Parpol Tidak Usung Kader Sendiri Berpotensi Timbulkan Konflik Pilkada
Meski begitu, kata Hendri, politik di Indonesia tidak cukup mudah untuk menebak situasi yang terjadi.
WARTA KOTA, KEBAYORAN BARU - Hendri Satrio, pengamat politik dari Universitas Paramadina menilai, banyak faktor yang dapat menjadi pemicu konflik pada pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2018.
Dirinya mencontohkan, tidak dicalonkannya seorang kader asli parpol dalam pilkada, juga berpotensi menimbulkan konflik di pelaksanaan pilkada mendatang.
"Potensial (konflik) yang berpotensi terjadi, di mana ada banyak parpol tidak calonkan kadernya sendiri. di Jawa Barat misalnya, Golkar tidak calonkan Dedi Mulyadi, itu bisa ganggu akar rumput," ulas Hendri dalam sebuah diskusi di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta, Senin (27/11/2017).
Baca: Bajak Kader Partai Lain, Tanda Proses Kaderisasi Tak Jalan dan Terlalu Bergantung kepada Ketua Umum
Selain Jawa Barat, Hendri mencontohkan Pilkada Jawa Timur yang juga dapat menimbulkan konflik. Pendukung PDI Perjuangan belum tentu akan mendukung Emil Dardak yang dicalonkan partai politik di luar PDI Perjuangan.
"Di Jawa Timur ada Emil yang diusung Demokrat. Belum tentu (akar rumput) PDIP senang," ujarnya.
Meski begitu, kata Hendri, politik di Indonesia tidak cukup mudah untuk menebak situasi yang terjadi. Sebab, kegaduhan yang terjadi di tingkat elite belum tentu berdampak di akar rumput dan sebaliknya.
"Elite-nya damai, bawahnya belum tentu damai. Akar rumput ribut, belum tentu elite ribut," ucapnya. (*)