Pesawat Jatuh

Mantan Pramugari Lion Air Jualan Otak-otak Lapor ke Hotman Paris, 2 Kali Jadi Korban Kecelakaan

"Saya mengalami luka sangat parah. Muka saya hancur dengan keadaan pipi saya ini terbacok, tulang pipi remuk," katanya.

Instagram @hotmanparisofficial
Laura Lazarus bersama Hotman Paris Hutapea di Kedai Kopi Johny Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (9/11/2018). Laura Lazarus merupakan mantan pramugari Lion Air yang pernah dua kali mengalami kecelakaan pesawat saat bekerja di maskapai itu. 

LAURA Lazarus, mantan pramugari yang dua kali merasakan kecelakaan bersama pesawat Lion Air, kini banting setir menjadi pengusaha otak-otak.

Hal itu terungkap setelah Laura bertemu pengacara kondang Hotman Paris Hutapea di Kedai Kopi Johny, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (9/11/2018).

"Hallo, Laura mantan pramugari sekarang bisnis otak-otak di Jakarta, Gratefull kitchen. Tadi Lupisnya enak banget, otak-otaknya juga enak, senyumnya juga enak," ujar Hotman Paris Hutapea.

Baca: Jusuf Kalla Yakin Elektabilitas Jokowi-Maruf Amin Tak Berpengaruh Jika Rizieq Shihab Pulang

Dikutip dari TribunWow, Laura Lazarus pernah diundang menjadi salah satu pembicara dalam Indonesia Lawyers Club' (ILC) pada Selasa (30/10/2018) malam.

Ia menceritakan, dirinya sudah dua kali mengalami kecelakaan di pesawat Lion Air. Kecelakaan paling parah dialaminya ketika pesawat Lion Air MD-82 dengan penerbangan 538 PK-LMN tergelincir saat mendarat di Bandara Adi Sumarmo, Solo, Jawa Tengah, 30 November 2004 silam.

Pesawat tersebut lalu menabrak pagar hingga keluar dari runway dan terperosok ke Taman Pemakaman Umum (TPU), hingga mengakibatkan 26 orang tewas dan 55 lainnya luka-luka.

Baca: Pemkot Tangerang Bakal Terapkan Sistem Tiket Elektronik untuk Transportasi Umum

"Saya mengalami luka sangat parah. Muka saya hancur dengan keadaan pipi saya ini terbacok, tulang pipi remuk," katanya.

"Ini jauh lebih baik karena saya telah mengalami banyak sekali operasi. Tangan saya copot, pinggang saya patah dan kaki saya patah. Seperti Pak Karni lihat, saya juga masih jalan pakai tongkat," sambung Laura.

Laura mengatakan, Lion Air hanya memberi pertanggungjawaban seusai ia mengalami kecelakaan hingga tahun 2007.

Baca: Fakhri Husaini: Penunjukan Bima Sakti Sebagai Pelatih Timnas Indonesia Berbahaya

"Lion Air menanggung ketika awal-awal kejadian kecelakaan, delapan bulanan awal mereka tanggung. Lepas (tanggung jawab) itu dari tahun 2007 sudah tidak ada lagi pertanggungjawaban," ungkapnya.

Karni Ilyas, pembawa acara ILC, juga menanyakan tentang asuransi, uang jasa, dan uang kompensasi yang diterima Laura.

Namun, Laura mengaku dirinya tak mendapatkan uang santunan apa pun setelah kecelakaan yang mengubah hidupnya tersebut.

Baca: Fakhri Husaini Sebut Penunjukan Bima Sakti Sebagai Pelatih Timnas Perjudian Luar Biasa PSSI

"Waktu itu saya mengalami kecelakaan usia 19 tahun, sampai tahun 2006 gaji saya diberhentikan. Tahun 2007 udah tidak ada kabar lagi. 2008 saya coba hubungi dan sampai sekarang saya tidak dapat kabar," bebernya

"Jadi tidak ada santunan atau asuransi?" tanya Karni.

"Mungkin mereka sibuk jadi mereka lupa. Jadi saya mengerti," sindir Laura.

Baca: Buruh Eskpedisi Tewas Tertimpa Saat Turunkan Alat Kesehatan di RSUD Budi Asih

Laura menuturkan, awalnya Lion Air membiayai pengobatannya, namun untuk pulih total, ia harus berjuang sendiri.

"Di awal memang Lion Air membiayai pengobatan saya, tapi sisanya ternyata efek yang ditimbulkan setelah kecelakaan kan panjang, jadi ya saya harus berjuang sendiri," jelasnya.

Laura mengatakan, dirinya mencari berbagai cara untuk menanggung biaya pengobatannya dan menanggung keluarganya. Namun, ia saat itu berharap pihak Lion Air mau memberinya kabar bahwa tanggungan dihentikan.

Baca: Sandiaga Uno Tak Pernah Diajak Bahas Dana Kelurahan Saat Masih Jabat Wakil Gubernur DKI

"Mungkin mereka menanggung hanya sampai segini, tapi setidaknya diinfokan udah, atau dikeluarkan satu surat. Tapi ya kembali lagi Pak, mereka sibuk," ucapnya.

Meski mendapat perlakuan tersebut dari maskapai yang pernah mempekerjakannya, Laura tidak menyimpan kekecewaan.

"Saya udah memaafkan, saya enggak kecewa. Karena kalau saya simpan terus kekecewaan, ini malah membunuh saya dan tidak mungkin membuat saya seperti sekarang bisa hari ini ada di sini," paparnya.

Setelah berjuang dengan hidupnya, kini Laura bisa membuka kantor penerbitan buku sesuai yang diharapkannya.

"Saya sekarang mendapat kesempatan membuka kantor penerbitan buku. Saya mau melakukan sesuatu untuk membangun Indonesia melalui pendidikan," cetusnya. (*)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved