Eksklusif Wartakota

Inilah 13 Sisi Gelap Sistem Khilafah, Mulai Perang Saudara sampai Tewasnya Khalifah Utsman bin Affan

Praktik pemerintahan sistem khilafah ternyata tidak hanya menjanjikan kesejahteraan, tetapi juga memiliki sejumlah kelemahan.

Editor: Suprapto
Geotimes
Khilafah 

Marwan sempat melarikan diri ke Syira dan kemudian kabarnya ke Mesir. Pasukan Abbasiyah dibawah kontrol Shaleh, saudara Abdullah bin Ali, kemudian berhasil menemukan Marwan II dan membunuhnya.

11. Transisi kekuasaan dari Dinasti Umayyah ke Dinasti Abbasiyah terjadi lewat pertumpahan darah. Salah satu bentuk kekejaman Abul Abbas (Khalifah pertana Abbasiyah) adalah dengan mengundang jamuan makan kepada keluarga Bani Umayyah yang tersisa.

Abul Abbas membunuh Sulaiman bin Hisyam bin Abdul Malik dengan tangannya sendiri, dengan cara menariknya keluar dari meja makan.

Ini juga dilakukan terhadap 90 orang Bani Umayyah lainnya: dijamu makan, lantas dibantai habis. Bahkan tubuh mereka yang masih menggelepar ditutup dengan permadani, dan as-Saffah dan keluarganya melanjutkan makan malam di atas permadani. Begitu Ibn al-Atsir dalam al-Kamil fit Tarikh menceritakan kekejian ini.

12. Pada masa Abbasiyah pula telah terjadi perang saudara. Periode pertempuran antara kedua putra Harun ar-Rasyid di masa Dinasti Abbasiyah, antara al-Amin dan al-Ma’mun, disebut-sebut sebagai fitnah keempat. Peperangan ini berlangsung pada tahun 811 – 813 Masehi.

13. Perang saudara juga terjadi pada periode berikutnya yaitu selama setahun antara al-Mu’tazz dengan pamannya, Khalifah al-Musta’in, membawa al-Mu’tazz ke tahta kekuasaan.

Musta’in yang dipaksa mengundurkan diri, tidak lama kemudian kepalanya pun dipenggal. Khalifah ketiga belas Abbasiyah Al-Mu’tazz naik berkuasa dengan lumuran darah.

Daftar ini masih panjang. Khilafah yang diklaim sebagai satu-satunya solusi umat ternyata membawa perang saudara sesama umat Islam seperti tercatat dalam literatur klasik semisal Tarikh Thabari dan Tarikh Khulafa Imam Suyuthi.

Tapi bukankah sejarah demokrasi juga berdarah-darah? Benar, tapi mereka tidak membunuh atas nama al-Qur’an dan Hadits. Ekspektasi kita adalah kalau khilafah diklaim sebagai inti ajaran Islam maka hasilnya harus lebih baik dari sejarah demokrasi yang berdarah-darah itu. Ternyata sama saja.

Nah, perbedaannya, sistem demokrasi terus memperbaiki diri. Kekuasaan dibatasi, rule of law ditegakkan, dan hak asasi warga negara diberi jaminan.

Pendukung khilafah jaman now akan sulit memperbaiki sistem khilafah yg telah melahirkan perang saudara itu. Kenapa? Karena khilafah sudah terlanjur dianggap sempurna dan bagian dari ajaran Islam. Gimana mau dikotak-katik.

Maka berhentilah menganggap khilafah sebagai bagian dari inti ajaran Islam. Khilafah bukan satu-satunya solusi untuk masalah umat. Khilafah hanya ijtihad masa lalu yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi sekarang dan telah digantikan oleh negara-bangsa (nation-state), yang juga merupakan hasil ijtihad ulama.

Tabik,

Nadirsyah Hosen

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved