Menaklukkan Don Juan

Jon selalu mencari perempuan cantik di kelab malam

Repro Kompas
Saat Don Jon bermesraan dengan sejumlah perempuan cantik. 

WARTA KOTA, PALMERAH - Bagaimana bila seorang laki-laki ketagihan pornografi sampai tak mampu membangun hubungan permanen dengan perempuan dalam dunia nyata? Itu persoalan yang diangkat dalam Don Jon.

Film perdana garapan aktor Joseph Gordon-Levitt yang juga menjadi penulis naskah dan pemeran utama ini mencoba menggambarkan kegagapan Jon Mortello, yang berusia 20-an tahun, dalam menghadapi kehidupan nyata.

Judul Don Jon sudah mengasosiasikan Jon sebagai lelaki yang setiap saat berganti pasangan. Bersama dua sahabatnya, peracik minuman di bar ini selalu mencari perempuan cantik di kelab malam yang ingar-bingar musiknya. Hampir tidak ada perempuan yang dikencani menolak ajakannya. Meski demikian, Jon yang berasal dari keluarga kolot Italia yang taat ke gereja tiap Minggu tidak pernah merasa puas sepuas saat menonton pornografi melalui laptop, bahkan sesaat setelah berhubungan intim dengan teman kencannya.

Sampai suatu malam Jon bertemu dengan Barbara Sugarman (Scarlett Johansson) di bar dia biasa bertandang. Nama dan penampilan Barbara membawa asosiasi pada boneka berambut pirang, bentuk tubuh seperti jam pasir, dengan dada membusung. Jon kali ini kena batunya. Dia jatuh cinta kepada Barbara dan rela mengikuti permintaan Barbara, termasuk mendaftar kuliah malam dan tidak berhubungan intim sampai waktu yang ditentukan Barbara.

Konflik muncul ketika Barbara mengetahui Jon tetap mengonsumsi pornografi meskipun mereka telah berhubungan intim beberapa saat. Barbara marah karena Jon lebih memilih pornografi daripada dirinya.

Jon membalas, adiksi Barbara terhadap film romantis buatan Hollywood tidak ada bedanya dengan kecanduan pada pornografi. ”Setidaknya film memberi piala penghargaan,” sergah Barbara. Bagi Barbara, lelaki ideal adalah seperti dalam film, selalu memenuhi apa yang diinginkan perempuan.

Makna baru

Pertemuan Jon dengan teman satu kuliahnya, Esther (Julianne Moore) yang usianya jauh di atas, mengubah pandangan Jon. Esther tidak sengaja melihat Jon mencuri-curi menonton pornografi melalui telepon seluler di kelas. Esther memberi Jon hadiah CD film porno tahun 1970-an seraya mengingatkan yang ditonton Jon bukan hal nyata. Esther membuat Jon berpikir dia ikut kuliah malam adalah karena permintaan Barbara. Barbara juga melarang Jon membersihkan kamarnya sendiri, pekerjaan yang sangat disenangi Jon.

Esther, yang kehilangan suami dan anak lelakinya dalam kecelakaan mobil, mengajak Jon hidup dalam realitas dan menyadari hubungan yang sehat adalah dengan manusia nyata. Itu artinya harus saling memberi. Bukan hanya menuntut satu arah seperti menonton pornografi atau film romantis.

Meskipun tidak amat istimewa, film ini menarik ditonton. Kontradiksi dalam hidup, nilai-nilai yang bertentangan, dan komodifikasi kehidupan digambarkan secara komedi, bahkan satir.

Levitt memerankan Jon dengan cukup meyakinkan melalui gaya jalan yang sombong, potongan rambut, hingga ketagihannya pada olahraga kebugaran. Levitt juga memarodikan peran gereja menjawab persoalan nyata serta kehidupan hangat rumah tangga Italia-Amerika tradisional.

Johansson berakting meyakinkan sebagai perempuan muda seksi yang menggunakan kekasihnya untuk memuaskan imajinasi egonya. Sementara Moore tetap memukau dalam perannya sebagai perempuan matang galau, jujur, siap memberi, apa adanya. Tony Danza mengingatkan pada serial Taxi di televisi.

Menonton Don Jon bisa dipahami mengapa para feminis menentang pornografi. Tubuh perempuan menjadi komoditas dan obyek pemuasan seksual laki-laki. Levitt dengan cukup cerdik mengatakan melalui film ini bahwa pornografi bukan hal keren untuk menjadi laki-laki sejati. Hubungan antarmanusia hanya akan memuaskan batin dan fisik bila ada interaksi sosial dan kejiwaan saling memberi dalam arti luas, bukan hanya berburu kepuasan seksual. Karena itu, film ini layak hanya untuk penonton usia dewasa. (Ninuk Mardiana Pambudy)

Sumber: KOMPAS
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved