Ahok BTP Diberi Lukisan dan Lagu Karya Jenderal Hoegeng, Kisah Dibaliknya Mengharukan
Ahok BTP Diberi Lukisan dan Lagu Karya Jenderal Hoegeng, Kisah Dibalik Lukisan dan Lagu Itu Mengharukan
Ada cerita menarik soal putra Jenderal Hoegeng, Aditya S Hoegeng.
Walau anak jenderal bintang empat yang menjabat kepala polisi, Aditya tak pernah bertingkah membawa-bawa nama Hoegeng.
Hoegeng memang tak pernah mengistimewakan anak-anaknya. Jangankan mobil, motor saja mereka tak punya. Begitu kontras dengan anak-anak pejabat yang lain.
"Kami juga ingin punya kendaraan bermotor atau mobil. Namun pikiran seperti itu bisa kami atasi dengan cara hidup kami yang sederhana," kata Aditya dalam sambutannya untuk buku Hoegeng, Oase menyejukkan di tengah perilaku koruptif para pemimpin bangsa terbitan Bentang (hal 263).
Bahkan semasa kuliah, Aditya bekerja di sebuah bengkel dan toko suku cadang milik Henky Irawan, pembalap terkemuka saat itu. Aditya tak malu, yang penting halal.

Uang itu ia gunakan untuk menambah biaya kuliahnya.
"Bapak tak melarang saya bekerja di mana pun. Beliau hanya berpesan, dimana pun dan apa pun posisimu, bekerjalah dengan benar," beber Aditya menirukan Hoegeng.
Bahkan Hoegeng pun melarang Aditya masuk polisi, atau memberikan katebelece agar anaknya bisa diterima di Akademi Angkatan Udara.
Bagi Hoegeng itu haram. Aditya sempat marah pada ayahnya. Tapi dia kemudian paham maksud bapaknya yang mengajari soal integritas.
"Kami bertiga bangga jadi anak Hoegeng Imam Santosa," kata Aditya.
Tapi di antara berbagai kisah heroik Hoegeng dan kejujurannya, ada satu kisah yang tak terlupakan.
Kisah ini dialami Hoegeng ketika ia duduk di puncak karirnya sebagai Kapolri antara tahun 1968 - 1971.
Jabatan Kapolri Jenderal Hoegeng tiba-tiba dicopot Presiden Soeharto pada 2 Oktober 1971.

Dilansir Tribunjabar.id dari Kompas.com, sebelumnya dicopot Jenderal Hoegeng sempat ditawari menjadi duta besar Swedia dan Belgia. Namun, tawaran itu ia tolak mentah-mentah.
Jenderal Hoegeng bersikukuh ingin mengabdikan dirinya di tanah air. Namun, fakta berkata lain.