Anies Baswedan Tolak Jadi Calon Presiden Karena Emosional dengan Prabowo Subianto

ANIES Baswedan mengakui dirinya sebenarnya mendapat tawaran menjadi Capres dari poros ketiga.

tribunnews.com
Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Sandiaga Uno. 

Tak Kuat

Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengungkapkan bahwa pilihan Cawapres Jokowi dan Prabowo Subianto sama-sama diluar prediksi. 

Bahkan saking diluar prediksi, banyak lembaga survei belum punya perhitungan apabila Jokowi-Ma'ruf Amin berhadapan dengan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno. 

"Kalau di atas kertas survei, ini bukan pilihan terbaik untuk kedua-duanya. Karena ketika dilakukan simulasi, ini bukan angka yang tinggi. Jokowi bukan dengan maruf amin untuk angka tertinggi, tetapi dengan mahfud justru jauh lebih tinggi. Prabowo juga tidak tertinggi dengan Sandiaga, paling tinggi itu dengan AHY," jelas Yunarto Wijaya di acara Catatan Najwa itu. 

Tapi kemudian pilihan itu tetap terjadi lantaran ada logika-logika politik yang menurut Yunarto Wijaya  menjadi problem yang kompleks di masing-masing koalisi.

Bakal capres cawapres Pilpres 2019, Joko Widodo (tengah), putra bungsu Jokowi Kaesang Pangarep dan Ma'ruf Amin (kiri ) tiba di RSPAD untuk menjalani tes kesehatan yang diselenggarakan KPU, Jakarta, Minggu (12/8). (Warta Kota/Henry Lopulalan)
Yunarto Wijaya melihat buat Jokowi memilih Ma'ruf Amin adalah pilihan yang reaktif realistis, walaupun bukan yang terbaik.

"Satu tadi Pak Luhut sudah kasih bocoran dikit tadi partai-partai (tidak setuju). Partai-partai ini kan yang  menatap 2024 yang tidak bertuan. Ketua umum punya peluang yang sangat besar di 2024. Yang paling penting kan bagaimana menjaga 2024 ini tidak kemudian menjadi milik 1 orang yang sangat kuat. Nah problemnya siapapun yang menjadi Wapresnya jokowi itu kan seperti dapet tiket gratis 2024 menjadi Capres paling kuat. Sementara Pak mahfud dari sisi usia, kesehatan, dan ambisi politik sangat mungkin menjadi Capres 2024," kata Yunarto Wijaya.

Atas analisa itulah Yunarto Wijaya tak kaget melihat Parpol pendukung Jokowi memilih seseorang yang dari sisi usia, dan ambisi tak akan maju lagi di Pilpres 2024. 

"Nah ini pilihan kedua, jadi mungkin saja ada justifikasi juga buat seorang jokowi melihat situasi di pihakn lawan 2 hari terakhir, yakni Ketika prabowo bergabung dengan sandi, dan ini tidak terlalu kuat, sehingga Pak Jokowi tidak harus memilih Cawapres yang terkuat," kata Yunarto Wijaya.

Sumber: Warta Kota
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved