Potensi Gempa dan Tsunami di Selatan Jawa, BMKG: Risiko Menumpang Hidup di Pertemuan Batas Lempeng

BMKG menyebut potensi gempa berkekuatan 8,8 SR disertai tsunami setinggi 20 meter di selatan Pulau Jawa, bukanlah berita bohong.

Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha
Puing-puing masih berserakan pasca Tsunami yang menghantam kawasan Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (12/10/2018). 

BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut potensi gempa berkekuatan 8,8 SR disertai tsunami setinggi 20 meter di selatan Pulau Jawa, bukanlah berita bohong.

BMKG pun akhirnya angkat bicara soal potensi gempa berkekuatan 8,8 SR disertai tsunami setinggi 20 meter di selatan Pulau Jawa.

Adalah Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono yang memberikan penjelasan soal itu, melalui akun Twitter @DaryonoBMKG, Sabtu (20/7/2019).

Penjelasan Daryono itu lantas diteruskan oleh akun Twitter BMKG @infoBMKG.

 Begini Pengalihan Arus Lalu Lintas di Sekitar SUGBK Saat Final Piala Indonesia Besok

Daryono mengaku selama tiga hari terakhir diminta banyak pihak untuk membuat klarifikasi terkait potensi gempa di Selatan Jawa.

"Jawaban saya adalah bahwa kita harus jujur mengakui dan menerima kenyataan bahwa wilayah kita memang rawan gempa dan tsunami," tulisnya.

Khususnya wilayah selatan Jawa, kata Daryono, keberadaan zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia, merupakan generator gempa kuat.

 Sekjen PAN: Yang Mampu Hapus Air Mata Emak-emak Tersakiti, Dapat Bonus Elektoral di Pemilu 2024

"Sehingga wajar jika wilayah selatan Jawa merupakan kawasan rawan gempa dan tsunami," katanya.

Wilayah Samudra Hindia selatan Jawa, kata Daryono, sudah sering dilanda gempa besar dengan kekuatan di atas 7,0 SR.

Sejarah mencatat daftar gempa besar di Samudra Hindia pernah terjadi pada tahun 1863, 1867, 1871, 1896, 1903, 1923, 1937, 1945,1958, 1962, 1967, 1979, 1980, 1981, 1994, dan 2006.

 10 Bulan Berada di Luar Pemerintahan, PAN Sesak Napas

Sedangkan tsunami di Selatan Jawa juga pernah terjadi pada tahun 1840, 1859, 1921, 1994, dan 2006.

"Ini bukti bahwa informasi potensi bahaya gempa yang disampaikan para ahli adalah benar, bukanlah berita bohong," ucapnya.

Namun, kata Daryono, besarnya magnitudo gempa yang disampaikan para pakar adalah potensi, bukan prediksi, sehingga kapan terjadinya tidak ada satupun orang yang tahu.

 Pemerintah Kaji Track Record FPI untuk Tentukan Layak Diberi Izin Lagi Atau Tidak

Untuk itu dalam ketidakpastian kapan terjadinya, papar Daryono, kita semua harus melakukan upaya mitigasi struktural dan non struktural yang nyata, dengan cara membangun bangunan aman gempa.

Juga, melakukan penataan tata ruang pantai yang aman dari tsunami, serta membangun kapasitas masyarakat terkait cara selamat saat terjadi gempa dan tsunami.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved