Ini Alasan Lengkap 4 Simpatisan Prabowo Subianto Beralih Mendukung Joko Widodo (Jokowi)

Ini Alasan Lengkap 4 Simpatisan Prabowo Subianto Beralih Mendukung Joko Widodo (Jokowi). Simak yuk.

Warta Kota/Nur Ichsan
Ribuan Relawan Roemah Djoeang mengikuti kegiatan jalan sehat yang dihadiri sejumlah tokoh seperti Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Fadli Zon, Titiek Soeharto, di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Sabtu (2/2/2019). Peserta gerak jalan sehat lalu bergerak ke kawasan Lapangan Banteng. 

Sikap politik Wakil Ketua Umum Partai Berkarya Muchdi Purwoprandjono ( Muchdi Pr) menambah panjang deretan tokoh-tokoh pendukung Prabowo Subianto yang mengalihkan dukungan ke Jokowi. 

Muchdi Purwoprandjono (Muchdi Pr) memilih sikap politik yang berbeda dengan para petinggi Partai Berkarya lainnya.

Sebagai Wakil Ketua Umum, Muchdi justru menyatakan dukungan ke pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Meski, Partai Berkarya telah bergabung dalam koalisi pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Melalui video yang beredar, Muchdi diketahui hadir dalam acara silaturahim Presiden Joko Widodo dengan purnawirawan TNI-Polri di Jakarta International Expo Kemayoran, Minggu (10/2/2019).

Pada kesempatan yang sama sebanyak 1.000 perwakilan purnawirawan TNI-Polri juga mendeklarasikan dukungan kepada pasangan Jokowi-Ma'ruf.

Sejumlah alasan mengenai alasan mendukung Jokowi diungkapkan mantan Deputi V BIN ini.

"Pertama, karena saya melihat Pak Jokowi ini sudah berbuat banyak selama lima tahun ini. Pembangunan yang dirasakan masyarakat Indonesia itu sudah jelas, mulai jalan tol, masalah pelabuhan, masalah airport, masalah industri, dan lain-lain," kata Muchdi dalam sebuah video yang beredar.

Menurut dia, hal itu tidak dilakukan oleh presiden siapa pun selama 15 tahun reformasi. Lebih lanjut, dalam video wawancara itu Muchdi menyatakan Prabowo tidak akan bisa melakukannya lima tahun ke depan.

Sebab, Muchdi yang juga pernah menjabat Danjen Kopassus TNI AD mengaku sudah lama mengenal Prabowo sebagai kawan.

"Pak Prabowo itu kan kawan saya. Jadi, saya kira itu tidak bisa dilakukan Pak Prabowo lima tahun ke depan," ucap Muchdi.

Mantan Deputi V Badan Intelijen Negara itu tercatat ikut mendirikan Gerindra bersama Prabowo Subianto dan Fadli Zon.

Setelah lama di Partai Gerindra, Muchdi memutuskan bergabung ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada 18 Februari 2011 di Solo, Jawa Tengah.

Menjelang Pemilu 2019, Muchdi memutuskan untuk bergabung dengan Partai Berkarya yang didirikan putra presiden ke-2 Soeharto, Hutomo Mandala Putra.

Muchdi bergabung dengan Partai Berkarya bersama Pollycarpus Budihari Priyanto, yang pernah menjadi terpidana dalam kasus pembunuhan Munir.

Alasan Beralih Dukungan

Sementara itu, 4 orang tadi memiliki alasannya mengapa memilih beralih dukungan dari Prabowo ke Jokowi.

Ali Mochtar Ngabalin jugab sudah pernah bercerita soal dirinya yang pindah menjadi pendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Padahal pada Pilpres 2014, Ngabalin mendukung lawan Jokowi, Prabowo Subianto.

Dalam ceritanya ke sebuah media online, Ngabalin mengaku tidak pernah membuat perjanjian dengan Prabowo Subianto.

Ali Mochtar Ngibalin terima kursi empuk di Angkasa Pura I.
Ali Mochtar Ngibalin terima kursi empuk di Angkasa Pura I. (Kompas TV)

Disebut Bunuh Rocky Gerung, Para Filsuf Sebut Jangan Terpukau dengan Kata-Kata Inkonsisten

Para Filsuf Berkumpul dan Bongkar Nasib Pemeriksaan Kasus Kitab Suci Fiksi Rocky Gerung di Polisi

Makanya menurut Ngabalin sama sekali tak ada pengkhianatan. 

Ngabalin juga bercerita soal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menyatakan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla (JK) menang di Pilpres 2014 lalu.

Setelah putusan MK keluar, dia mengaku menyarankan ke pendukung Prabowo-Hatta Rajasa untuk memilih menjadi oposisi yang konstruktif atau mendukung pemenang.

Namun menurut Ngabalin, rekan-rekannya kala itu memilih menjadi oposisi yang tak konstruktif.

Hal itu yang disebutnya menjadi salah satu alasan dirinya berhenti dan keluar dari oposisi.

"Ternyata mereka memilih menjadi oposisi yang tidak konstruktif. Makanya saya menyatakan, saya berhenti dan keluar dari oposisi," kata Ngabalin.

Alasan La Nyalla Beralih ke Jokowi

sementara itu, dikutip dari Tribun Batam, La Nyalla juga memiliki alasan mengapai beralih dukungan dari Prabowo ke Jokowi.

La Nyalla mengatakan, ia sudah lelah berada di pihak oposisi bersama Prabowo.

"Saya capek jadi oposisi, sekarang dukung yang pasti-pasti saja, yang programnya sudah nyata dan jelas," ujarnya.

"Saya pribadi dukung Pak Jokowi," kata La Nyalla.

La Nyalla Mahmud Mattalitti.
La Nyalla Mahmud Mattalitti. (TRIBUNNEWS)

CEO Bukalapak Bikin Pendukung Jokowi Meradang, Ini Kondisi Kehidupan CEO Bukalapak 10 Tahun Lalu

CEO BukaLapak Bikin #UninstallBukaLapak Trending, Yuk Ketahui Sejarah Bukalapak Berdiri

Mengutip dari Kompas.com, La Nyalla berjanji akan meningkatkan perolehan suara Jokowi-Ma'ruf khususnya di Jawa Timur.

Timnya akan mengampanyekan Jokowi-Ma'ruf secara door to door.

Dia bahkan sudah memiliki target perolehan suara Jokowi-Ma'ruf di Jawa Timur harus di atas 70 persen.

"Yang jelas saya tidak akan banyak omong dalam kerja saya. Silakan Anda tanya di Jawa Timur, kita sudah punya yang namanya Rumah Rakyat Jokowi, itu di kantor saya," ujar La Nyalla.

Alasan Yusril Ihza Mahendra

Sementara itu Yusril Ihza Mahendra memiliki alasan juga terkait mendukung Jokowi

Yusril mengatakan keberpihakannya itu sebenarnya adalah pada hukum dan keadilan.

Sehingga, dia mengatakan, jika ada hak-hak Jokowi dan Ma’ruf yang dilanggar, dihujat, dicaci dan difitnah, dirinya tentu akan melakukan pembelaan dan menunjukkan fakta-fakta yang sesungguhnya atau sebaliknya, agar segala sesuatunya dapat diletakkan pada proporsi yang sebenarnya.

Yusril pun menegaskan, sebagai pengacara, ia akan bersikap profesional. Sehingga, dirinya tidak akan tergabung dalam Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf.

"Menjadi lawyer paslon presiden dan wakil presiden tentu akan ada surat kuasa khusus dari kedua beliau itu dalam waktu dekat ini," kata Yusril.

Pakar Hukum Tata Negara Yusril Ihza Mahendra (kiri) dan Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Erick Thohir (kanan). (Foto: Dokumentasi Yusril Ihza Mahendra)
Pakar Hukum Tata Negara Yusril Ihza Mahendra (kiri) dan Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Erick Thohir (kanan). (Foto: Dokumentasi Yusril Ihza Mahendra) ()

Yusril memastikan, jika dirinya akan bekerja dengan sangat profesional.

Dia mengatakan, dirinya memiliki banyak pengalaman dalam menangani perkara partai politik seperti saat dirinya menangani Golkar.

Sengketa politik, dia melanjutkan, juga pernah dia tangani dalam Pilpres 2014 saat diminta menjadi ahli dalam gugatan Prabowo kepada KPU tentang hasil Pilpres 2014 di MK.

"Bagi saya hukum harus ditegakkan secara adil bagi siapa pun tanpa kecuali," katanya singkat.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved