Jika Ingin Mencoba Cungkring, Coba Datangi Deden di Gang Aut, Suryakencana, Bogor
Ingin mencicipi makanan khas Bogor yang sekarang sudah jarang ditemui? Coba datangi Cungkring Pak Jumat di Gang Aut, Jalan Suryakencana, Bogor.
Penulis: Vini Rizki Amelia | Editor: Irwan Wahyu Kintoko
Awalnya berjualan oncom hitam yang dibawa menggunakan tampah, lahirlah makanan tradisional khas Bogor.
Cungkring, begitu namanya. Cungkring adalah singkatan cungur, kaki sapi, dan garingan tempe. Tiga makanan itu merupakan bahan utama panganan yang kini sulit didapatkan itu.
Kala itu Cungkring lahir dari keisengan bapak penjual oncom hitam di tahun 1974. Si bapak ingin mengolah kembali jualan utamanya agar diminati banyak orang dan laku.

"Awalnya dari kakek saya. Tapi waktu itu kakek pakai kuah berbeda, pakai oncom dan asam jawa. Isinya sama Cungkring, tapi ternyata nggak begitu laku," kata Dadan, generasi ketiga penerus penjual Cungkring, saat berbincang bersama Warta Kota di Festival Jajanan Bango 2019 di Area Parkir Squash, Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (17/3/2019).
Sedikitnya minat pembeli disebabkan tidak banyak orang menyukai oncom dan asam jawa.
Satu tahun kakeknya itu berjualan oncom hitam. Medio 1975, Jumat --ayah Dadan-- mengambil-alih pekerjaan sang ayah.

Jumat coba berkreasi dan menghasilkan masakan berbeda. "Kebetulan ayah saya suka sama kacang. Dia coba bikin kacang di blender, dicampur tepung. Pas di cocol pake Cungkring ternyata enak," ujar Dadan.
Begitu banyak orang menyukai cocolan berbahan kacang itu, Jumat kemudian meramu lagi kacang dan tepung dengan campuran rempah-rempah.
"Alhamdulilah kreasi bapak saya banyak yang suka. Dari 1975 sampai 2014 bapak saya mengambil-alih dan ada kemajuan dari segi peminat," ucap Dadan.
Tanpa Banyak Proses
Cungkring diolah tanpa melalui banyak proses. Daging mulut (cungur) dan kaki sapi hanya direbus saja tanpa campuran bahan lain.
Namun untuk mendapatkan daging yang empuk, Dadan terlebih dulu merebusnya selama satu malam.
"Merebus cungurnya bisa sampai tujuh jam. Kalau nggak (lama merebus), dagingnya nggak enak dan keras. Dagingnya juga harus sapi. Kalau kerbau misalnya, bau dan teksturnya berbeda dengan sapi. Daging sapi juga lebih menyerap ke bumbu kacang," jelas Dadan.

Sementara bumbu kacang, ada treatment agar bisa bertahan lama alias tidak cepat basi.
Maklum, dalam satu kali proses pembuatan bumbu kacang, Dadan perlu kacang beberapa kilogram agar tidak kekurangan saat tengah melayani para pelanggannya.