Dunia Kopi di Pasar Santa Moncer Sampai Luar Negeri
Kejayaan tak direngkuh dalam semalam. Butuh jatuh bangun hancur lebur baru keberuntungan datang.
Penulis: Feryanto Hadi |
WARTA KOTA, KEBAYORAN BARU -- Pasar Santa yang booming sejak beberapa tahun lalu karena menyajikan konsep pasar tradisional yang tak biasa menjadi awal bangkitnya usaha milik Suradi.
Penjualan kios Dunia Kopi miliknya melejit, bahkan peningkatannya lebih besar dari ekspektasi.
Nira Suradi (38), Istri Suradi, mengatakan, bisnis penjualan kopi roasting digeluti sejak tahun 2000 atau sebelum revitalisasi pasar.
Tapi penjualannya tidak seberapa. Baru beberapa tahun lalupenjualan kopi di kiosnya mengalami kenaikan berkali-kali lipat.
"Mulai bergairah saat pasar ini mulai terkenal karena banyak yang buka kedai kopi. Banyak orang yang datang membeli kopi roasting dan terus meningkat dari waktu ke waktu," kata Nira ditemui di kiosnya lantai Basement Pasar Santa, Kamis (1/3/2018).
Ramainya kios Dunia Kopi ia ibaratkan sebagai "jawaban atas kesabaran dan kerja keras".

Ia tidak menyangka bisnisnya secara cepat berubah menjadi bisnis besar.
Ia mengaku usahanya hanya ketiban ketiban rejeki karena kondangnya nama Pasar Santa.
"Tren ngopi di kalangan masyarakat juga ikut mendongkrak penjualan. Masyarakat makin penasaran mencoba berbagai jenis kopi. Apalagi kami menyediakan bijih kopi mulai dari Aceh sampai Papua. Banyak pilihan," ungkapnya.
Di Pasar Santa, usaha Suradi nyaris tanpa pesaing. Masyarakat yang ingin menyeduh kopi sendiri, membeli bubuk kopi di kios itu.
Begitu juga banyak cafe di Jakarta yang membeli kopi di sana, lantaran harganya miring.
Baca: 4 Kata di UU Lalu Lintas Yang Bikin Merokok dan Main Ponsel Kena Tilang
Baca: Begini Tafsiran Polisi Sampai Merokok dan Main Ponsel Ditilang
Baca: 2.704 Polisi Incar Tilang Perokok dan Pengguna Ponsel di Mobil Mulai 5 Maret
"Sebenarnya tidak hanya di Jabodetabek tapi banyak cafe di luar daerah juga yang ambil kopinya di sini. Hanya saja, ini sifatnya sensitif. Mayoritas cafe itu tidak ingin orang tahu kalau mereka ambil kopinya di sini. Ibaratnya buat jaga brand dan jaga image mereka," terang Nira.
Pernah suatu ketika, ketika mengantarkan pesanan kopi ke sebuah cafe, Nira dan suaminya sampai harus menunggu di luar hingga cafe itu hampir tutup.
Mereka mencoba mengerti dan tak mempermasalahkan jika cafe itu berusaha menjaga brand dengan tidak ingin pelanggannya tahu bahwa kopi mereka dipasok dari luar.
"Sejatinya kami paham soal privasi seperti itu," ungkap Nira.
Ada sekitar 20 jenis kopi yang dijual di kios itu. Mulai Aceh Gayo dengan harga Rp150 ribu-Rp200 ribu per kilogram, Robusta Lampung Rp70 ribu per kilogram, Kopi Papua Rp150 per kilogram, Kopi Toraja Rp160 per kilogram, Kopi Kintamani Bali Rp100 ribu per kilogram dan sebagainya.
Pelanggan turis asing
Belakangan Dunia Kopi makin moncer di kalangan penikmat kopi. Tidak hanya konsumen lokal, pembeli kopi di sana justru banyak dari kalangan warga negara asing.
Seperti saat Warta Kota bertandang ke toko itu, tiga warga negara Jepang datang dan membeli kopi dari Gayo, Aceh. Belum lama ketiga orang itu pergi, beberapa pria bule juga datang membeli kopi.
"Dari orang asing banyak, mulai Australia, Asia sampai Eropa. Saya juga tidak tahu mereka dapat informasi darimana. Malah ada orang Jepang bawa majalah sengaja datang ke sini. Ternyata kami masuk sebuah majalah di Jepang," ungkap Nira.
"Malahan ada pembeli dari Korsel yang belanja di sini buat dijual lagi di sana," Nira menambahkan.
Kepala Pasar Santa Ahmad Subhan menyatakan, pasar itu hingga saat ini masih menjadi favorit bagi penikmat kopi.
Baca: VIDEO: Aktris Nina Kozok Akui Sulit Berbahasa Indonesia Kembali
"Perkembangannya sangat luar biasa sehingga pelaku UMKM seperti Pak Suradi ini ikut kena dampak positifnya. Dunia Kopi kini sudah banyak pelanggan," ujar dia.
Subhan menambahkan, yang patut dibanggakan, kopi saat ini tidak hanya dibeli untuk dinikmati sendiri. Namun, saat ini banyak masyarakat yang membeli kopi sebagai souvenir.
"Termasuk warga negara asing yang belanja ke sini, mereka bawa kopi Indonesia sebagai souvenir bagi keluarga atau rekan di negara asal mereka. Ini tentu menjadi trend baru yang sangat bagus. Selain meningkatkan perekonomian dari petani dan pedagang, kopi Indonesia juga makin dikenal di dunia," ungkapnya.(FERYANTO HADI)