IDI Pecat Dokter Terawan

Metode DSA Sudah Dikembangkan di RS Luar Negeri, Dokter Terawan: Pasiennya Puluhan Ribu

MURI pun memberikan penghargaan secara khusus kepada Mayjen TNI Dr dr Terawan Agus Putranto Sp.Rad pada 17 Juni 2017.

Penulis: Suprapto | Editor: Suprapto
KOMPAS.com/DAVID OLIVER PURBA
Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Mayjen TNI dokter Terawan Agus Putranto enggan menanggapi perihal keputusan pemberhentian sementara dari keanggotan IDI yang dikeluarkan oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Persatuan Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) terhadap dirinya, Rabu (4/4/2018). Dia memilih menghadapinya dengan sikap ksatria. 

Ia lulus dokter pada 1990 dan ditugaskan di Bali. Kemudian, pindah tugas di  Lombok, dan terakhir Jakarta. Selanjutnya, ia mengambil studi spesialis radiologi di Surabaya.

Penjelasan Rektor Universitas Hasanuddin Makassar

Terkait gelar doktor yang kini dipersoalkan sejumlah pihak, Rektor Unhas Makassar Prof Dr Dwie Aries Tina Pulubuhu MA memberikan penjelasan secara khusus.

Seperti diberitakan portal ceknricek.com, gelar doktor yang diberiken kepada Terawan sudah dilakukan secara benara.

"Saya karena bukan ahli kedokteran  dan kapasitas sebagai rektor dan dokter terawan salah satu alumni, saya tidak dalam posisi pembelaan," ujar Dwie..

Dia melanjutkan, "Secara akademis,  doktor terawan memang sudah berhak menyandang gelar itu karena sudah melakukan pengkajian secara ilmiah dan  digaransi oleh promotornya."

Dia menyadari penemuan baru, apalagi di dunia medis, selalu memunculkan pro dan kontra.

Penemuan atau inovasi baru pasti akan mengubah paradigma lama dan melahirkan interpretasi yang berbeda-beda.

"Inovasi melahirkan gejolak krena bongkar paradigma lama, melahirkan inteprestasi beda-beda. Itu biasa. Kalau tidak ada gejolak, tidak ada perubahan, maka akan stagnan untuk inovasi. Apalabi untuk pengobatan masyarakat," katanya.

Dia menambahkan, "Kalau ada bantah, maka dibantah dalam forum akademis juga. Dalam seminar atau publikasi internasional. Yang saya prihatinkan jangan sampai yang jadi korban masyarakat dalam konflik ini."

Lebih lengkap, simak video berikut ini.

Y

Prof Dr Dwie Aries Tina Pulubuhu MA

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved