Mengejar Setan, Pocong, dan Kuntilanak

Setan, pocong, kuntilanak, hantu, mayat, tokoh-tokoh yang menjadi langganan judul film horor Indonesia

Repro Kompas
Satu adegan dalam film Mengejar Setan. 

WARTA KOTA, PALMERAH - Setan, pocong, kuntilanak, hantu, mayat, tokoh-tokoh yang menjadi langganan judul film horor Indonesia. Seperti yang beredar belakangan ini Mengejar Setan garapan sutradara Nayato Fio Nuala. Di tengah kepungan The Hobbit dan gerombolan 47 Ronin, sejak 19 Desember 2013 Mengejar Setan mencoba ”mencuri” penonton.

Bahan penakut film ini dibangun di seputar rumah. Maksudnya bukan lagi kuburan, atau kamar mayat yang merupakan lokasi idaman film hantu-hantuan. Cukup klasik memang. Setidaknya mengingatkan pada jenisnya The Haunted Mansion.

Diceritakan pasangan suami istri Andika (Evan Sanders) dan Tarina (Masayu Anastasia) pindah rumah dari Jakarta ke Bandung. Mereka bermaksud menenangkan diri, tetapi di rumah baru itu mereka justru menemukan persoalan baru. Pemilik rumah lama wanti-wanti mereka untuk tidak melihat lantai paling atas. Ada apa dengan lantai atas? Pasti ada misterinya, dan itulah yang digali sutradara Nayato sebagai hiburan.

”Horor-hororan”
Nayato cukup piawai menggarap horor sebagai hiburan. Dengan pengalaman menyutradarai tak kurang dari 30 judul film horor dalam kurun 2004-2013, ia tahu persis bagaimana memain-mainkan emosi penonton lewat film membuat penonton terhibur dalam ketakutan bersama.

Seperti pada film-film horor yang pernah ia buat, dalam Mengejar Setan ia masih menggunakan formula ”horor-hororan”. Itu istilah Nayato yang artinya, film yang simpel dan tidak ribet. ”Orang datang ke bioskop untuk mau ditakut-takutin, untuk seru-seruan,” kata Nayato. Ia mengamati tabiat penonton film horor yang ingin berbagi rasa takut secara beramai-ramai. Di antara mereka adalah para pelajar.

Elemen penimbul rasa takut (baca daya hibur) itu antara lain: pemunculan tokoh hantu dan sejenisnya. Ia berusaha untuk tidak terlalu sering memunculkan sosok hantu karena jika terlalu over, daya takutnya akan berkurang.

Selain itu, suasana horor yang juga dibangun lewat efek suara seperti derit pintu, langkah kaki, detak jantung, serta musik. Suasana mencekam juga dibangun dengan permainan tata cahaya yang dominan gelap dan temaram. Unsur-unsur itu diakui Nayato sudah menjadi formula basic film-film jenis suspense, tegang. Editing berperan sangat penting untuk membangun jebakan- jebakan penimbul suasana horor. Pintu atau jendela yang menutup sendiri dalam Mengejar Setan adalah jurus ampuh untuk mengejar efek menakutkan itu.

Nayato dalam film ini juga suka memainkan bayangan wajah di cermin, atau tetesan darah. Hantu buruk rupa yang muncul lalu menghilang, serta orang kesurupan. Ia masih menggunakan cara klasik dengan menghadirkan ”orang ’pintar” sebagai tokoh yang menjembatani antara dunia manusia dan dunia hantu. Bukan hanya di film lokal, Hollywood pun mengenal tokoh perantara semacam jin seperti dalam Poltergeist (1982) dan komedi horor Ghost (1982) yang diperankan Whoopi Goldberg.

Judul film horor yang ”serem” merupakan gimmick, jurus pemanis dagangan yang biasanya dibuat produser. Sebut saja judul film yang pernah digarap Nayato seperti 3 Pocong Idiot, Pocong Ngesot, Kepergok Pocong, Pocong Kamar Sebelah, Pocong Kesetanan! Kain Kafan Perawan, Hantu Jamu Gendong, Jeritan Kuntilanak, Kuntilanak Kamar Mayat, atau juga Sarang Kuntilanak.

Menghidupi
Nayato boleh dibilang sebagai ”tukang” horor. Dari tahun 2004-2013 ia menyutradarai 31 film horor. Pernah dalam setahun pada 2012 ia menggarap sembilan film horor. Namun, dia juga mempunyai film di luar jenis horor dan pernah menerima penghargaan Citra. Ia terpilih sebagai Sutradara Terbaik dalam FFI 2006 untuk film Ekskul. Ia juga masuk unggulan FFI 2008 sebagai Penata Sinematografi Terbaik untuk film The Butterfly.

Mengapa banyak bikin film horor?

”Bikinnya gampang, enggak ribet, murah, waktunya dikit,” kata Nayato.

Di luar itu masih ada alasan lain yaitu banyak pemesan. Artinya banyak produser yang melihat horor sebagai peluang bisnis yang tidak merugikan. Sejumlah film horor garapan Nayato berasal dari produser yang sama, termasuk Mengejar Setan yang diproduseri Firman Bintang.

Membuat film horor dengan formula horor-hororan bagi Nayato merupakan bagian dari cara menghidupi diri dan krunya. Ia cukup realistis. ”Saya tidak mikir diri sendiri. Saya perlu bikin film yang menghasilkan duit,” katanya.

Sebagai sineas ia juga mempunyai idealisme. Untuk film idealis, atau ”film aneh-aneh”, kata Nayato, ia konsekuen untuk menggunakan biaya sendiri. ”Saya enggak mau atas nama seni, saya bikin film dengan menghambur-hamburkan duit orang,” kata Nayato.

Setan, pocong, kuntilanak dari Navato mungkin memang bukan karya idealis, tetapi setidaknya mereka menghidupi idealismenya. (ACI/XAR)

Sumber: KOMPAS
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved