Mantan Kontraktor itu Banting Setir menjadi Juragan Cilok
Sebelum usaha cilok, saya kontraktor rumah, saya punya usaha bengkel las juga.
Penulis: Ign Agung Nugroho |
WARTA KOTA, JAKARTA - Cilok dikenal sebagai makanan rakyat khas Jawa Barat. Dari camilan berbahan dasar tepung tapioka (sagu), bentuknya bulat seperti bakso, dan kenyal saat disantap, mengantarkan Asep Kudratulloh (42), sukses berwirausaha sebagai juragan Cilok dengan label usaha Cilok Boga Rasa.
Pria asal Ciamis, Jawa Barat, kelahiran 13 April 1972 ini mengaku dari jualan cilok inilah, akhirnya bersama istrinya, Yani Lismayani (41), bisa bangkit lagi menata kehidupan perekonomian mereka yang sempat jatuh terpuruk.
"Sebelum usaha cilok, saya kontraktor rumah, saya punya usaha bengkel las juga. Tapi saya dizolimi, dibohongi orang. Saya waktu itu punya rumah, mobil semuanya habis dijual. Saking susahnya, tabung gas di rumah ada dua, saya jual satu untuk makan," ungkap Asep kepada Warta Kota saat ditemui di rumah barunya di kawasan Pamulang, Tangerang Selatan, baru-baru ini.
Modal Dari Uang Arisan
Munculnya ide jualan cilok, saat Asep dan keluarganya mudik lebaran 2012 ke Ciamis, Jawa Barat. Ongkos mudiknya didapat dari uang arisan istrinya.
"Waktu itu kebetulan istri saya dapat uang arisan Rp 6 juta. Istri saya bilang kita mudik ajalah namanya lebaran. Ada sisa uang arisan Rp 3 juta itulah modal awal saya buat usaha cilok" katanya.
Lebih lanjut cerita Asep, ia kepikiran membuat usaha cilok, saa di kampung halaman, anaknya minta dibelikan cilok saat ada pedagang cilok lewat. Karena ia juga hobi cilok, ikutan mencicipi.
"Pas saya coba, rasanya beda banget. Dari situ saya bilang ke pedagang cilok-nya ayo kita kerjasama. Kita buat usaha cilok di Jakarta. Awalnya setuju, tapi dua hari sebelum pulang ke Jakarta dibatalin, karena istrinya tidak kasih ijin (ke Jakarta)," kenangnya.
Meski demikian, tak mematahkan semangat Asep untuk menjajal berbisnis cilok. Iapun minta diajari oleh pedagang itu, cara membuat cilok.
"Pas dia dibatalin ke Jakarta, saya bilang okelah kalau begitu. Tapi, saya minta diajarin cara buat cilok. Dua jam saya belajar buat cilok. Dari situ saya coba buat sendiri. Tapi rasanya kok beda, saya sampai tiga kali bolak-balik tanya kok beda terus rasanya. Sampai akhirnya, saya putuskan coba racik sendiri rasanya," kata Asep.
Setelah kembali dari mudik lebaran, membulatkan tekad asep untuk jualan cilok. Dalam kondisi ekonomi yang morat-marit dengan dibantu istrinya terus belajar membuat cilok dengan cita rasanya sendiri.
"Waktu itu rumah saya di Pamulang Permai sudah saya jual. Saya sempat numpang satu kamar sama yang beli rumah saya. Di situ saya saya buat ciloknya. Pokoknya semua-semuanya di situ," kata Asep.
Untuk menjajal cita rasa cilok racikannya, Asep membagi-bagikan ke teman-teman, dan tetangganya untuk mencicipi. Bahkan, putri sulungnya sempat membawa cilok olahannya dijual ke sekolah.
"Kata anak saya banyak yang suka. akhirnya saya bikinlah dua gerobak dan cari tenaga untuk jualan cilok keliling. Alhamdulillah, jualan jam 8 pagi, jam 11 sudah habis. Dari jualan 300 butir, terus nambah jadi 600 butir habis terus," katanya.
"Dari situ saya tanya tukang saya, yang beli orang lama (penggemar cilok) dan orang baru, katanya ada yang lama ada yang baru. Saya berpikir,
Kalau yang beli orang lama berarti cocok. Kalau orang baru beli karena penasaran aja. Dari situ semangat lagi power saya," kenang Asep.