Pilpres 2019
Prabowo: Pertumbuhan Ekonomi Lima Persen Ndasmu, Luhut Panjaitan: Kok Kasar?
MENKO Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5 persen, merupakan angka yang baik dan diapresiasi oleh dunia.
"Saudara-saudara sekalian harga-harga terkendali, kemiskinan menurun. Menurun dari kakek ke cucu," kritik Prabowo Subianto yang disambut tawa pendukung di stadion.
Mantan Danjen Kopassus itu melanjutkan guyonannya soal kartu. Ia mengatakan bahwa sekarang ini pembangunan infrastruktur sedang dilakukan, dan rakyat akan merasakannnya melalui kartu yang dibagikan pemerintah.
"Bung, kita butuh pekerjaan, bukan kartu. Betul? Betul?" Tanya Prabowo Subianto.
• Jokowi: Coba Cari, di Negara Mana Presiden Lewat Dicegat?
Sementara, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily, sangat menyayangkan 'ndasmu' yang maknanya sangat kasar.
"Pemimpin harusnya menjadi contoh dan teladan dalam berbicara di depan publik. Prabowo bukan sekali ini bicara kasar ke publik atau bahkan ke pendukungnya sendiri. Karakter pemimpin yang suka menghardik, pemarah, bukanlah budaya bangsa Indonesia," ujar politikus Partai Golkar ini kepada Tribunnews.com, Senin (8/4/2019).
"Kasar jelas sangat beda dengan tegas. Kasar mencerminkan sikap merendahkan orang lain," sambung anggota DPR RI ini.
• Kubu Prabowo-Sandi Anggap Ancaman People Power Amien Rais Nasihat Orang Tua
Kata ndasmu yang digunakan Prabowo ketika merespons ekonomi tumbuh 5 persen, lanjutnya, jelas sebuah narasi yang bukan hanya merendahkan Jokowi, tapi juga kerja keras bangsanya sendiri.
"Padahal kalaupun Prabowo mau bergaul dengan ekonomi yang benar, wawasannya akan lebih terbuka," ucapnya.
Kalau Prabowo Subianto berpikiran terbuka, ucap Ace, maka pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen di tengah ekonomi dunia yang melemah, adalah capaian yang sangat baik dari pemerintahan Jokowi.
• Ratna Sarumpaet: Saya Sudah 71 Tahun, Masa Disuruh Tidur di Sini Terus
Sebaliknya, banyak negara yang mengalami turbulensi akibat situasi ekonomi global ini.
"Berbeda dengan Prabowo yang selalu pesimisme dan merendahkan prestasi bangsa sendiri. Capaian ekonomi negara kita justru banyak diapresiasi oleh lembaga-lembaga internasional," paparnya.
Meskipun begitu, kata dia, Jokowi tidak pernah puas atas hasil itu. Reformasi struktural untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, katanya, terus dilakukan.
"Tapi Pak Jokowi ingin pertumbuhan ekonomi dilakukan secara berkualitas, merata, dan berkeadilan. Tidak tumbuh tinggi tapi tanpa keadilan. Oleh karena itu, seluruh daerah dan seluruh lapisan harus tumbuh bersama," bebernya. (Seno Tri Sulistiyono/Taufik Ismail/Srihandriatmo Malau)