijajah kembali," beber Prabowo Subianto. (Gita Irawan)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved