Anggap Museum Bahari Seperti Neneknya, Arsitek Ini Takkan Menolak Jika Diminta Merestorasi

Museum Bahari yang habis terbakar butuh sosok arsitek ahli bangunan bersejarah yang berpengalaman.

Warta Kota/Junianto Hamonangan
KONDISI Museum Bahari, Jakarta, Jumat (19/1/2018), setelah terbakar pada Selasa (16/1/2018) pagi. 

Makanya, Budi punya pandangan dan rasa sentimentil berbeda dengan bangunan di Kota Tua.

"Saya melihat kota tua itu seperti bagian dari saya," aku Budi.

Dia juga mengaku sedih dengan terbakarnya Museum Bahari.

Baca: Ditanya Berapa Nilai Kerugian Kebakaran Museum Bahari, Anies Baswedan: Priceless

"Itu kan seperti nenek saya yang terbakar. Gimana rasanya coba kalau nenek kita terbakar? Lalu sebagai cucu kita tak bisa berbuat apa-apa," cetus Budi.

Makanya apabila Pemprov DKI memintanya membantu restorasi Museum Bahari, Budi menyatakan pasti bersedia.

Tapi, Budi memprediksi restorasi museum bahari bakalan lama. Salah satu penyebabnya adalah kebutuhan akan kayu tua yang butuh waktu. Kebutuhan kayu tua untuk merestorasi harus dipenuhi agar hasilnya sempurna.

Baca: Tahan Badai Ratusan Tahun, Museum Bahari Dilenyapkan Api

"Museum Bahari itu kalau mau direstorasi butuh kayu tua yang lebih banyak ketimbang Gedung Arsip," jelas Budi ketika dihubungi Wartakotalive.com, Selasa (30/1/2018).

Menurut Budi, kayu tua bisa dicari, tetapi butuh waktu tak sebentar. Budi mengatakan, restorasi Museum Bahari juga mesti dilakukan bersama tukang-tukang dengan spesialisasi khusus.

"Harus pakai tukang-tukang kayu yang menyukai bangunan tua," saran Budi. (*)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved