Pilpres 2019

Bukan Polisi, Ada Kejanggalan Korban Luka Tembak di Kerusuhan 22 Mei 2019, Di Sini Letaknya

Adanya kejanggalan luka tembak korban aksi 22 Mei 2019 itu, diungkap Kapuskamnas UBJ Hermawan Sulistyo.

Editor: PanjiBaskhara
Wartakotalive.com/Rangga Baskoro
Seorang massa aksi 22 Mei yang mengalami luka tembak di bagian punggung sebelah kanan bercerita gaya aparat melakukan penembakan saat kerusuhan pecah pada siang hari setelah salat dzuhur, Rabu (22/5). 

Ada kejanggalan korban luka tembak kerusuhan 22 Mei. Diketahui, kejanggalan luka tembak korban aksi 22 Mei 2019 itu, diungkap Kapuskamnas UBJ Hermawan Sulistyo.

WartaKotaLive melansir Tribunnews.com, Kepala Pusat Kajian Keamanan Nasional (Kapuskamnas) Universitas Bhayangkara Jakarta (UBJ) Hermawan Sulistyo temukan kejanggalan korban luka tembak kerusuhan 22 Mei.

Hermawan mengatakan kejanggalan luka tembak 4 korban tewas 22 Mei di Rumah Sakit Polri Kramat Jati adalah single bullet atau satu peluru.

Hal itu disampaikan oleh Hermawan saat menjadi narasumber dalam program Kompas Petang yang diunggah di kanal YouTube Kompas TV Jumat (24/5/2019).

Roberto Firmino Dalam Kondisi Fit Jelang Final Liga Champions Liverpool Vs Tottenham Hotspur

Kawasan Sering Tergenang, Saluran Air di Jalan Minangabau Ternyata Penuh Lumpur

PNS Libur Lebaran Selama 9 Hari, Tanggal 31 Mei Masuk Kerja, Tanggal 1 Juni Tetap Upacara

Sebelumnya ia menilai terdapat kejanggalan dari kedelapan korban yang tewas dalam kerusuhan 22 Mei.

"Delapan orang yang mati itu, sampai sekarang tidak ada data satu pun di semua rumah sakit yang dikirim mayatnya."

Huawei Masuk Daftar Hitam, Harga Ponsel Huawei Seken Langsung Anjlok

"Yang bawa mayatnya itu siapa? Nggak ada datanya," ujar Hermawan dilansir Tribunnews.com dari tayangan Kompas Petang.

Kejanggalan kedua terkait korban penembakan yang tewas yakni adanya keseragaman lokasi luka tembak.

Tak Punya Ayah-Ibu, SA Hanya Dijaga Tetangga di RS Fatmawati

Manajer Persija Dukung Penggunaan VAR Buat Wasit di Liga 1 2019

Satpol PP Kabupaten Bekasi Bongkar Bangunan Liar di Jalur Mudik Inspeksi Kalimalang

"Yang kedua, yang luka tembak, empat yang di Rumah Sakit Polri itu semua single bullet, ketembak dari samping kanan leher."

"Single bullet itu, satu peluru mengenai kepala," jelasnya.

Hermawan mengatakan bahwa luka tembak semacam itu tak mungkin terjadi jika pelaku penembakannya adalah polisi.

Sebab, kata dia, saat melakukan penembakan dalam kerusuhan polisi tentu melepaskan tembakan secara acak.

Selain 4 Tokoh Nasional, Pimpinan Lembaga Survei pun Jadi Target Pembunuhan, Siapa? Ini Ciri-Cirinya

VIDEO : Syamsuri Firdaus Bersyukur Dipeluk Erdogan dan Diundang Jokowi ke Istana

Kapten Persija Andritany Harap Tidak Ada Lagi Suporter Merokok di Tribun, Demi Kenyamanan Semua

"Kalau (pelakunya) polisi, dia pasti banyak, biasanya lubangnya nggak hanya satu."

"Dan yang paling gampang nembak badan, ada lubang dua atau apa. di depan atau belakang," ujar Hermawan.

Mendapati jawaban tersebut, pembawa acara memastikan bahwa jawaban Hermawan tersebut berarti ia yakin bahwa pelaku penembakan tersebut bukanlah polisi.

"Jadi bisa dipastikan bukan polisi, maksud anda begitu?" tanya sang pembawa acara memastikan.

Tahap Awal Pemberangkatan 918 Sepeda Motor

Ternyata Ada Upaya Menjarah Pusat Perbelanjaan dan Permukiman Warga Keturunan Saat Aksi 22 Mei

Tengok Gaya Busana Muslim Pemain Sinetron Cut Meyriska, Bisa Tampil Gaya Saat Lebaran Lho!

"Bukan polisi, iya," jawab Hermawan.

Selain itu, ia lantas menyinggung senjata yang biasa digunakan oleh perwira berjenis glock.

"Glock memang senjata polisi dengan jarak pendek, tapi kan enggak ada perwira yang di depan,"

Hermawan menjelaskan bahwa jika senjata api jenis glock digunakan dari jarak jauh maka bekas keluarnya peluru di tubuh korban tampak lebih besar.

Madura United Kokoh di Puncak Klasemen Setelah Menang 3-0 Atas Borneo FC

Mustofa Nahrawardaya Pernah Diingatkan Polisi Soal Dampak Sebarkan Hoaks, tapi Tak Kapok Juga

VIDEO : Mewakili Presiden Joko Widodo, Kasetpres Jenguk Polisi Yang Terluka

Namun, jika ditembakkan dari jarak dekat maka bekas keluarnya peluru hampir sama saat peluru ditembakan.

"Nah siapa yang bisa nembak kepala siapa yang bisa nembak leher gitu, ini patut dipertanyakan," tandasnya.

Namun saat Hermawan ditanya oleh pembawa acara siapa di balik penembakan itu, dirinya enggan untuk menjawabnya.

Tak hanya dari sisi korban penembakan yang tewas, Hermawan juga mengungkapkan kejanggalan lain dalam kerusuhan 22 Mei.

Kejanggalan yang ditemukan Hermawan adalah mengenai perusuh yang notabene berasal berbagai daerah, namun dengan sigapnya membaca lokasi Jakarta.

"Pertanyaan awamnya kan gini, siapa yang bertanggung jawab, siapa dalangnya?" tanya pembawa acara.

"Orang yang pasti punya keahlian itu, yaitu contoh kalo orang dari daerah, mereka kan dari daerah, ada Jogja, Banten dari mana-mana, masuk jakarta itu gamang.

Kita orang jakarta aja ke kantor seringkali nyasar," analisis Hermawan.

Hermawan menilai, orang-orang tersebut telah mendapat pengarahan sehingga bisa melarikan diri dengan aman.

"Ini bagaimana begitu terjadi kerusuhan terus nyebar, masuk ke gang gang dengan cepat, dengan aman.

Itu artinya sudah ada yang ngarahin, sudah dilatih sebelumnya untuk menyelamatkan diri, masuk ke mana mana," jelasnya.

Dalam dialog bertajuk "Mengungkap Dalang Kerusuhan 22 Mei" itu, Hermawan juga menjelaskan soal narasi atau skema adanya penumpang gelap dalam aksi 22 Mei.

Menurut Hermawan, pola seperti ini telah ada di setiap kerusuhan yang sudah pernah terjadi sejak tahun 1974.

"Pola seperti ini dalam setiap kerusuhan mulai dari tahun 1974 sampai sekarang mirip mirip lah.

Ada trigger, satu peristiwa politik yang sebetulnya bisa murni peristiwa politik saja," kata Hermawan.

Hermawan lantas menjelaskan apa itu penumpang gelap yang menyebabkan aksi 22 Mei menjadi rusuh.

"Lalu ada penumpang, kalau yang lain bilang perusuh, penumpang gelap, apapun.

Itu istilah akademiknya fellow traveler atau free rider. Jadi menunggangi situasi, dan pada kasus ini disulut emosi sosialnya; solidaritas politik, solidaritas agama," jelas Hermawan.

Hermawan kemudian jelaskan mengenai kelompok yang menjadi penumpang gelap dalam aksi tersebut.

Dari situ lah analisis mengenai kejanggalan-kejanggalan ditemukan dan diungkap.

"Tapi, mereka (penumpang gelap) tidak punya skill untuk melakukan kerusuhan.

Yang terjadi kemarin, di Bawaslu orang demo dari siang, lantas daya tahan orang demo paling lama 12 jam, 8 hingga 10, 12 maksimal.

Jadi jam 12 mereka pulang, polisinya juga capek, pulang.

Kerusuhan start pertama 2.30 pagi, artinya darah segar, bukan orang-orang yang mendemo di situ," tukasnya

(Tribunnews.com/Fitriana Andriyani)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Temukan Kejanggalan Luka Tembak Korban Tewas 22 Mei, Hermawan Sulistyo Pastikan Pelaku Bukan Polisi"

TERPOPULER

 PROFIL 4 JENDERAL Target Pembunuhan, Cerita Lengkap dari Orang Dekat Jokowi sampai Sniper Khusus

 Nyinyiri Wiranto, Fahri Hamzah: Saya Juga Pernah Mau Dibunuh, Tapi Hukum Diam Saja

 7 Fakta Perempuan Inisial AF yang Dituduh Suplai Senjata pada Aksi 22 Mei, Istri Purnawirawan Mayjen

 6 Tersangka Pembunuh Bayaran 4 Jenderal, di Salah Satu Rumahnya Ditempeli Stiker Prabowo-Sandi

TERKINI

 Kepala Imigrasi dan Anak Buahnya Ditangkap KPK Setelah Buka Puasa Bersama, Nilai Suap Rp 1 Miliar?

 BPK Soroti Utang Pemerintah yang Terus Membengkak Sejak 2015, Ini Jawaban Cerdas Sri Mulyani

 PNS Libur Lebaran Selama 9 Hari, Tanggal 31 Mei Masuk Kerja, Tanggal 1 Juni Tetap Upacara

 

Gosip Seleb

 TERUNGKAP, Inilah Mantan Raffi Ahmad yang Membuat Nagita Slavina Cemburu

 Kedekatan Sule dan Naomi Zaskia Makin Terlihat, Mulai dari Suapan Sampai Bilang Sayang

 Padahal Komedian, Konten Youtube Abdur Arsyad Dianggap Cerdas & Berkualitas 

 BARU, Pemerintah Keluarkan Kepres Cuti Bersama Lebaran 2019 untuk PNS di Tanggal Ini 

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved