Bulan Suci Ramadan

Surau Tarok dengan Tiang Kayu Laban Melengkung dan 3 Makam di Sampingnya, Tak Boleh Disebut Musala

Surau Tarok dengan Tiang Kayu Laban Melengkung dan 3 Makam di Sampingnya, Tak Boleh Disebut Musala

TribunPadang.com/Rizka Desri Yusfita
Surau Tarok di Jalan Raya Tui, Kecamatan Kuranji, Kota Padang. 

Surau Tarok dikenal sebagai salah satu surau tertua letaknya di Jalan Raya Tui, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar).

Menurut penuturan Ketua Surau Tarok, Dalmi (64), surau diperkirakan berdiri sejak 1872 yang semula hanya beratapkan daun rumbia.

Artinya, sekarang Surau Tarok berusia 147 tahun.

"Surau bernama Surau Tarok. Masyarakat tidak boleh memberi nama surau ini musala. Karena surau ini sudah lama berdiri sejak 1872," ungkap Dalmi.

Surau Tarok terletak kira-kira 3,4 Km dari jalan raya Bypass, tepatnya di Jalan Raya Tui, Kecamatan Kuranji, Kota Padang.

Didirikan oleh generasi terdahulu, bentuk asli surau masih dipertahankan oleh masyarakat.

Saat TribunPadang.com tiba di komplek surau tersebut pada Minggu (5/5/2019), tampak Surau Tarok berdiri kokoh di tanah seluas 500 meter.

Surau Tarok di Jalan Raya Tui, Kecamatan Kuranji, Kota Padang.
Surau Tarok di Jalan Raya Tui, Kecamatan Kuranji, Kota Padang. (TribunPadang.com/Rizka Desri Yusfita)

Dari segi arsitektur, Surau Tarok cukup unik. Secara fisik bangunan surau tersebut berbentuk rumah gadang hunian dengan atap gonjong.

Bentuk atap meruncing seperti tanduk kerbau yang menjulang tinggi. Ada segitiga di bawah runcing gonjong yang dinamakan singkok.

Dinding surau berwarna kuning, namun setinggi 1 meter dari tanah diberi warna hijau muda.

Bangunan ini memiliki enam jendela yang tersebar di keempat sisi bangunan.

Tangga terbuat dari keramik sehingga kelihatan lebih elegan dan bersih.

Dinding sisi kiri dan kanan dekat pintu masuk tampak rongga-rongga segi empat dalam jumlah banyak.

"Surau ini ditopang 16 tonggak yang terbuat dari kayu laban yang merupakan salah satu kayu yang melimpah di Indonesia," kata Dalmi.

Kayu laban sering digunakan sebagai salah satu kayu pengganti Jati yang memiliki kelas keawetan yang sangat baik.

"Di semua tiang itu ada lekukan. Lekukan tersebut memunculkan kesan uniknya. Rasanya tukang sekarang tidak bisa membuat seperti itu," ujar Dalmi.

Lantai surau terbuat dari papan. Papan tersebut baru diganti 3 tahun lalu karena habis dimakan rayap.

Dalmi menjelaskan, dulunya di depan Surau Tarok ada kolam. Kolam itu berisi ikan-ikan turun-temurun yang tak terkelola dan terkoordinir dengan baik.

Berhubung tempat parkir belum tersedia, maka atas kesepakatan masyarakat bekerja sama dengan pengurus, kolam ditimbun sehingga masyarakat bisa memarkirkan kendaraannya.

"Sementara di bagian belakang surau, dulunya ada semak-semak yang kemudian dibersihkan masyarakat sehingga menjadi tempat berwudu," kata Dalmi.

Dalmi mengaku, surau dibangun secara swadaya dan dukungan dari anggota dewan.

Surau Tinggi Calau: Ratusan Naskah Kuno, Jadi Tempat Belajar Islam, dan Dijaga Sembilan Khalifah

Surau Nagari Lubuk Bauk, Kisah Cinta Buya Hamka hingga Novel ‘Tenggelamnya Kapal Van der Wijck’

Surau Paseban Sudah 188 Tahun Berdiri, Peninggalan Ulama Besar Kota Padang Simpan 20 Naskah Kuno

Tiga Makam

Sementara ia tidak tahu pasti tokoh yang menggagas surau tersebut.

Tetapi ada tiga makam berderet di sebelah kanan surau. Pada makam tersebut tertulis Pakiah Datuak, Si Oema, dan Darwis.

"Masyarakat meyakini tiga makam tersebut merupakan makam pendiri surau yang terdiri atas mamak dan kemenakan," jelas Dalmi.

Sepengetahuan Dalmi, pengurus sudah beberapa kali melakukan perbaikan surau, namun bentuk asli tetap dipertahankan.

Biasanya, lanjut Dalmi, orang-orang terdahulu sering mengaji tarekat di Surau Tarok.

Surau Tarok di Jalan Raya Tui, Kecamatan Kuranji, Kota Padang.
Surau Tarok di Jalan Raya Tui, Kecamatan Kuranji, Kota Padang. (TribunPadang.com/Rizka Desri Yusfita)

Untuk Ibadah Salat

Namun sekarang mengaji sudah dipindahkan ke mesjid yang berdekatan dengan surau.

"Sekarang surau digunakan untuk salat lima waktu, salat tarawih, idul fitri, dan rutinitas wirid bulanan dan arisan setiap tanggal 16," jelas Dalmi.

Salat tarawih di bulan Ramadan 1440 H, hanya dilakukan selama 20 hari yakni tanggal 5 Mei hingga 24 Mei 2019.

"Setelah ada kesepakatan, tidak perlu sampai 30 hari karena biasanya akhir-akhir puasa jamaah mulai menyusut. Sebab ada aktivitas jelang lebaran," kata Dalmi.

Salat tarawih di Surau Tarok terdiri atas 11 rakaat. Cara salatnya tiap dua rakaat salam sehingga diakhiri dengan satu rakaat witir.

"Alhamdulillah salat tarawih selalu ramai," syukur Dalmi.

Dalmi mengatakan, belum ada rencana perombakan bangunan surau, kalaupun ada akan didiskusikan dengan masyarakat terlebih dahulu.

Ia berharap surau lebih baik dan terawat.

"Mudah-mudahan ke depan, insya Allah kami berjanji akan meningkatkan pembangunan dari surau kita ini," tutup Dalmi.

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved