Pilpres 2019

Fadli Zon Bikin Puisi Lagi Hadirkan Sajak Orang Kaget

Biasanya, setelah puisi itu dipublikasikan, Fadli Zon akan menjadikannya sebagai lagu yang diunggah di YouTube seperti Tangan Besi, Sontoloyo.

Warta Kota/Henry Lopulalan
Ilustrasi. Wakil Ketua DPR, Fadli Zon (kanan), usai shalat Jumat di Masjid Al Barkah, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (1/2/2019). 

Fadli Zon, Jakarta, 13 Februari 2019

Biasanya, setelah puisi itu dipublikasikan, Fadli Zon akan menjadikannya sebagai lagu yang diunggah di YouTube seperti Tangan Besi, Sontoloyo, yang populer dan banyak dinyanyikan sejumlah kalangan masyarakat. 

Puisi yang kembali hadir ini merupakan salah satu reaksi yang muncul dari Wakil Ketua Umum Partai Gerindra tersebut jelang hadirnya debat Calon Presiden (Capres) 2019 yang akan digelar, 17/2/2019.

Debat tersebut akan diikuti oleh capres 01 yaitu Joko Widodo yang berhadapan dengan capres 02 Prabowo Subianto.

Debat capres ini tidak diikuti calon wakil presiden (cawapres) masing-masing.

Dalam debat sebelumnya, sejumlah kecaman dan kritik mengemuka karena debat itu banyak larangan, yang mengakibatkan capres dan cawapres tampil kaku bahkan ada pasangan yang tampil dengan membaca contekan.

Sebelumnya, Fadli Zon juga menyatakan kritik tajam terkait perlakuan tidak adil dalam menangani kebebasan pers dan kebebasan berekspresi yang dikaitkan dengan Hari Pers Nasional. 

Berikut pandangan yang disampaikan Fadli Zon terkait kebebasan pers. 

Pemberian penghargaan Kemerdekaan Pers kepada Joko Widodo pada puncak peringatan Hari Pers Nasional yang diselenggarakan di Surabaya hari ini, 9 Februari 2019, sangat ironis.

Ini seharusnya membuat insan pers merasa prihatin.

Penghargaan terjadi di tengah kembali maraknya fenomena “blackout” untuk berita-berita yang dinilai bisa merugikan penguasa—seperti berita Reuni Alumni 212.

Selain itu, masih hangat pemberian remisi terhadap otak pembunuhan wartawan Radar Bali yang membuat banyak orang marah.

Penghargaan kepada Pak Jokowi itu memang pantas dikritik.

Perlukah pers menjilat pada kekuasaan yang seharusnya mereka kontrol dan awasi?

Kita semua perlu menyadari bahwa institusi pers bukan hanya mewakili para pekerja pers atau pemilik industri media semata, melainkan juga mewakili suara dan kepentingan publik.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved