Anies Baswedan Tolak Jadi Calon Presiden Karena Emosional dengan Prabowo Subianto

ANIES Baswedan mengakui dirinya sebenarnya mendapat tawaran menjadi Capres dari poros ketiga.

tribunnews.com
Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Sandiaga Uno. 

ANIES Baswedan mengakui dirinya sebenarnya tak hanya mendapatkan tawaran Cawapres dari Prabowo Subianto, tetapi juga mendapat tawaran menjadi Capres dari poros ketiga.

Tapi Anies Baswedan kemudian memilih tak mengambil berbagai tawaran untuk menjadi Cawapres tersebut lantaran punya hutang budi kepada Prabowo Subianto

Hal itu terungkap dalam acara Mata Najwa di Trans TV yang juga diposting di akun youtube Mata Najwa.

Dalam acara itu Najwa Shihab menanyakan apakah Anies Baswedan mendukung Prabowo Subianto lantaran punya hutang budi karena dahulu mengusung Anies Baswedan menjadi Gubernur DKI Jakarta.

Anies Baswedan pun kemudian menjawab pertanyaan Najwa Shihab secara panjang lebar.

“Bukan hanya hutang budi. Ini adalah kepercayaan luar biasa. Yang ditunjukkan pak Prabowo bukan investasi budi. Yang ditunjukkan pak prabowo adalah cara-cara bernegara yang melampaui batas-batas partai politik. Itu yang dilakukan,” kata Anies Baswedan.

Anies Baswedan berdoa agar upaya Sandiaga dalam Pemilihan Presiden 2019 ini akan memberi kebaikan bagi Jakarta dan Indonesia.
Anies Baswedan berdoa agar upaya Sandiaga dalam Pemilihan Presiden 2019 ini akan memberi kebaikan bagi Jakarta dan Indonesia. (Antara)

Anies Baswedan lalu menceritakan sesuatu yang baginya agak emosional antara dirinya dan Prabowo Subianto.

“Anda bayangkan. Kalau boleh cerita ini ceritanya agak emosional, karena ini proses ya. Bayangkan Anies waktu itu bukan dari bagian Gerindra-PKS, diundang menjadi calon gubernur, dan mayoritas dari pendukung Pak Prabowo menentang itu. Dan pak prabowo sendiri yang memutuskan, dan pak prabowo mempertahankan itu,” kata Anies Baswedan.

Bahkan, Anies Baswedan menceritakan bahwa partai pendukung Prabowo Subianto ketika itu mengatakan Prabowo Subianto boleh memilih nama Cagub lain, asalkan jangan Anies Baswedan.

Tapi Anies Baswedan kemudian mengungkapkan apa yang dikatakan Prabowo Subianto berikutnya.

“Apa yang dikatakan, Pak Prabowo mengatakan tidak ada ruang untuk perasaan begitu sampai pada urusan negara. Itulah hidup bernegara,” kata Anies Baswedan.

Pada akhirnya Anies Baswedan merasa bukan hanya hutang budi yang ia punya. Namun Anies Baswedan juga merasa terminologi hutang budi memberikan kesan bahwa ini seperti sebuah transaksi.

“Tidak, beliau mengatakan begini, Pak Anies, saya bukan lihat wajah anda. Saya lihat wajah kakek anda dan wajah kakek saya, mereka berdua mendirikan indonesia dan kita berjuang untuk indonesia. Ini bukan balas budi. Ini menunjukkan hubungan kita bukan hubungan transaksional,” tegas Anies Baswedan.

Menolak Capres

Berikutnya Najwa Shihab menanyakan apakah Anies Baswedan menolak pinangan Prabowo Subianto lantaran tawarannya hanya menjadi Cawapres, Anies Baswedan pun kemudian menjawabnya secara panjang lebar.

Anies Baswedan mengakui bahwa tidak pernah ada tawaran Capres dari Prabowo Subianto.

Tapi Anies Baswedan juga mengakui bahwa ada tawaran Capres dari beberapa pihak lain, tetapi Anies memilih tak mengambil tawaran itu.

“Dan akhirnya saya katakan, saya tidak ingin menjadi bagian dari orang-orang yang mengkhianati Pak Prabowo, saya sampaikan kepada semuanya,” ujar Anies Baswedan.

Bahkan Anies Baswedan mengaku memiliki komitmen dengan Prabowo Subianto bahwa dia tak akan memotong proses pencalonan Prabowo Subianto maupun proses kampanyenya.

“Tawaran maju itu berdatangan.Jadi ketika ada yang datang mendiskuskusikan, saya sampaikan, selama ini ada Pak Prabowo, saya tidak mau memikirkan,” ujar Anies Baswedan.

Sandiaga Uno Bongkar Cara Anies

Cawapres Prabowo Subianto, Sandiaga Uno
Cawapres Prabowo Subianto, Sandiaga Uno (YouTube)

Sementara itu Sandiaga Uno membongkar cara lain Anies Baswedan untuk menghindari pinangan Prabowo Subianto.

Hal itu diungkapkan Sandiaga Uno dalam acara Indonesia Lawyers Club yang diunggah di akun youtube Indonesia Lawyers lub tvOne dengan judul ’[EKSKLUSIF] Cerita Sandiaga Uno Bersedia Menjadi Cawapres ILC 14 Agustus 2018’.

Dalam acara itu, Karni Ilyas menanyakan soal kapan Sandiaga Uno dilamar Prabowo Subianto.

Sandiaga Uno kemudian menceritakan bahwa ada sederet pertemuan terkait hal itu, dan dirinya seharusnya tak terpilih apabila Anies Baswedan mau menjadi Cawapres Prabowo Subianto.

“Ini saya mestinya nggak duduk disini dan nggak kehilangan 2 posisi dalam satu malam itu kalau Mas Anies bilang iya. Dia akhirnya memutuskan tidak dan singkat dalam suasana yang sangat cair itu akhirnya bola panas itu dateng ke saya,” ujar Sandiaga Uno dalam video tersebut.

Sandiaga Uno juga menceritakan bahwa pernah terjadi pertemuan bertiga antara Sandiaga Uno, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto dimana Prabowo menyampaikan untuk kesekian kalinya, dan Anies Baswedan bersikukuh ingin fokus di Jakarta dan menunaikan tugas dan janji amanahnya untuk menyelesaikan kewajibannya selama 5 tahun.

Sandiaga Uno pun kemudian menyampaikan argumen Anies Baswedan menolak pinangan Prabowo Subianto dengan kata-kata yang amat tertata dan diplomatis.

“ Jadi itu yang dia (Anies Baswedan) sampaikan , dia (Anies Baswedan) bilang saya sudah terucap, saya teringat janji saya kepda seorang ibu di bukit duri yang menitipkan gendongan anaknya, ibu Saidah itu bilang gendongan ini mohon Pak Anies bawa, dan kebetulan pada waktu itu saya ada disana, mohon digendong seluruh anak jakarta jangan sampai ada yang mendapatkan pendidikan yang tidak tuntas dan berkualitas,” kata Sandiaga Uno.

AHY Bikin Tak Nyaman

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bertemu Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono beserta Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Selasa (24/7/2018), di rumah SBY, Kuningan, Jakarta Selatan.
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bertemu Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono beserta Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Selasa (24/7/2018), di rumah SBY, Kuningan, Jakarta Selatan. (Dok. Partai Demokrat)

Berbeda dengan Anies Baswedan, Prabowo Subianto justru memiliki fakta lain sampai akhirnya tak memilih AHY sebagai Cawapresnya.

Luhut Binsar Panjaitan membongkar fakta soal Prabowo Subianto akhirnya memilih Sandiaga Uno ketimbang AHY saat diwawancara Najwa Shihab yang diunggah di akun youtube Najwa Shihab pada 14 Agustus 2018. 

Unggahan di akun youtube Najwa Shihab itu diberi judul 'Catatan Najwa Part 2 - Utak Atik 2019 : Luhut : Prabowo Tidak Nyaman dengan AHY.' 

Luhut Panjaitan memulai cerita itu dengan mengungkapkan bahwa ia sudah meramalkan bahwa Prabowo Subianto tak akan memilih Sandiaga Uno ketimbang AHY sebagai wakilnya. 

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bertemu Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono beserta Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Selasa (24/7/2018), di rumah SBY, Kuningan, Jakarta Selatan. (Dok. Partai Demokrat)
"Nggak, saya sudah ramalin dari awal. Saya bilang sama presiden saya susah membayangkan prabowo partneran sama AHY," kata Luhut Panjaitan ketika ditanya Najwa Shihab apakah ia kaget melihat pilihan Prabowo Subianto.

Luhut pun kemudian bahwa ia memiliki hubungan yang baik dengan Prabowo Subianto, bahkan Luhut menyebut berteman lama dengan Prabowo Subianto, dan sudah sering berkelahi dengan Prabowo Subianto

Namun Luhut juga mengakui bahwa Prabowo Subianto adalah orang baik, dan karena berteman lama, Luhut dan Prabowo Subianto selalu berbicara bebas dan santai setiap bertemu. 

Makanya di suatu pertemuan Luhut pernah menanyakan ke Prabowo Subianto soal siapa wakil yang akan dipilih Prabowo Subianto

"Saya pernah tanya sekali soal itu. Kalau kami berdua ketemu kan bicara ya bebas. Kamu maunya wakilmu mana sih?," kata Luhut menirukan ucapannya saat bertanya ke Prabowo Subianto

Luhut pun kemudian menirukan jawaban dari Prabowo Subianto. "Bang, kalo kita mayor kan tahu bagaimana berpikirnya mayor," kata Luhut menirukan jawab Prabowo Subianto ketika ditanya Luhut soal Cawapres yang akan dipilihnya.

Dari situ Luhut lalu mengingat sikap anaknya yang juga masih berpangkat mayor. 

"Terus saya ingat anak saya, anak saya kan mayor juga. Anak saya kan mayor, lagi sekolah di Command Staf General College di Amerika Serikat. Pas dia kirim foto ibunya, dia lagi mengunjungi satu pabrik pesawat terbang sama sekolahnya. Ya saya bilang otak mayor itu ya gini gini gini lah," ujar Luhut.

Luhut pun mengaku kemudian menceritakan hal itu ke Presiden Jokowi. 

Luhut menyampaikan ke Presiden Jokowi bahwa Prabowo Subianto itu tidak nyaman (dengan AHY). 

"Masa dia nyawam wakilnya mayor dia Letnan Jenderal. Dia Jenderal anak buahnya gini gimana. Repok pak," kata Luhut.

Tak Kuat

Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengungkapkan bahwa pilihan Cawapres Jokowi dan Prabowo Subianto sama-sama diluar prediksi. 

Bahkan saking diluar prediksi, banyak lembaga survei belum punya perhitungan apabila Jokowi-Ma'ruf Amin berhadapan dengan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno. 

"Kalau di atas kertas survei, ini bukan pilihan terbaik untuk kedua-duanya. Karena ketika dilakukan simulasi, ini bukan angka yang tinggi. Jokowi bukan dengan maruf amin untuk angka tertinggi, tetapi dengan mahfud justru jauh lebih tinggi. Prabowo juga tidak tertinggi dengan Sandiaga, paling tinggi itu dengan AHY," jelas Yunarto Wijaya di acara Catatan Najwa itu. 

Tapi kemudian pilihan itu tetap terjadi lantaran ada logika-logika politik yang menurut Yunarto Wijaya  menjadi problem yang kompleks di masing-masing koalisi.

Bakal capres cawapres Pilpres 2019, Joko Widodo (tengah), putra bungsu Jokowi Kaesang Pangarep dan Ma'ruf Amin (kiri ) tiba di RSPAD untuk menjalani tes kesehatan yang diselenggarakan KPU, Jakarta, Minggu (12/8). (Warta Kota/Henry Lopulalan)
Yunarto Wijaya melihat buat Jokowi memilih Ma'ruf Amin adalah pilihan yang reaktif realistis, walaupun bukan yang terbaik.

"Satu tadi Pak Luhut sudah kasih bocoran dikit tadi partai-partai (tidak setuju). Partai-partai ini kan yang  menatap 2024 yang tidak bertuan. Ketua umum punya peluang yang sangat besar di 2024. Yang paling penting kan bagaimana menjaga 2024 ini tidak kemudian menjadi milik 1 orang yang sangat kuat. Nah problemnya siapapun yang menjadi Wapresnya jokowi itu kan seperti dapet tiket gratis 2024 menjadi Capres paling kuat. Sementara Pak mahfud dari sisi usia, kesehatan, dan ambisi politik sangat mungkin menjadi Capres 2024," kata Yunarto Wijaya.

Atas analisa itulah Yunarto Wijaya tak kaget melihat Parpol pendukung Jokowi memilih seseorang yang dari sisi usia, dan ambisi tak akan maju lagi di Pilpres 2024. 

"Nah ini pilihan kedua, jadi mungkin saja ada justifikasi juga buat seorang jokowi melihat situasi di pihakn lawan 2 hari terakhir, yakni Ketika prabowo bergabung dengan sandi, dan ini tidak terlalu kuat, sehingga Pak Jokowi tidak harus memilih Cawapres yang terkuat," kata Yunarto Wijaya.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved