Aliansi Mahasiswa Papua dan Front Rakyat Indonesia untuk West Papua: Tutup Freeport
Ratusan orang yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua dan Front Rakyat Indonesia untuk West Papua berkumpul di Jalan Pangeran Diponegoro.
WARTA KOTA, JAKARTA - Ratusan orang yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua dan Front Rakyat Indonesia untuk West Papua berkumpul di Jalan Pangeran Diponegoro, Jakarta Pusat pada Jumat (1/12/2017).
Tepatnya di samping Kedutaan Srilanka.
Dalam orasinya, mereka menuntut penutupan PT Freeport Indonesia dan penentuan nasib sendiri bagi West Papua.
"Hari ini adalah hari peringatan kemerdekaan West Papua. Jadi West Papua itu sudah pernah mendeklarasikan kemerdekaannya pada tanggal 1 Desember 1961," kata Juru Bicara Front Rakyat Indonesia Untuk West Papua, Surya Anta.
Menurut ketarangan Surya Anta, 19 hari kemudian Soekarno mendeklarasikan trikora di Jogja untuk merebut West Papua dan membubarkan negara yang dianggap Soekarno sebagai negara boneka.
"Papua tidak pernah terlibat dalam proses kemerdekaan Indonesia dari Belanda. Papua memiliki trayek kemerdekannya sendiri," tambah Surya Anta.
Meskipun sama-sama dijajah oleh Belanda, namun ada dua perbedaan antara kemerdekaan West Papua dan kemerdekaan Indonesia.
"Pertama, secara administrasi berbeda dan secara perasaan senasib juga berbeda," lanjut Surya Anta.
Surya Anta menyatakan perbedaan administrasi tersebut karena pusat administrasi penjajahan Belanda di Indonesia adalah di Batavia, sedangkan pusat administrasi penjajahan West Papua adalah di Hollandia atau Jayapura.
Pantauan Warta Kota, terdengar nyanyian yel-yel dan teriakan dari para peserta aksi.
"Papua bukan merah-putih," begitu bunyi teriakan mereka.
Saat ini, aparat kepolisian masih berjaga-jaga di sekitar lokasi aksi untuk menjaga keamanan dan ketertiban.
Selain itu, arus lalu lintas yang melewati jalan Pangeran Diponegoro juga ditutup untuk sementara sampai aksi ini selesai dan situasi dinyatakan kondusif.