Terminal Klender Bagai Si Cantik Yang Tercampakkan
Hanya tampak kemolekan ornamen pendukung arsitektur bangunan yang menjadi pemandangan menyegarkan, seperti pintu-pintu yang tinggi dan tangga.
Penulis: Feryanto Hadi |
WARTA KOTA, DURENSAWIT - Bangunan dua lantai itu tampak berbeda dari bangunan di sekitarnya. Mengusung arsitektur bergaya kolonial, Terminal Klender, Jakarta Timur kini lebih tampak berwibawa.
Lingkungan terminal cukup bersih dari sampah. Begitu juga di bagian dalam gedung, yang masih tanpak kosong. Hanya tampak kemolekan ornamen pendukung arsitektur bangunan yang menjadi pemandangan menyegarkan, seperti pintu-pintu yang tinggi dan tangga yang elegan.
Tetapi, segala kelebihan Terminal Klender tak jua menarik simpati penumpang. Sejak direvitalisasi pada 2014 lalu, terminal itu masih sepi. Hanya angkot-angkot kosong yang masuk ke lingkungan terminal, sekadar untuk memutar balik. Mereka, tetap mencari penumpang di kawasan Pasar Perumnas Klender yang lokasinya berhadapan dengan terminal.
Andrey (24), sopir angkutan kota K25 B jurusan Perumnas Klender-Kayu Ringin Bekasi mengakui, sulit mencari penumpang di dalam area terminal. Masyarakat, katanya, lebih suka naik dan turun di tepi jalan.
"Padahal terminalnya sudah bagus. Mungkin penumpang nggak mau ribet saja jalan ke terminal. Padahal jarak dari pasar ya sangat dekat. Tapi mereka lebih suka naik dan turun di luar terminal," katanya kepada Warta Kota, Senin (7/11).
Beberapa penumpang enggan naik dari terminal karena mereka ingin praktis. Seperti Lusi (42), misalnya, yang lebih suka mencegat angkot di depan gerbang Pasar Perumnas ketimbang ia jalan kaki ke terminal.
"Kan sama saja. Angkotnya juga lewat sini. Ngetem di depan pasar juga sebentar," jelasnya.
Butuh terobosan
Djoko Purnomo selaku Kepala Terminal Klender mengakui antusiasme penumpang yang datang ke terminal masih kurang. Alhasil, sehari-harinya terminal seluas 3600 m2 itu hanya dilintasi angkot-angkot yang ingin memutar jalan.
"Tempat ini memang didisain mobil harus muter, menaikturunkan penumpang dengan cepat. Ternyata di dalam terminal nggak ada penumpang. Sedikit yang masuk ke sini. Maunya pada turun dan naik di Pasar Perumnas Klender," kata Djoko ditemui di kantornya.
Ditambahkan Djoko, saat ini tercatat 428 angkutan kota dari delapan trayek yang masuk ke terminal setiap harinya.
Di sana, ada tiga jalur sebagai titik kedatangan dan keberangkatan. Beberapa angkot jurusan Bekasi tampak mengantre menunggu penumpang di salah satu jalur itu. Sementara, angkot-angkot dalam kota bergerak cepat mencari penumpang di tepi jalan begitu keluar dari komplek terminal.
Djoko mengatakan, pihaknya sudah berupaya untuk mendorong penumpang untuk masuk ke area terminal. Hanya saja, upaya itu belum membuahkan hasil.
"Kita arahkan penumpang, kebanyakan tidak mau. Pada nunggu di tepi jalan saja ibu-ibu," imbuhnya.
Harus ada terobosan untuk membuat Terminal Klender jadi ramai, imbuh Djoko. Beberapa usulan dari berbagai pihak saat ini sedang dikaji. Salah satunya yakni usulan pembuatan jembatan penyeberangan dari kawasan terminal ke Pasar Perumnas.