Bantah Bajak Emil Dardak, Waketum Partai Demokrat: Dia yang Melamar, Bukan Kita yang Merayu-Rayu

Syarief mengatakan, sebetulnya bukan hanya partainya yang melakukan trik seperti SBY itu.

Warta Kota/Henry Lopulalan
Khofifah Indar Parawansa (dua kanan) dan Emil Elistyanto Dardak (dua kiri), serta sejumlah kader Partai Golkar, saat penyerahan surat rekomendasi Cagub dan Cawagub Jawa Timur, di kantor DPP Golkar, Jakarta, Rabu (22/11/2017). 

WARTA KOTA, SENAYAN - Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan membantah kader Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Emil Dardak, 'dibajak' untuk berpasangan dengan Khofifah Indar Parawansa di Pilgub Jatim 2018.

Menurutnya, tudingan bahwa Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menggunakan strategi politik outsourcing, tidak tepat.

Syarief mengatakan, sebetulnya bukan hanya partainya yang melakukan trik seperti SBY itu.

"Pandangan (Sekjen PDIP) keliru, karena hampir semua partai begitu," kata Syarief kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (28/11/2017).

Baca: Parpol Tidak Usung Kader Sendiri Berpotensi Timbulkan Konflik Pilkada

Anggota Komisi I DPR ini menegaskan, Partai Demokrat tidak pernah merayu Emil Dardak untuk bisa maju di Pilgub Jawa Timur.

Melainkan, Emil sendiri yang melamar ke Partai Demokrat untuk diusung.

"Setahu saya dia (Emil Dardak) yang melamar ke Partai Demokrat. Bukan kita yang merayu-rayu," ujarnya.

Syarief mengatakan, hampir semua partai melakukan strategi mengusung calon yang dianggap diinginkan masyarakat dalam pilkada. Apalagi, bila kader berinisiatif untuk pindah sendiri.

Baca: Bajak Kader Partai Lain, Tanda Proses Kaderisasi Tak Jalan dan Terlalu Bergantung kepada Ketua Umum

"Perpindahan kader kan wajar saja. Jika tidak nyaman lalu kadernya pindah partai kan wajar saja," cetus Syarief.‎

Sebelumnya, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto pada Kamis (23/11/2017) lalu mengatakan, kapasitas SBY sebagai ahli strategi, pilihan jalan pintas saat ini memang merekrut tokoh di luar Partai Demokrat, termasuk anggota partai lain, menjadi opsi utamanya.

"Seperti yang kita semua tahu, hal ini disebabkan karena Demokrat memiliki beberapa kendala untuk menghasilkan kepemimpinan muda, pasca-berbagai persoalan yang menimpa kader muda mereka.

Seperti apa yang dialami dengan Andi Malarangeng, Nazaruddin, Choel Malarangeng, Anas Urbaningrum, dan lain lain," papar Hasto.

Baca: Segini Tarif Pijat dan Spa di Alexis

Hasto mengingatkan, dalam karakter partai elektoral macam Demokrat, strategi 'outsourcing' memang sah-sah saja.

Namun, strategi yang berbeda justru ditunjukkan oleh PDI Perjuangan, kata Hasto, yang memilih dan berkomitmen membangun sekolah partai, sekolah kader, dan melakukan pendidikan politik secara berjenjang.

"Partai tidak pernah terpancing dengan jurus Pak SBY, karena kami percaya pada mekanisme kaderisasi Partai," cetus Hasto.

Baca: Anies Baswedan akan Terus Gelar Operasi Senyap untuk Ungkap Prostitusi Terselubung di Tempat Hiburan

Berpindahnya Emil Dardak untuk jabatan lebih tinggi, menurut Hasto Kristiyanto, tidak akan mengurangi semangat politik terbuka PDI Perjuangan, terhadap hadirnya tunas-tunas baru yang memiliki visi kepemimpinan untuk bangsa dan negara.

"Bung Emil Dardak telah memilih jalan. Partai tentu otomatis memberikan sanksi pemecatan. Ia adalah gambaran sedikit dari orang muda yang memilih loncatan politik, meski baru dua tahun menjabat bupati. Jumlah kepala dan wakil kepala daerah PDI Perjuangan yang berusia di bawah 40 tahun sebanyak 34 orang," beber Hasto. (*)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved