Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu: Yang Coba Dirikan Negara Islam Berhadapan Dulu dengan TNI

MENTERI Pertahanan Ryamizard Ryacudu menegaskan, ideologi khilafah dilarang di Indonesia.

Dispen Kormar
Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu melakukan kunjungan sekaligus memberikan pengarahan kepada seluruh prajurit Koprs Marinir wilayah barat di Bapra Kesatrian Hartono Cilandak, Jakarta Selatan, Senin (15/4/2019). 

"Macan saja tidak membunuh anaknya, melukai juga tidak. Ini tidak mungkin seorang ibu. Tapi (contoh ibu membunuh anaknya karena mindsetnya diubah) mungkin, diulangi lagi di Sibolga, di Srilanka. Ini kan mindsetnya diubah," beber Ryamizard Ryacudu.

Untuk itu, ia mengatakan hal tersebut harus dicegah dengan berbagai upaya yang bisa dilakukan, mengingat upaya mengganti konstitusi Pancasila dengan ideologi lain sangatlah berbahaya di Indonesia.

"Ini harus dicegah, kalau tidak bangsa ini bubar. Jadi, alat pemersatu bangsa ini Pancasila. Tidak ada kebenaran yang mendua di republik ini," tegas Ryamizard Ryacudu.

Bachtiar Nasir Tak Penuhi Undangan Pemeriksaan Bareskrim, Polisi Siapkan Surat Panggilan Kedua

Sementara, analis politik dan pakar terorisme internasional Profesor Rohan Gunaratna mengatakan, sejumlah kelompok masyarakat berideologi radikal dan ekstrem di Indonesia yang berasal dari Timur Tengah, sedang mencoba melawan ideologi Pancasila.

Menurutnya, serangan yang dilakukan kelompok tersebut ke masyarakat Indonesia, 99 persennya diarahkan ke mindset atau pola pikir masyarakat.

"Kalian bisa melihat kalau kelompok ini melawan Pancasila dan kelompok ini melakukan kekerasan. Tapi kekerasan ini hanya dilakukan 1 persen, dan 99 persennya mereka menarget mindset orang-orang Indonesia," ungkap Rohan, di acara yang sama.

Ini Jadwal Tahapan Penanganan Perkara Pilpres 2019 di MK, Dimulai pada 23 Mei

Sebelumnya, Rohan juga menjelaskan sejumlah kelompok yang ia nilai ekstrem dan menebarkan teror.

"Jika kita lihat Indonesia hari ini, hanya ada sedikit kelompok ekstrem dan teroris. Apa saja grup tersebut, Front Pembela Islam, Hizbut Tahrir Indonesia, Majelis Mujahidin Indonesia, Jamaah Islamiah, Jamaah Ansharut Daulah, dan Jamaah Ansharut Syariah," papar Rohan.

Satu di antara sejumlah cara yang digunakan kelompok tersebut, katanya, adalah untuk mengubah mindset, antara lain dengan membuat berita palsu.

Pengamat: Prabowo Teriak Antek Asing tapi Berikan Karpet Merah kepada Media Luar Negeri

Menurut catatannya, di Indonesia saat ini terdapat 34.850.000 berita palsu yang didistribusikan lewat berbagai media.

Menurutnya, berita-berita palsu itu mampu mengikis pikiran warga Indonesia jika tidak segera diganti.

"Semua berita palsu itu mengikis pikiran warga Indonesia. Jadi kalian perlu mengganti berita-berita palsu itu," imbaunya.

Empat Hari Pimpin Rapat Pleno Hingga Pagi Buta, Ketua KPU Bekasi Pingsan Saat Salat Magrib

"Jika kalian tidak mengganti berita-berita palsu itu, masyarakat Indonesia akan dipengaruhi oleh ideologi ekstremis dan eksklusif. Ini adalah ancaman nyata yang kini Anda hadapi," ucap Rohan.

Berdasarkan data yang diperolehnya, saat ini ada 15 sampai 20 persen masyarakat Indonesia yang tidak percaya Pancasila.

Selain itu, menurutnya angka tersebut juga bertambah dua sampai tiga persen setiap tahunnya.

BREAKING NEWS: Pengemudi Camry Tabrak Pejalan Kaki dan Pemotor di Mampang, Satu Orang Meninggal

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved