Gatot Nurmantyo Mendaki Gunung Lawu yang Mistis Jelang Jokowi Pilih Cawapresnya
PRESIDEN Joko Widodo sedang memikirkan siapa yang paling tepat ia pilih sebagai calon wakil presidennya (Cawapres).
PRESIDEN Joko Widodo sedang memikirkan siapa yang paling tepat ia pilih sebagai calon wakil presidennya (Cawapres) untuk Pemilihan Presiden 2019 (Pilpres 2019).
Tapi Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo justru yang digadang-gadang cocok menjadi Cawapres untuk Jokowi justru memilih mendaki Gunung Lawu.
Gatot memposting fotonya mendaki Gunung Lawu yang berada di perbatasan antara jawa Tengah dan Jawa Timur sekitar 1 jam lalu di akun instagram pribadinya @nurmantyo_gatot, Sabtu (14/7/2018).
Gatot tak sendirian di foto itu, dia bersama para pendaki yang bertemunya di jalur pendakian.
Gatot terlihat memakai jaket, syal di leherinya, dan mengacungkan jempolnya sambil tertawa renyah.
Dalam postingan itu gatot menulis 'kamis tgl 12 juli 2018 dilereng G.Lawu. Bahagia diantara pemuda harapan bangsa'.

Sampai saat ini sudah 4.212 akun instagram menyukai postingan itu. Merekapun berkomentar dengan amat positif.
@ozy_rozianoWaah menulis 'ga ketemu eeuy saya tgl 7-8 nya ..next insyaAllah jodoh kita pak...sehat terus ya pak...aamiin'.
@deluxurywatchstore menulis 'Pak...indonesia membutuhkan sosok anda...pengabdian anda blm selesai terhadap NKRI ini pak..saya ingin sekali bapak bisa jadi Presiden RI ke 8 pak..maaf kalo saya lancang yah pak..'
Favorit Para Pemimpin
Tapi Gunung Lawu bukanlah gunung biasa. Banyak tulisan-tulisan di internet dan sejumlah media online ternama pernah menulis bahwa para pemimpin negeri ini memang kerap mengunjungi gunung itu.
Mantan Presiden Soeharto, dan Susilo Bambang Yudhyono disebut kerap mengunjungi Gunung Lawu di masa mereka menjabat Presiden RI.
Bahkan salah satu media online menyebut Soeharto menjadikan Gunung Lawu sebagai tempat favoritnya.
Sebuah tulisan berjudul 'Gunung Lawu, Tempat Ziarah Spirtual Presiden RI' yang ditulis Prima Sp Vardhana di blognya https://primavardhana.wordpress.com, juga mengulas soal kebiasaan para Presiden RI mendatangi Gunung Lawu.
Tulisan itu banyak mengutip komentar dari Salah satu pengamat dan ahli spiritual yang sangat mengerti seluk beluk Gunung Lawu, Polet yang karib dipanggil Pak Po.
Dari penelusuran Warta Kota di sejumlah tulisan yang bertebaran di internet, Polet memang dianggap sebagai juru kunci Gunung Lawu.
Pak Po mengatakan bahwa Lawu adalah pusat budaya dan kegiatan spiritual Jawa.
Pak Po menyebut keistimewaan gunung lawu adalah berdiri persis di tengah perempatan empat penjuru mata angin.
Bahkan bila ditarik secara garis lurus, Gunung Lawu sejajar tegak lulus tepat di Pura Mangkunegara.
“Lawu itu letaknya pas di perempatan, dan jika di tarik garis lurus akan bertemu tepat di Pura Mangkunegaran Solo. Bukan Keraton Kasunanan. Seperti halnya Keraton Ngayojokarto tegak lulus tepat dengan Gunung Merapi,” katanya, di Karanganyar, Jawa Tengah belum lama ini.
Menurut pak po, sudah sejak jaman dahulu, gunung lawu menjadi tempat untuk laku spiritual para tokoh dan negarawan.
Hal itu Karena Gunung Lawu memiliki sejarah dan mistik tinggi. Dan dipercaya sejak turun temurun digunakan para raja dan para pemimpin Negara dan daerah sebagai tempat menyepi, mencari wangsit atau petunjuk dari Tuhan YME.
Pak Po menyebut hal itu dilakoni sejak Jaman Kraton sampai saat ini.
Menurut Pak Po, puncak Hargo Dumilah merupakan tempat sakral yang sering digunakan untuk semedi, meditasi atau mengolah kebathinan.
Pak Po pun mengakui bahwa Presiden Soeharto kerap datang ke Gunung Lawu. Bahkan kini Soeharto pun dimakamkan di lereng Gunung Lawu.
Makam Soeharto

Mausoleum keluarga Presiden Soeharto di lereng Gunung Lawu amat megah, dan bernama Astana Giribangun.
Kompleks makam ini terletak di lereng Gunung Lawu pada ketinggian 660 meter di atas permukaan laut, tepatnya di di Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah, sekitar 35 km di sebelah timur kota Surakarta.
Komplek pemakaman ini dibangun di atas sebuah bukit berhawa sejuk.
Di atas komplek Astana Giribangun, terdapat Astana Mangadeg,yakni komplek pemakaman para penguasa Mangkunegaran, salah satu pecahan Kesultanan Mataram.
Astana Mangadeg berada di ketinggian 750 meter dpl, sedangkan Giribangun pada 660 meter dpl. Di Astana Mangadeg dimakamkan Mangkunegara (MN) I alias Pangeran Sambernyawa, Mangkunegara II, dan Mangkunegara III.
Pemilihan posisi berada di bawah Mangadeg itu bukan tanpa alasan. Yakni untuk tetap menghormati para penguasa Mangkunegaran, mengingat Ibu Tien Soeharto adalah keturunan Mangkunegara III.
Komplek makam ini memiliki tiga tingkatan cungkup (bangunan makam).
Cungkup Argo Sari terletak di tengah-tengah dan paling tinggi.
Di bawahnya, terdapat cungkup Argo Kembang, dan paling bawah adalah cungkup Argo Tuwuh.
Pintu utama Astana Giribangun terletak di sisi utara. Sisi selatan berbatasan langsung dengan jurang yang di bawahnya mengalir Kali Samin yang berkelok-kelok indah dipandang dari areal makam.
Terdapat pula pintu di bagian timur kompleks makam yang langsung mengakses ke Astana Mangadeg.
Selain bangunan untuk pemakaman, terdapat sembilan bangunan pendukung lainnya.
Di antaranya adalah masjid, rumah tempat peristirahatan bagi keluarga Soeharto jika berziarah, kamar mandi bagi peziarah utama, tandon air, gapura utama, dua tempat tunggu atau tempat istirahat bagi para wisatawan, rumah jaga dan tempat parkir khusus bagi mobil keluarga.
Di bagian bawah, terdapat ruang parkir yang sangat luas.
Di Astana Giribangun dimakamkan antara lain jenazah Pak Harto dan istrinya, Siti Hartinah atau Tien Soeharto. Serta makam kedua orang tua Ibu Tien Soeharto.
Pantauan Tribun Solo, bangunan utama Astana Giri Bangun sangat megah. Lantainya dibalut marmer berwarna kebiruan.
Sedangkan makam Pak Harto dan Bu Tien berbentuk Kijing berwarna kuning keemasan yang berukur serta cungkup di bagian kepala dan kaki.
Makam mantan Presiden RI Soeharto terletak di samping makam Ibu Tien Soeharto.
Makam Ibu Tien terletak pada ujung paling kanan.
Di sisi utara makam, dipasang foto Presiden Soeharto.
Sedangkan foto Ibu Tien Soeharto dipasang di sisi kanan foto Presiden Soeharto.
Di samping foto Pak Harto dan Ibu Tien juga terpampang bintang tanda jasa Pak Harto dan Bu Tien sepanjang hidupnya.
Hampir setiap hari Astana Giribangun dikunjungi peziarah. Terlebih di hari Sabtu, Minggu, peziarah berjumlah lebih banyak.
Sebagian Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul 'Mengintip Kemegahan Makam Pak Harto - Ibu Tien di Astana Giribangun.'