Melukis Wajah Mengais Rezeki
Berawal dari hobi, sudah lebih dari 30 tahun ia menggeluti profesi sebagai pelukis jalanan.
WARTA KOTA, KEBAYORAN BARU - Triatno (56) begitu lihai menggoreskan kuas cat di atas kanvas. Berawal dari hobi, sudah lebih dari 30 tahun ia menggeluti profesi sebagai pelukis jalanan.
"Dari umur saya 20 tahun sudah hobi gambar-gambar, mungkin ratusan wajah sudah saya lukis di atas kanvas," ujar Triatno, Sabtu (20/1/2018).
Dari goresan demi goresan dari tangannya yang lihai, dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Baca: Jalan Tuhan Membawa Hadi Tjahjanto Jadi Panglima TNI
Di pinggir lobi Mal Blok M Square, Triatno memajang beberapa hasil lukisannya untuk menarik minat para pengunjung yang lalu lalang di depannya.
Hanya berbekal tiga buah kuas, cat warna, kanvas, dan peralatan sekadarnya, ia mampu menghasilkan gambar yang sama persis seperti contoh foto dari pelanggannya. Kendala yang dialami Triatno, saat pelanggannya hanya memberi waktu sehari untuk menyelesaikan lukisan itu.
"Paling kendalanya di waktu saja, dan alhamdulillah selama ini pelanggan puas dengan hasil lukisan saya," ucapnya.
Baca: Setahun Bertugas di Solo Mengubah Jalan Hidup Hadi Tjahjanto
Jumlah permintaan pun tak menentu, biasanya ia mendapatkan banyak job di akhir pekan.
"Sabtu Minggu biasanya ada yang minta dilukis atau pesan dulu, minggu depan diambilnya," ungkap Triatno.
Namun tidak jarang Ia hanya duduk terdiam di lobi mal, sambil berdoa ada pelanggan yang datang dan memakai jasanya. Tetapi hal itu tidak membuat ia mengeluh dan patah semangat. Ia yakin Tuhan pasti mencukupi kehidupannya.
Baca: DPRD DKI dan Sandiaga Uno Bakal Usut Pembelian Lahan di Cengkareng Barat yang Bau Korupsi
"Rezeki sudah diatur Tuhan, kita tinggal berusaha dan berdoa. Saya yakin Tuhan akan mencukupi kebutuhan saya dan cucu," ucapnya lirih.
Triatno tinggal berdua dengan cucunya di sebuah kontrakan di Jalan Wijaya, Jakarta Selatan. Istrinya sudah lama meninggal, sedangkan anak dan menantunya tidak tahu ke mana sejak empat tahun lalu.
Ia membanderol lukisannya seharga Rp 400 ribu per kepala, dan ekstra Rp 50 ribu per kepala berikutnya.
"Saya lagi kerjain lima kepala, harusnya Rp 600 ribu, tapi ditawar jadi Rp 450 ribu. Ya sudah saya terima saja, daripada tidak ada pemasukan untuk beli makanan cucu," cetus Triatno. (*)
