Petani Ditelan Ular
Saat Ditemukan Warga, Si Ular Piton yang Melahap Akbar Pada Kondisi Ini
awalnya warga desa melapor kepada polisi bahwa Akbar, petani kelapa sawit berusia 25 tahun, itu sudah lebih dari 24 jam belum juga pulang.
WARTA KOTA, MAMUJU -- Kabid Humas Polda Sulawesi Barat AKBP Mashura mengatakan, awalnya warga desa melapor kepada polisi bahwa Akbar, petani kelapa sawit berusia 25 tahun, itu sudah lebih dari 24 jam belum juga pulang.
"Barulah dilakukan pencarian ke kebun, tidak ditemukan. Yang ada hanya ular piton di parit yang tidak bergerak. Curigalah warga," kata Mashura.
"(Ular) dibedah, ditemukan Akbar di dalam ular itu," ujar Mashura.
Sekretaris Desa Salubiro, Junaedi mengatakan kepada Isyana Artharini dari BBC Indonesia, pencarian melibatkan 60 penduduk desa, yang terbagi menjadi tiga kelompok.
Baca: Ngeri, Ini Video Pembelahan Perut Ular Piton yang Isinya Jenazah Akbar
Pencarian dimulai sejak petang hari dan mereka baru menemukan ular di kebun kelapa sawit sekitar pukul 21.30 WITA.
Baca: Seperti Ini Rupa Ular yang Memangsa Petani Itu
Saat ditemukan, ular itu tidak bergerak, tapi masih dalam kondisi hidup.
"Mulutnya sering terbuka," kata Junaedi.
Warga curiga karena melihat perut ular yang besar sekali. Kalau makan babi hutan pasti tidak sebesar itu," katanya.
Baca: Jasad Petani yang Ditelan Ular Piton Masih Utuh, Lengkap dengan Sepatunya
Mereka lalu membunuh ular tersebut dengan menggunakan tombak dan parang berkali-kali di bagian kepalanya.
Dijelaskan Junaedi, ular itu ditemukan di area yang berair dan berlumpur.
Sehingga untuk membedah perutnya, sesudah dibunuh, ular itu harus dipindahkan tempat yang lebih kering.
"Sekitar empat meter (dari tempat ditemukannya). Berat sekali," kata Junaedi.
Sehari setelah ditemukannya ular tersebut dan Akbar di dalamnya, keluarga Akbar bersama warga, menurut Junaedi, mengukur ular tersebut.
Hasilnya?
"Tujuh meter lebih (panjangnya)," kata Junaedi.
Kok Memangsa Manusia?
Pakar ular atau herpetologis dari Universitas Brawijaya, Nia Kurniawan mengatakan manusia bukan mangsa utamanya, namun ular sanca memilih mangsa yang sesuai kebutuhan kalorinya.
Baca: Julia Perez: Alhamdulillah Nikita Mirzani Jadi Tersangka
"Ular piton itu lebih memangsa babi hutan dan anjing hutan, yang lebih mudah ditemui daripada manusia.
Itu kebetulan saja kali ini, antara habitat manusia dan ular sanca itu tumpang tindih, yang memungkinkan manusia dimakan oleh piton," kata Nia Kurniawan.
Perilaku ular sanca atau piton dalam memangsa manusia, kata, bukan karena dia terancam, tapi karena memang lapar dan harus makan.
"Hewan karnivora, baik itu buaya, singa, harimau, ular, itu kan mengukur ukuran kalori. Jadi kalau dia ularnya besar, dia pengen makan, dia menghitung massa tubuh mangsanya'" kata Nia.
"Kalau ular ukuran empat meter itu, ada tikus lewat, tidak akan dimakan sama dia. Tapi kalau yang lebih besar minimal seukuran babi hutan, baru dia mau mengejar. Karena dia menghitung energi, energi untuk memangsa itu kan cukup besar.
Jadi piton itu menjatuhkan diri, membelit. Dia akan menunggu sampai tidak ada detak jantung, baru dia akan melonggarkan, terus memakan," paparnya pula.
Maka jika piton yang dilaporkan mencapai tujuh meter, mereka akan mendapat kalori yang dibutuhkan dari korban seukuran manusia.
"Kalau kita dililit piton, jangan kita terlalu berontak-berontak. Pertama, energi kita habis, kedua, nggak bisa lepas dari piton. Kalau kita pura-pura lemas, bisa seketika itu ada kemungkinan lolos," kata Nia.
Piton biasanya akan menjatuhkan diri dari pohon-pohon yang tinggi, sehingga Nia memperkirakan bahwa daerah perkebunan kelapa sawit dulunya adalah kawasan hutan yang merupakan tempat mereka mencari makan dan bertahan hidup.
Ukuran piton yang besar membuatnya tidak bisa mengejar mangsa, seperti halnya kobra yang menyukai kebun kelapa sawit di Riau karena teduh.
Namun baik kobra maupun piton kemungkinan melihat kebun kelapa sawit sebagai lokasi mendapatkan sumber makanan.
Bagi ular sanca, kebun kelapa sawit menguntungkan karena kawasan itu menarik perhatian babi hutan, monyet, anjing hutan atau manusia -semuanya berpotensi menjadi mangsa yang bisa memberikan kalori cukup bagi mereka.
Juru bicara kepolisian Sulawesi Barat, Mashura, mengatakan, kebun sawit Akbar berada di pinggir jalan provinsi yang kondisinya bagus, kata Mashura, namun untuk masuk ke dalam, ada jalan-jalan setapak dan parit.
Keberadaan ular piton di wilayah itu, menurut Mashura, cukup langka.
Menurutnya, beberapa bulan sebelumnya, warga juga sempat melaporkan adanya ular piton pada polisi.
Ular itu kemudian ditangkap bersama dengan Dinas Kehutanan dan Pertanian dan dilaporkan ditembak di tempat karena warga yang merasa takut.
"Tidak setiap minggu, setiap bulan, tidak (ada ular). Sepanjang 2016 ditemukan baru sekali, baru sekarang ditemukan lagi. Namanya hutan, perlu diantisipasi," kata Mashura.
Junaedi mengatakan dia tak ingat tepatnya kapan lahan dibuka, namun lahan itu tak khusus dibuka untuk kelapa sawit.
"Dulu cokelat, jeruk, baru sekarang kelapa sawit," katanya.
Namun ketika lahan dibuka, mereka tak pernah mendengar adanya laporan soal keberadaan ular.
Konflik antara satwa dan manusia di perkebunan kelapa sawit beberapa kali terjadi, tapi seringnya melibatkan gajah dan orangutan.
Gajah dan orangutan yang memakani buah kelapa sawit dianggap sebagai hama oleh penduduk sekitar, dan satwa itu pun diracun, diburu dan ditembak, atau malah dibakar dan dimakan oleh warga.
8 Tragedi Ular Mangsa Manusia
Kejadian tragis yang menimpa Akbar yang diperkirakan terjadi antara Minggu (26/3/2017) dan Senin (27/3/2017) langsung tercatat pada situs ensiklopeda Wikipedia sebagai serangan ular mematikan ke-delapan yang memangsa manusia.
Berdasarkan catatan Wikipedia.org pula, tragedi menimpa Akbar adalah yang kedua yang terjadi di Indonesia.
1. Pertama disebutkan terjadi di pulau Salibabu, Sulawesi Utara, awal tahun 2000-an lalu.
Seorang anak 14 tahun tewas dan diduga dimakan oleh ular sepanjang 5,17 meter.
2. Franz Werner melaporkan kasus dari Burma terjadi baik di awal 1910-an atau pada tahun 1927.
Seorang bernama Maung Chit Chine, yang pergi berburu dengan teman-temannya, rupanya dimakan oleh ular sepanjang enam meter.
3. Pada tahun 1932, Frank Buck menulis tentang seorang anak remaja yang dimakan oleh ular sepanjang 7,6 meter peliharaannya sendiri di Filipina.
4. Pada tanggal 4 September 1995, Ee Heng Chuan, seorang penyadap karet 29 tahun dari negara bagianJohor, bagian selatan dilaporkan telah tewas dimangsa ular piton raksasa.
Ukuran ular tersebut diperkirakan sepanjang tujuh meter.
Ular itu mati usai diberondong tembakan.
5. Pada tanggal 23 Oktober 2008, seorang wanita 25 tahun di Virginia, AS tewas diserang piton peliharannya.
Ular sepanjang empat meter itu melilit tuannya sendiri hingga tewas.
6. Pada tanggal 21 Januari 2009, seorang anak usia tiga tahun di Las Vegas, Amerika Serikat dililit ular sepanjang 5,5 meter.
Namun nyawa anak itu berhasil ditolong.
7. Di Filipina, enam kematian karena ular dikatakan telah didokumentasikan dalam jangka waktu 40 tahun terakhir.
Insiden yang menimpa Akbar menggemparkan dunia.
Sejumlah media luar negeri ikut memberitakan nasib tragis yang menimpa pria 25 tahun itu.
Penulis: Nurhadi