Timnas Indonesia

Pelatih Baru Timnas yang Dipilih PSSI Harus Punya Target Prestasi bukan Pembinaan, Gak Usah Drama

PSSI Wajib Pilih Pelatih Timnas yang Ukuran Targetnya Harus Prestasi, Bukan Pembinaan

pssi.org
PELATIH WAJIB PRESTASKI - Aksi Timnas Indonesia vs Arab Saudi di Kualifikasi Piala Dunia 2026, di Stadion Utama Gelora Bung Karno (19/11), dimana Rizky Ridho membawa bola sementara Thom Haye dan Marselino, bersiap. Pengamat sepak bola Weshley Hutagalung dalam perbincangan dengan Kompas TV, Selasa (28/10/2025) malam, mengatakan untuk memilih pelatih kepala bagi Timnas Indonesia senior, ukuran yang dipakai seharusnya adalah target prestasi bukan pembinaan. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- PSSI kini masih mencari pelatih baru Timnas Indonesia yang dirasa tepat, setelah sebelumnya mendepak Patrick Kluivert usai gagal membawa skuad Garuda lolos ke Piala Dunia 2026.

Ketua Umum PSSI Erick Thohir sudah meminta Ketua Badan Tim Nasional (BTN), Sumardji mencari kandidat pelatih baru Timnas Indonesia bersama Dirtek PSSI Alexander Zwiers.

Nama sejumlah kandidat itu, nantinya akan di bawa Erick Thohir ke rapat Exco PSSI untuk menentukan salah satunya yang paling cocok untuk Timnas Indonesia.

Baca juga: Alasan Erick Thohir Belum Tentukan Pelatih Baru Timnas Indonesia, yang Pasti Tutup Pintu Bagi STY

Pengamat sepak bola Weshley Hutagalung dalam perbincangan dengan Kompas TV, Selasa (28/10/2025) malam, mengatakan untuk memilih pelatih kepala bagi Timnas Indonesia senior, ukuran yang dipakai seharusnya adalah target prestasi.

"Kalau kita menunjuk pelatih kepala senior, evaluasinya ukuran yang dipakai adalah target juara, target prestasi, jadi bukan target pembinaan. Kalau untuk timnas senior, pelatihnya tidak boleh lagi bilang, "Oh, membina." Enggak boleh," kata Weshley.

Karenanya kata dia pemilihan pelatih baru timnas menurutnya harus memiliki target prestasi yang disasar, baik target jangka pendek, menengah dan panjang.

"Target jangka panjang kan, Piala Dunia kita lolos. Tapi target jangka menengahnya apa? Saya pikir kalau semifinal Piala Asia, ayo, itu di 2027 kan. Lalu misalkan FIFA ASEAN Cup 2028, sudah targetnya juara. Jadi target jangka menengahnya itu," ujar Weshley.

Sedangkan untuk target jangka pendeknya kata Weshley, bisa untuk juara di SEA Games dan Piala AFF.

"Jadi, ukurannya adalah prestasi, targetnya apa. Kami dari federasi targetkan apa. Namun pertama memang kita tidak perlu lagi buru-buru mengambil keputusan," kata Weshley.

Apalagi kata dia, PSSI sudah memutuskan bahwa Matchday FIFA pada November 2025, tidak untuk timnas senior.

"Yang kedua sudah saatnya memang kita punya Dirtek dan dilibatkan. Kita punya Badan Tim Nasional dan itu dilibatkan," kata Weshley.

Namun menurut Weshley, sejak dulu memang para pecinta Timnas Indonesia selalu bertanya yang memutuskan pelatih itu siapa dan masukan dari mana, belum terjawab.

"Kalau masukan dari Exco PSSI, apakah di Exco sekarang itu ada satu atau dua orang yang menguasai teknis?" kata Weshley.

Sebab kata Weshley unsur teknis sepak bola dalam pemilihan pelatih cukup penting.

"Nah, syukurlah sekarang kita punya Alexander Zwiers sebagai Dirtek PSSI. Kita punya penasihat namanya Jordi Cruyff. Mereka harus dilibatkan juga dan saya setuju jangan lagi buru-buru, jangan lagi one man show," ujar Weshley.

Menurutnya masa lalu tidak boleh terulang di mana PSSI terburu-buru memilih pelatih.

"Tapi berulang kali saya sampaikan, coba kita lihat yuk isi perjanjianjian PSSI dan KNVB Federasi Sepak Bola Belanda. Apakah di dalamnya memang ada kita harus memakai pelatih nasional dari Belanda? Itu yang kita harus tahu," ujar Weshley, terkait dengan naturalisasinya sejumlah pemain diaspora dari Belanda.

Sebelumnya Ketua Umum (Ketum) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSi) Erick Thohir buka suara mengungkapkan alasannya belum menentukan dan menunjuk pelatih baru bagi Timnas Indonesia, usai memecat Patrick Kluivert.

Baca juga: Terungkap Alasan Shin Tae-yong Depak Elkan Baggot dari Timnas Indonesia dan Tak Akan Panggil Lagi

Erick Thohir mengaku masih butuh waktu untuk menunjuk pelatih baru Timnas Indonesia, namun yang pasti menurutnya bukan Shin Tae-yong.

Menurut Erick Thohir ia tidak memasukkan nama Shin Tae-yong sebagai salah satu opsi.

“Kita kan mesti move on. Kalau kita move on sama Patrick, ya kita juga move on dengan Shin Tae-yong,” kata Erick dilansir dari skor.id, Kamis (23/10/2025).

Ke depan kata Erick, penunjukkan pelatih baru Timnas Indonesia mesti sejalan dengan membangun strata kepelatihan.

Dalam rekaman suara eksklusif yang disiarkan di YouTube Inews TV, Erick menjelaskan alasan pemecatan para pelatih Timnas serta rencana naturalisasi pemain yang tidak akan berhenti dan tidak mungkin dihentikan.

"Itu kalau enggak perform ya gitu. Walaupun sebenarnya kalau secara pribadi saya kurang gitu suka, karena membangun strata kepelatihan itu perlu waktu gitu kan. Nah, waktu saya masuk PSSI itu kan jelas antara Shin Tae-yong dan Indra Sjafri enggak bisa komunikasi," katanya.

Sebab kata  Erick, masing-masing pihak merasa senior dan punya keinginan.

"Masing-masing senior, masing-masing punya, ya kan enggak mudah. Nah, baru terakhir zamannya Patrick kita bisa bikin strata. Tapi itu pun karena gagal ya, gimana ya kan?," kata Erick.

Sehingga katanya ia memecat Patrick dan semua tim kepelatihan sampai U-20.

Karenanya Erick mengaku saat ini pusing karena pelatih baru Timnas Indonesia belum ada dan masih harus dicarinya.

"Sekarang kalau ditanya pusing enggak? Pusing. Kenapa? Ini kan hilang pelatih senior, 20 dan 23. Tapi kan masalahnya, ya ini kan paket buat itu. Saya lagi berpikir coach Nova berhasil, kalau dia selesai U17, maka dia U20. Pelatih U-17 kita cari orang Indonesia kalau dapat," ujar Erick.

Menurut Erick jenjang kepelatihan sepak bola di Indonesia belum baik.

"Tipis. Kepelatihan orang Indonesia tuh tipis. Kenapa waktu itu STY nyari asisten juga susah, Patrick Kluivert menginterview 10 pelatih juga enggak ketemu. Iya kan memang susah. Nah. Nah jadi memang kalau ditanya kapan kita pengumuman pelatihan baru? Belum. Saya masih perlu waktu konsolidasi dua hal," kata Erick.

Yang pertama kata Erick, dirinya sedang membuka komunikasi ke banyak pihak melalui jaringan olahraganya secara internasional.

"Jangan sampai persepsi, yang kejadian beberapa kali terakhir ini, mempersulit posisi kita mencari pelatih. Karena kita mesti sadari ranking kita belum tinggi, masih rendah. Mencari pelatih di ranking seperti ini enggak mudah," kata Erick.

Saat PSSI sebelumnya merekrut STY, kata Erick, sebenarnya tidak mudah meyakinkannya, karena saat itu ranking Indonesia di FIFA adalah 170.

"Nah sekarang 120 juga enggak mudah. Jadi yang sekarang saya lagi coba lakukan dengan jaringan internasional saya memberi confidence balik, bahwa ya kita tetap ingin punya longterm program. Apa yang terjadi kemarin-kemarin itu ya bagian dari tentu result yang harus dipertanggungjawabkan," kata Erick.

Menurur Erick, semua jaringannya di dunia sepak bola dunia, saat ini rata-rata menanyakan mengenai bullism di sosial media.

"Nah, memang semua rata-rata nanya mengenai bullism di sosmed. Karena kondisi kondisi yang sekarang, pelatih-pelatih yang kita lepas kan, mereka syok. Bagaimana di DM dibilang Black Monkey, anaknya dihajar, diancam mau titik-titik, sampai ke istri-istrinya pelatih, bukan istrinya Patrick aja loh, istrinya yang lain," papar Erick.

Karenanya kata Erick, mereka semua shock, dan hal itu yang ingin diredamnya.

"Nah, itu yang saya lagi redam dan saya enggak takut ditulis ya. Kita harus kembali menyehatkan juga persepsi sepak bola nasional. Kita harus punya kesepakatan, sepak bola ya untuk nasional dan kebenaran," katanya.

Menurutnya beberapa pemain diapora juga menghubunginya karena khawatir di bully di sosmed,

Hal itu katanya karena Rizky Ridho yang di mata mereka dihormati penggemar Timnas Indonesia, ternyata juga terkena builly di sosmed.

"Dalam arti wah Ridho aja kena, apalagi gua. Nah, ini yang saya lagi rajut juga di pemain-pemain untuk menaikkan confidence-nya lagi. Bahwa ya it's part of life, tapi percayalah federasi akan memprotect dia," kata Erick.

Menurut Erick atas apa yang dilakukannya di PSSI, dirinya tidak takut dibully dan dikritik.

Baca juga: Patrick Kluivert Tak Ubah Drastis Susunan Pemain Saat Lawan Australia, Kerangka STY Dipertahankan

"Kalau itu kan saya sudah ulang-ulang, di beberapa statement publik sayam, saya bilang saya tidak takut di kritik. Saya tidak takut dibully ya. Tapi tolong lindungi  pemain dan pelatihan," katanya.

Ia menjelaskan saat Gerald Vanenburg gagal di AFF, dan pelatih Indra Safri gagal di U20, bully-an kepada mereka di sosmed juga marak.

Hal itu katanya merugikan Indonesia, termasuk saat mencari pelatih baru.

"Itu merugikan posisi kita, sehingga kita mencari pelatih juga termasuk pemain agak sulit," katanya.

Meski begitu Erick memastikan naturalisasi pemain akan terus dilakukan dan tidak mungkin berhenti.

"Gak mungkin kita menstop naturalisasi. Siapapun yang terbaik, ada darah Indonesia dan mau memperkuat timnas, boleh. Lihat saja Maroko U20. Coba isinya siapa?" katanya.

 

Baca berita WartaKotalive.com lainnya di Google News dan WhatsApp

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved