Sebelum Mendaki Gunung Perhatikan Tip Manajemen Pendakian
MENDAKI gunung merupakan aktivitas berat sehingga butuh manajemen perencanaan yang matang.
MENDAKI gunung merupakan aktivitas berat sehingga butuh manajemen perencanaan yang matang.
Manajemen pendakian yang salah membuat banyak pendaki yang jatuh sakit, bahkan berujung kematian.
Baca: Menaklukkan Puncak Gunung ala Komunitas Elang Salam
Manajemen pendakian dimulai dari perencanaan sebelum mendaki.
Dikutip dari KompasTravel, pendaki sekaligus Anggota Senior Wanadri, Djukardi ‘Bongkeng’ Adriana mengatakan perencanaan pendakian harus detail.
Selain perbekalan, juga masalah jarak tempuh.
Ritme jalan
“Kalau tipe gunungnya yang landai, jarak tempuhnya misal 8-12 jam, kita bisa atur ritme jalan dan istirahat setiap berapa jam. Jadi ritme perjalanan itu diatur, tidak serampangan,” tutur Bongkeng pada KompasTravel, Selasa (16/5/2018).
Untuk perjalanan, ia menjelaskan agar mengatur ritme jalan untuk satu rombongan, bukan per individu.
Anda bisa merencanakannya dari landai atau tidaknya medan yang ditempuh, dan berapa perkiraan waktu tempuh.
Jika gunung landai dengan jarah tempuh minimal delapan jam, Anda bisa menentukan waktu istirahat tiap dua jam dengan lama istirahat sekitar tiga menit.
“Kalau untuk gunung terjal dengan jaraknya pendek, bisa tiap kurang dari dua jam istirahatnya, misal tiap satu jam istirahat,” tutur pria ‘kepala lima’ yang kerap dipanggil Kang Bongkeng oleh para pendaki.
Ritme istirahat
Untuk waktu istirahat yang direkomendasikan dua sampai tiga menit saja, sebelum sampai basecamp.
Waktu tersebut biasa dipakai para pendaki senior agar tidak terlampau lelah, dan malas untuk melanjutkan perjalanan.
“Kalau posisi memang ada yang bilang istirahat duduk sebelum di basecamp itu bikin malas, nantinya akan makin kerasa pegal dan lelah kita,” tutur Kang Bongkeng.
Ternyata terlalu lama beristirahat juga tidak baik bagi pendaki, bahkan bisa menyebabkan hipotermia.
“Terlalu lama istirahat saat badan berkeringat berdampak terkena angin berlebih tanpa tubuh produksi panas, alhasil bisa memicu hipotermia,” kata pendaki senior yang kini aktif meriset peralatan pendakian salah satu brand ternama itu.